Lelaki itupun mengambil gelas lagi lalu ia menuangkan anggur didalamnya. Ia teguk, tubuhnya mulai terasa hangat.
"Biasanya kau masih memotongi dahan-dahan bunga yang tumbuh tak berguna. Aku lihat tubuhmu yang molek laksana mawar menari-nari gemulai ditaman itu. Sedangkan aku hanya asyik meminum seteguk demi seteguk anggur kesukaanku."
Kembali lelaki itu menuangkan anggur dalam gelasnya. Kedua matanya masih kosong. Lelaki itu membayangkan gemulai tubuh Mira yang sedang ditaman dengan rambut panjangnya yang sayut-sayut dibelai angin.
"Mira, sudahi saja pekerjaanmu itu. Hari telah gelap."
Suara lelaki itu seperti suara angin saja, hilang tertelan sunyi.
"Mira, ayo kita masuk rumah, dingin, nanti kau masuk angin."
Masih saja kosong.
"Mira, hati-hati diantara bunga-bunga itu ada juga banyak bahaya."
Tetap saja sunyi, hanya suara lelaki itu yang sekejap sirna.
      "Mira, ayo kita makan."
      Tak ada jawaban. Dan lelaki itu mulai bosan.