Mohon tunggu...
auraliasyifa
auraliasyifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo, aku mahasiswa yang gemar berbagi ide tentang pendidikan dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Dunia Fantasi, Pengaruh Cerita Fantasi Anak terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional

2 Desember 2024   18:52 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penelitian ini membahas pengaruh cerita fantasi terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Cerita fantasi, salah satu genre sastra anak, tidak hanya menyuguhkan hiburan tetapi juga memadukan imajinasi dengan nilai-nilai moral yang dapat membantu anak mengenali, memahami, dan mengelola emosi mereka. Kajian ini menyoroti bagaimana cerita fantasi, melalui karakter, konflik, dan dunia imajinatifnya, memberikan pengalaman belajar emosional yang kaya. Elemen-elemen dalam cerita fantasi terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan anak untuk mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, menunjukkan empati, dan membangun hubungan sosial. Peningkatan signifikan kecerdasan emosional ini terlihat melalui berbagai aspek seperti empati dan motivasi diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cerita fantasi dapat dioptimalkan sebagai sarana pembelajaran dan pengasuhan untuk mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan memanfaatkan cerita fantasi, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang lebih peka, percaya diri, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungannya.

Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap berbagai hal di sekitarnya dan kerap ingin memahami informasi yang dapat mereka pikirkan. Salah satu cara untuk menjawab rasa ingin tahu tersebut adalah dengan mengenalkan sastra.Sastra mencerminkan kehidupan, berbagai persoalan manusia, dan lingkungan sekitar, disampaikan melalui bahasa yang khas. Dalam masa tumbuh kembangnya, anak-anak juga bersinggungan dengan sastra, meskipun kebutuhan mereka berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan ini memengaruhi jenis sastra yang sesuai untuk mereka. Oleh karena itu, diperlukan pembagian antara sastra untuk orang dewasa dan sastra untuk anak-anak, yang dikenal sebagai sastra anak.

      Sastra anak terdiri dari beragam genre. Menurut Burhan (2013:15), terdapat enam genre utama dalam sastra anak, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi. Setiap genre memiliki karakteristik yang unik dan beragam. Selain itu, setiap genre juga dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik. Namun, dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan pada salah satu genre sastra anak, yaitu fantasi, beserta manfaat yang dimilikinya.

      Cerita fantasi merupakan salah satu genre sastra anak yang menarik perhatian karena mampu membawa pembaca ke dunia imajinasi yang penuh keajaiban. Melalui cerita-cerita fantasi, anak-anak tidak hanya diajak untuk mengeksplorasi imajinasi, tetapi juga untuk memahami nilai-nilai moral, hubungan sosial, dan beragam emosi yang terkandung dalam kisahnya. Dengan demikian, cerita fantasi memiliki potensi besar dalam membantu perkembangan kecerdasan emosional anak.

      Kecerdasan emosional, yang meliputi kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri serta berempati terhadap orang lain, menjadi salah satu aspek penting dalam pembentukan kepribadian anak. Cerita fantasi sering kali memuat konflik, tantangan, dan interaksi antar karakter yang mengajarkan anak tentang beragam emosi, seperti rasa takut, keberanian, kebahagiaan, hingga kesedihan. Melalui cerita tersebut, anak dapat belajar mengelola emosi mereka sekaligus memperluas wawasan tentang kehidupan sosial(Anafiah, 2015).

      Kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang diwarisi secara genetik atau bawaan sejak lahir, melainkan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan (Dulewicz dan Higgs, 2000:1). Oleh karena itu, diperlukan upaya yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan ini secara sehat agar di masa depan lahir generasi yang lebih baik dibandingkan generasi saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh penyair Libanon, Khalil Gibran, bahwa anak-anak seperti anak panah yang telah dilepaskan dari busurnya, dan mereka adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Pernyataan ini tidak dimaknai secara harfiah bahwa anak dibiarkan begitu saja setelah lahir. Sebaliknya, meskipun mereka bebas, orang tua tetap memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan mendidik mereka. Terlebih lagi, dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak selalu berinteraksi dengan orang tua mereka. Salah satu cara yang relevan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melalui pengajaran karya sastra(Dilah & Zahro', 2021).

      Berdasarkan itu tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana cerita fantasi anak dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional. Pembahasan akan meliputi elemen-elemen dalam cerita fantasi yang mendukung pengembangan emosional, manfaat yang dapat diperoleh dari cerita ini, serta bagaimana genre ini dapat diterapkan sebagai alat pembelajaran dalam mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan menelusuri dunia fantasi, artikel ini diharapkan memberikan wawasan baru tentang pentingnya sastra anak dalam membentuk generasi yang lebih peka dan empati. mengeksplorasi bagaimana cerita fantasi anak dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional. Pembahasan akan meliputi elemen-elemen dalam cerita fantasi yang mendukung pengembangan emosional, manfaat yang dapat diperoleh dari cerita ini, serta bagaimana genre ini dapat diterapkan sebagai alat pembelajaran dalam mendukung pertumbuhan psikologis anak. Dengan menelusuri dunia fantasi, artikel ini diharapkan memberikan wawasan baru tentang pentingnya sastra anak dalam membentuk generasi yang lebih peka dan empati(Fardani, 2023).

Fantasi dapat diartikan sebagai "the willing suspension of disbelief" (Coleridge, dikutip oleh Lukens dalam Burhan, 2014: 20), yaitu cerita yang menyuguhkan sesuatu yang sulit diterima oleh logika. Hal ini disebabkan fantasi menghadirkan dunia lain (other world) yang berbeda dari realitas, sehingga sulit dipahami secara rasional. Namun, cerita fantasi dikembangkan melalui imajinasi yang dapat diterima oleh pembaca, sehingga tetap terasa relevan dan menarik. Fantasi sering disebut sebagai literary fantasy dan perlu dibedakan dari folk fantasy atau cerita rakyat fantasi, yang asal-usul penulisnya tidak diketahui(Susilaningrum, 2017).

Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi adalah: cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi ilmu.

  • Cerita Fantasi

Cerita fantasi (fantastic stories)dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur, dan tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita (Burhan: 2013: 20). Dengan demikian dapat dimaknai bahwa derajat kebenaran dari cerita fantasi diragukan apabila dikaitkan dengan logika realistik sebagaimana halnya yang ada dan terjadi dalam kehidupan nyata. Kekurangmasukakalan terutama disebabkan oleh tokoh cerita yang diangkat bukan hanya manusia biasa saja, melainkan juga tokoh dari dunia lain, seperti: makhluk halus, manusia mini, raksasa, naga bersayap, dan lain-lain. Alur cerita yang dikembangkan juga mengisahkan peristiwa yang kurang masuk akal, misalnya: manusia yang bisa terbang atau hal-hal lainnya di luar jangkauan nalar manusia, berbagai cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia, atau cerita-cerita lainnya yang mengandung unsure personifikasi. Namun demikian, dalam cerita fantasi juga menghadirkan berbagai peristiwa yang realistik di samping peristiwa yang sulit diterima oleh logika realistik.

  • Cerita Fantasi Tinggi

Cerita fantasi tinggi ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dengan kejahatan. Cerita fantasi tinggi juga melukiskan bagaimana manusia secara utuh dan lengkap. Cerita jenis ini dapat meyakinkan pembaca lewat tokoh yang meyakinkan dan konsistensi dunia baru (lain) yang dikisahkan. Sudut pandang yang mempengaruhi penerimaan kita terhadap karakter dan pegalaman.

  • Fiksi Ilmu

Fiksi ilmu adalah diksi spekulatif yang pengarangnya mengambil postulat dari dunia nyata sebagaimana yang kita ketahui dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi ilmu kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah ia murni fantasi atau ilmu. Sebagai sebuah cerita yang hadir ke pembaca sebenarnya pembedaan tersebut tidak terlalu penting. Namun, yang jelas, walau telah diyakini melalui keyakinan yang bersifat illmiah, fiksi ilmu tetap saja mengandung unsur yang dipertanyakan kebenarannya(Aminah, 2022).

Cerita fantasi memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan kecerdasan emosional anak, khususnya pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Melalui penceritaan yang berbasis analisis fungsi tokoh, anak-anak dapat mengeksplorasi berbagai aspek emosional, seperti mengenal emosi diri, mengelola dan mengekspresikan emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), serta membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional tersebut mencakup lima aspek, yakni:

  • Mengenal emosi diri,
  • Mengelola dan mengekspresikan emosi diri,
  • Memotivasi diri,
  • Mengenali emosi orang lain (empati),
  • Membina hubungan dengan orang lain.

Cerita fantasi anak memiliki peran penting dalam meningkatkan kecerdasan emosional anak-anak pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Melalui analisis fungsi tokoh dalam cerita, anak-anak belajar mengenali dan mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), serta membina hubungan dengan orang lain. Sebelum diberikan cerita berbasis analisis tokoh, mayoritas anak menunjukkan kebutuhan untuk mengembangkan perilaku lebih lanjut di berbagai aspek kecerdasan emosional. Namun, setelah penceritaan, terdapat peningkatan signifikan pada kategori anak dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik, serta peningkatan anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, misalnya dari 0,6% menjadi 4,3% pada aspek empati dan dari 4,3% menjadi 9,3% pada aspek memotivasi diri. Tokoh dalam cerita fantasi memberikan contoh situasi yang membantu anak memahami emosi, baik milik mereka sendiri maupun orang lain, serta mempelajari cara mengekspresikan emosi dengan sehat dan membangun hubungan sosial yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa cerita fantasi bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana edukatif yang efektif dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak secara menyeluruh, sehingga penggunaannya dalam pembelajaran dan pengasuhan anak perlu dioptimalkan (Subyantoro, 2007).

Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional menjadi unsur penting dan utama dari kecerdasankecerdasan lainnya, dimana seringkali kita menemukan seseorang gagal bukan karena kemampuan intelektualnya yang minim tetapi karena kecerdasan emosionalnya yang rendah yang belum mampu mengelola penerimaan kondisi yang terjadi pada diri mereka. Adapun unsur penting dalam kecerdasan emosional anak yang dimaksud adalah

  • Keyakinan, yakni perasaan kendali yang kuat terhadap tubuh dan perilakunya serta perasaan anak bahwa si anak akan cenderung berhasil daripada gagal,
  • Rasa ingin tahu, yakni perasaan bahwa dengan menyelidiki sesuatu lebih dalam merupakan sesuatu yang menyenangkan dan bersifat positif bagi anak,
  • Niat, yakni perasaan akan kekuatan hasrat dan keinginan dalam bertindak disertai ketekunan dalam meraih apa yang diinginkan,
  • Kendali diri, yakni kemampuan mengendalikan tindakan dengan pertimbangan usia,
  • Keterkaitan, yakni perasaan saling memahami ketika melibatkan diri dengan orang lain,
  • Kecakapan berkomunikasi, yakni kemampuan verbal untuk saling menerima dan bertukar ide, gagasan perasaan dengan orang lain kemudian melahirkan kepercayaan dan kenyamanan pada orang lain.

Cerita fantasi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga memiliki peran signifikan dalam mendukung perkembangan kecerdasan emosional anak. Melalui penceritaan yang memadukan imajinasi dan pesan moral, cerita fantasi membantu anak-anak mengenali dan mengelola emosi, memotivasi diri, serta memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini menjadi landasan penting dalam pembentukan kepribadian yang sehat dan hubungan sosial yang positif. Peningkatan kecerdasan emosional melalui cerita fantasi terbukti dari pengaruhnya pada berbagai aspek, seperti empati, pengelolaan diri, dan komunikasi. Oleh karena itu, cerita fantasi dapat dioptimalkan sebagai alat pembelajaran dan pengasuhan, baik di rumah maupun di sekolah. Dengan memanfaatkan cerita fantasi, generasi masa depan diharapkan dapat tumbuh menjadi individu yang lebih peka, percaya diri, dan mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

      Sebagai upaya mengembangkan kecerdasan emosional, penting bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan untuk memahami potensi sastra anak, khususnya cerita fantasi, sebagai sarana edukasi. Dengan demikian, literasi sastra dapat menjadi salah satu pendekatan yang efektif dalam membentuk anak-anak menjadi individu yang seimbang secara intelektual dan emosional.

Referensi

Aminah, S. (2022). Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Sastra pada Anak Usia Dini. Journal of Early Childhood Education Studies, 2(1), 1--29. https://doi.org/10.54180/joeces.2022.2.1.1-29

Anafiah, S. (2015). Pemanfaatan Sastra Anak S K Ebagai Media Penumbuhan Budi Pekerti. 267--289. https://id.m.

Dilah, G., & Zahro', A. (2021). Kecerdasan Emosional Tokoh Perempuan Muslimah dalam Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 4(1), 37--48. https://doi.org/10.30872/diglosia.v4i1.89

Fardani, R. (2023). Pengaruh Aktivitas Mendongeng terhadap Kecerdasan Linguistik dan Emosional Anak. Guru Tua: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 6(1), 23--32. https://unisa-palu.e-journal.id/gurutua/article/view/143/118

Subyantoro. (2007). Model Bercerita untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak. Semarang: Rumah Kita. Humaniora, 19(3), 261--273.

Susilaningrum, D. (2017). GENRE SASTRA ANAK DAN MANFAATNYA: FANTASI Oleh Endah Sri Susilaningrum Hastin Kusumowati Selly Gusmentari Dian Yuni Lutfiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun