3. Â Pa'Manuk Londong
Manuk berarti ayam dan Londong yaitu jantan, harfiahnya pa'manuk londong adalah ukiran ayam jantan. Biasanya diletakkan pada bagian depan dan belakang rumah adat Toraja dibagian papan atas berbentuk segitiga atau para longa.
Apa sebenarnya makna sosiologis dan spritual dari ukiran Pa'Manuk Londong ?
 a. Tomanarang pakorok londong, Pande ia metinti saungan, itulah pemimpin yang berhikmat, adil dan bijaksana dalam            menyatukan pendapat dari semua unsur dan golongan dalam masyarakat
b. Manarang ussuka' bongi pande ungkararoi malillin bermakna dapat dipercaya karena pintar dan berwawasan luas dengan intuisi yang kuat serta selalu mengatakan apa yang benar dan memutuskan yang salah.
c. Buri' ma'belo tadi, untanda katonganan untarek Sanda salunna, yang melambangkan penyelesaian hukum adat secara jujur, adil dan bijaksana.
d. Londongna muane sebagai simbol keberanian dan bertanggung jawab atas segala sesuatu.
4. Pa'sussun / Pa'sussu'
Pa'sussun adalah ukiran berbentuk garis - garis sejajar tanpa variasi dan tidak berwarna. Ukiran ini sangat sederhana namun maknanya sangat dalam karena ia merupakan garonto' panura' (ukiran dasar) ukiran ini dijumpai pada rumah tongkonan yang dalam pandangan adat adalah sepuh atau tongkonan tua.
Secara filosofis ukiran pa'sussun menandakan bahwa tongkonan yang bersangkutan sangat berperan didalam menentukan kebijakan dasar (pranata kehidupan) dalam wilayah adat bersangkutan.
Akhirnya tibalah kita pada salahsatu bagian penting tentang makna khusus ukiran yang perlu diperhatikan ketika kita ingin mengetahui keberadaan dan status dari tongkonan antara lain :
       1. Pa'Manuk Londong
      2. kabongngo' / Katik
      3. Pa'garunggang ukiran tembus status tertinggi, kewibawaan, kekuatan dan keberanian
      4. Passura' rangke
      5. Pa'barana'
1. Pa'manuk Londong
Pada umumnya tongkonan menggunakan dua simbol 2 ayam jantan yang diukir berhadapan diatas pa'barre allo pada papan atas yang disebut para. Hal ini berarti setiap pemimpin, tetua dalam negeri wajib duduk bersama menyatukan sikap dan pemahaman untuk kebaikan masyarakat banyak, lain halnya jika kita mendapatkan ukiran ayam tunggal pada tongkonan, hal ini melambangkan bahwa pemiliknya mempunyai status yang tertinggi dalam wilayah adat bersangkutan dan setiap pengambilan keputusan tidak boleh dibantah oleh siapa saja , ini terkenal dengan ungkapan to ma'kada misa tondok.
2. Kabongngo' (kepala kerbau) yang diatasnya dipasang Katik (Naga) dipasang pada bagian depan rumah. Dalam mitologi masyarakat dunia timur bahwa naga merupakan hewan yang mirip ular raksasa yang disimbolkan sebagai kekuatan sehingga jika disandingkan dengan kabongngo' maka pemaknaannya jelas bahwa status rumah tongkonan tersebut adalah tinggi dan melambangkan kemampuan untuk memimpin, terkenal dengan ungkapan To bendan paloloan tunannang pembala'baran, langngan dinai mekutana londong rekke dinai meosik tanda masiang.
3. Pa' Garunggang
Sejenis ukirandengan menembus papan yang diukir. Pa' Garunggang sendiri berarti runggang atau goncang. Passura' tarru' ( ukiran tembus) atau menembus segalanya. Hal ini melambangkan status tertinggi, kewibawaan, kekayaan keberanian maupun kekuatan dalam menentukan apa yang dikehendakinya.
4. Passura' rangke atau passura' mamata.
Dari kata rangke artinya kering karena ukiran ini tidak berwarna namun tetap mempertahankan warna dasar kayu baik putih maupun kuning gading, Ia melambangkan kehidupan yang stabil. Mamata dalam artian seperti air yang senantiasa mengalir. Jadi secara makna secara filosofis merupakan tumpuan harapan orang banyak (narannuan to buda) dan peka serta mau berkorban untuk orang banyak atau keluarga (Orong orongan totopo pessumbungan to talo tambuk sia umpopa'di' to buda na toma'rapu)
5. Pa' Barana'
Pa' Barana' adalah pohon beringin, ukiran ini menyerupai ranting dan daun beringin. Sesuai dengan namanya beringin yang adalah pohon besar nan rindang namun menaungi sehingga semua yang dibawahnya (Barana' Paonganan) merasakan kesejukan dan keamanan, sehingga jika ukiran ini ditempatkan pada papan atas (Indo' Para) hal ini melambangkan tongkonan tersebut mempunyai status tertinggi dan pada zamannya tongkonan ini adalah payung atau pelindung, pengayom dari semua pihak maupun kelompok dalam wilayah adat bersangkutan. Ukiran ini sering dijumpai pada tongkonan layuk, tongkonan pekamberan, tongkonan pekaindoran, tongkonan kaparengngesan.
Selain itu masih ada simbol lain yang menjadi penanda status tongkonan atau strata pemilik tongkonan seperti ukiran lola' bara' dan sebagainya.
Penggolongan passura' Toraja
Selain garonto' passura' (Dasar ukiran) yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kita perlu mengetahui secara mendalam type ukiran Toraja berikut ini :
A. Passura' Todolo (Ukiran Tua) adalah ukiran yang yang menyangkut ritual maupun media yang peralatan upacara dan dianggap berkasiat bagi pemakainya, ukiran ini meliputi Pa' Erong, Pa' Ulu Karua, Pa' Doti Langi', Pa' Kadang Pao, Pa' Barana', Pa' Bai, Pa' Lolo Tabang, Pa' Daun Bolu, Pa' Daun Paria, Pa' Bombo Wai, Pa' Kapu' Baka, Pa' Tangke Lumu', Pa' Bungkang Tasik, Pa' Lolo Paku, Pa' Tangki' Pattung, Pa' Bulintong, Pa' Katik, Pa' Talinga Tedong, dan lain-lain.
B. Passura' Malolle' (Ukiran yang lebih muda hasil dari pengembangan), yaitu ukiran yang banyak dipakai mengukir bangunan yang tidak begitu berperan dalam adat (Tongkonan Batu A'riri). Untuk mengekpresikan sikap dan tingkah laku sosial atau pergaulan yang berpangkal pada moral dan etika.  bentuk ukiran ini merupakan pengembangan dari passura' tua antara lain : Pa' Tukku Pare, Pa' Bunga Kaliki, Pa' Poya Munda, Pa' Bulintong Situru', Pa' Karrang Longa, Pa' Sala'bi', Pa' Tanduk Ra'pe, Pa' Papan Kandaure, Pa' Passulan, Pa' Sepu' Torongkong, dan lain-lain.
C. Ukiran Pa' Barean (ukiran kesenangan) merupakan ukiran yang terdiri atas potongan-potongan yang sama bentuknya ada yang lurus dan adapula yang yang berupa lengkung dan biasa digunakan pada aksesoris atau peralatan yang mendukung suatu ritus, ukiran ini meliputi Pa' Ara' Dena', Pa' Komba Kalua', Pa' Bua Kapa', Pa' Bannangan, Pa' Barra'-barra', Pa Manik Bu'ku',  Pa' Gayang, dan lain-lain.
Warisan budaya dan kebijaksanaan spiritual
Pentingnya penghargaan terhadap warisan budaya dan kebijaksanaan spiritual ukiran Toraja yang merupakan warisan leluhur yang terkandung di dalamnya:
Identitas Budaya: Warisan budaya, seperti ukiran Toraja, adalah cermin dari identitas suatu masyarakat. Menghargainya memperkuat rasa kebanggaan dan keberagaman budaya yang menjadi bagian dari warisan kolektif.
Pelestarian Sejarah: Ukiran Toraja adalah bentuk seni tradisional yang telah ada selama berabad-abad. Dengan menghargainya, kita ikut menjaga sejarah dan tradisi nenek moyang yang telah mengarahkan perjalanan budaya kita.
Ekonomi Lokal: Penghargaan terhadap warisan budaya seperti ukiran Toraja dapat mendukung ekonomi lokal dengan mendorong pertumbuhan industri kreatif dan pariwisata berbasis budaya, yang pada gilirannya membantu komunitas lokal untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Pendidikan dan Pengetahuan: Menghargai warisan budaya memungkinkan generasi muda untuk mempelajari nilai-nilai, teknik, dan kebijaksanaan spiritual yang terkandung di dalamnya. Ini memperkaya pendidikan mereka dan memperluas pemahaman tentang dunia mereka.
Tantangan dan jalan berliku pelestarian warisan leluhur dalam bingkai hukum.
Untuk memahami sepenuhnya rahasia filosofi di balik ukiran tradisional Toraja, diperlukan penelitian yang mendalam dan keterlibatan langsung dengan masyarakat Toraja itu sendiri. Proses ini tidak hanya melibatkan pengamatan visual terhadap ukiran-ukiran tersebut, tetapi juga memerlukan dialog dan interaksi dengan para ahli seni dan tokoh masyarakat Toraja yang dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai makna dan simbolisme di balik karya seni mereka.
Mari seluruh masyarakat Toraja baik yang berdiam di Toraja maupun yang sedang berdiaspora agar menghimbau kepada pemerintah Tana Toraja dan Toraja Utara untuk melaksanakan perlindungan kekayaan intelektual terkait seni ukiran di Toraja. Dengan mengamankan hak kekayaan intelektual (HKI) dan hak cipta kita dapat memastikan bahwa keunikan seni ukiran Toraja tidak disalahgunakan atau diklaim oleh pihak lain.
Ini adalah langkah penting dalam melestarikan warisan budaya yang kaya dan unik. Dengan mengakui nilai seni dan keahlian para pengrajin lokal, perlindungan kekayaan intelektual dapat memastikan bahwa bisa keunikan budaya ini tetap terjaga dan dihargai, serta mendorong pembangunan ekonomi lokal melalui pengembangan industri kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H