Nabi palsu adalah orang yang mengakui menerima wahyu, atau berbicara untuk Allah, atau bisa disebut juga orang yang mengaku nabi dengan tujuan jahat, dintaranya: Politisasi (popularitas) dan membawa pengikutnya kepada perilaku penyimpangan sosial. Sebenarnya dalam Al quran telah di tegaskan bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam (SAW)
adalah penutup para nabi.
"Muhammad itu sekali- kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Ahzab [33]: 40).
Dalam beberapa hadist juga telah disebutkan tentang munculnya orang yang mengaku Nabi. Salah satunya:
"Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, dia diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, tetapi akan ada para khalifah, dan jumlah mereka banyak." [HR. Bukhari, kitab: Ahadits al-Ambiya, no:3455; Muslim, no:44/1842, dari Abu Hurairah]
Munculnya nabi palsu tak hanya terjadi pada masa kekhalifan sahabat, tetapi pada zaman sekarang juga tak sedikit orang yang telah mengaku sebagai Nabi. Biasanya yang menyebabkan mereka mengaku Nabi karena memiliki hasrat pribadi keduniaan disertai cintaan pada dunia (hubud dunya). Hasrat ingin menjadi pemimpin, banyak kelompok yang menginginkan kehormatan di tengah masyarakat. Menandingi popularitas Kota Mekah yang memiliki Ka'bah. Para nabi palsu ingin agar wilayah mereka bisa menandingi Mekah dengan Baitul Haramnya. Dan masih banyak lagi sebab lainnya. Nabi palsu pada zaman Khulafaur Rosyidin
Musailamah al-Kazzab dan Sajjah Binti al-Harits
Pada masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Musailamah dari Bani Hanifah di Yamamah. Istrinya, Sajjah binti al-Harits dari Bani Tamim, juga mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat.
Aswad al-Ansi
Nama aslinya Ailat bin Kaab bin Auff Al-Ansi. Aswad berasal dari Bangsa Habasyah yang tinggal di Jazirah Arab.
Al-Harits Al-Kadzdzab