Mohon tunggu...
Aura Viantika
Aura Viantika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkuliah Di Universitas Andalas

Saya Mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di S1 Sejarah Universitas Andalas Dan Kegemaran saya membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumatra Barat: Jejak Sejarah di Tanah Minangkabau

25 November 2024   09:48 Diperbarui: 25 November 2024   10:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah Sumatra Barat 

Sumatra Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kaya akan budaya. Provinsi ini terletak di bagian barat Pulau Sumatra dan dikenal sebagai tanah asal suku Minangkabau, salah satu kelompok etnis terbesar di Indonesia. Berikut adalah ringkasan sejarah Sumatra Barat:

Era Kerajaan (Sebelum Kolonial)

Sejarah Sumatra Barat bermula dari era kerajaan, terutama Kerajaan Pagaruyung, yang diperkirakan berdiri pada abad ke-14. Kerajaan ini adalah pusat kebudayaan Minangkabau dan menjadi salah satu kerajaan terkemuka di Sumatra. Pagaruyung dikenal dengan sistem pemerintahan matrilineal yang unik, di mana garis keturunan dan warisan ditentukan melalui pihak ibu.  

Kerajaan Pagaruyung memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, seperti Sriwijaya dan Majapahit. Selain itu, wilayah ini juga dikenal sebagai pusat perdagangan karena lokasinya strategis dekat Selat Malaka. Pedagang dari Arab, India, dan Tiongkok sering singgah di wilayah Sumatra Barat untuk berdagang rempah-rempah dan hasil bumi lainnya.  

Masa Masuknya Islam

Islam mulai masuk ke Sumatra Barat pada abad ke-14 melalui pedagang dari Gujarat dan Timur Tengah. Namun, penyebaran Islam secara besar-besaran baru terjadi pada abad ke-16. Islam diterima dengan baik oleh masyarakat Minangkabau, dan agama ini berpengaruh besar terhadap kebudayaan, adat istiadat, dan sistem sosial di wilayah ini.  

Sistem adat Minangkabau yang dikenal dengan "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" (Adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Al-Quran) menunjukkan bagaimana Islam terintegrasi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.  

Era Kolonial

Pada abad ke-17 hingga abad ke-19, Sumatra Barat mengalami tekanan dari kolonialisme. Belanda mulai memperluas kekuasaannya di wilayah ini pada awal abad ke-19. Perlawanan masyarakat Minangkabau terhadap Belanda melahirkan Perang Padri (1821--1837), yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Konflik ini bermula dari perbedaan pandangan antara kelompok adat dan kelompok agama, namun kemudian berkembang menjadi perlawanan terhadap kolonial Belanda.  

Setelah Perang Padri berakhir, Belanda berhasil menguasai Sumatra Barat dan mulai mengeksploitasi sumber daya alamnya. Sistem tanam paksa diperkenalkan, dan hasil bumi seperti kopi, teh, dan karet diekspor ke Eropa.  

Masa Pergerakan Nasional

Pada awal abad ke-20, Sumatra Barat menjadi salah satu pusat pergerakan nasional. Banyak tokoh pergerakan lahir dari wilayah ini, seperti Mohammad Hatta (proklamator Indonesia), Agus Salim, dan Sutan Sjahrir. Pendidikan yang berkembang pesat di Sumatra Barat, khususnya melalui sekolah-sekolah Islam seperti Diniyah dan Thawalib, melahirkan generasi intelektual yang berkontribusi besar terhadap kemerdekaan Indonesia.  

Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada 1945, Sumatra Barat memainkan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan, terutama saat Agresi Militer Belanda. Pada tahun 1958, wilayah ini juga menjadi pusat pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), sebuah gerakan yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat.  

Warisan Budaya

Hingga saat ini, Sumatra Barat dikenal dengan kekayaan budayanya. Rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang, serta seni tradisional seperti tari piring dan randai, menjadi simbol identitas masyarakat. Masakan Minangkabau, seperti rendang, juga terkenal di seluruh dunia.  

Sejarah panjang Sumatra Barat menunjukkan bagaimana wilayah ini tidak hanya menjadi saksi perkembangan peradaban, tetapi juga berkontribusi besar terhadap pembentukan identitas bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun