Ku Tembak Kau di Kali Kening
Oleh. Rohmat Sholihin*
saat sepulang sekolah di pagi yang cerah
ada redup hati kepalang resah
melihat bangku, kursi, buku dan kantin sekolah seakan-akan pada gelisah
pada sepi dan menepi
meringis seakan-akan mengataiku
meledekku
mencercaku
menertawaiku
pada bunga taman depan kelas aku mengadu
sudikah kau kupetik sebelum kau layu
ingin kupersembahkan padanya dengan manja
kuselipkan ditelinganya
kubisikkan secarik kata-kata purba
cinta…
ya, cinta…
ingin kurengkuh dari hati perempuan atas nama kau
bukan yang lain
dan tak ingin yang lain
sebab hatiku tak cukup
tinta, kanvas, dan cat kusaput dengan jemari dan perasaanku
satu garis
dua garis
dan seterusnya
mulai tampak gurat-gurat wajah
rambut
hidung
bibir
mata
tangan
kaki
dan itu kau
aneh
Tuhan menciptakan cinta memang aneh
jika tak aneh tak akan ada kau, aku dan kita
juga rumput, bunga, pohon ditaman dan isinya
ingin hati segera menjemputmu
mengajakmu bercerita tentang esok hari yang sederhana
namun kau belum juga beranjak pulang ke rumah
tak sabar ku menunggu
menunggu kupu-kupu terbang ke madu
sungguh hati ingin mengadu, mencampakkan rindu buatmu, sebagai obat hatiku yang kelu
bingung
gusar
gugup
menderu-deru dalam kepalaku
aku ragu meski hatiku mau
dasar kutu monyet kata benalu
pelan-pelan kuendapkan kaki menuju pintu kelasmu
dengan malu-malu kuhampiri kau
kupanggil
kutersenyum
dan menawarkan hadiah manis untukmu
bisakah kau pulang denganku?
“Yes”, kau mengannguk setuju
dalam pikirku ada bayang-bayang nakal memutar-mutar
yaitu sebuah jembatan tua
pohon rindang
dan gemericik sungai yang tenang
kita berhenti bernafas sejenak
main keriki di kali
bermain air hingga senja hari
mengelitik-gelitik perasaan
tersenyum
cemberut
tertawa
berkata-kata indah
membuai hati kita menjadi sepasang raja
duduk pada singgasana
ku tembak kau di kali kening
tak juga kau bergeming
Bangilan, 24 September 2016.
*Penulis aktif di Komunitas Kali Kening Bangilan-Tuban.