Roeslan Abdulgani merupakan tokoh penting yang pertama kali memperkenalkan term “Bandung Spirit” di bukunya. Jadi menurut Roeslan Abdulgani mudahnya adalah anti kolonialisme, imperialisme dan upaya politik Asia- Afrika mendorong perdamaian. Kemudian dalam bukunya Ia menafsirkan spirit Bandung sebagai penolakan subordinasi ekonomi dan penjelasan budaya dari akar-akar utama imperialisme.
Laura Bier (2010) dia mengatakan ada tiga komponen kunci dari semangat ini yang pertama dukungan terhadap gerakan kemerdekaan nasional yang kedua adalah penentangan terhadap kolonialisme, ekonomi, pengaruh budaya dan campuran tangan politik tidak langsung meskipun kita telah merdeka yang ketiga adalah exchange dan koperasi antara negara-negara Asia dan Afrika.
Meskipun negara-negara Asia dan Afrika setelah itu tidak ada lagi Konferensi yang dibicarakan namun dalam berbagai forum dan juga forum-forum aktif masih relevan dengan situasi yang kita hadapi saat ini.
Intinya nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme yang sempit, Ia adalah nasionalisme yang luas – nasionalisme yang muncul dari pengetahuan tentang tatanan dunia dan sejarahnya. Bung Karno ingin mendekolonisasi tatanan dunia lama dengan menciptakan tatanan dunia baru di mana negara-negara merdeka, berdaulat dan setara.
“Mudah-mudahan penjelasan saya bisa sedikit memberikan gambaran tentang kompleksitas dari sejarah Konferensi Asia-Afrika itu sendiri terima kasih Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”. (tutup bapak Wildan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H