Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Kampanye Hitam dan Kebencian dalam Pandangan Islam

3 Desember 2018   11:25 Diperbarui: 3 Desember 2018   11:29 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini, kita sering sekali mendapat atau mendengar tentang kiriman, postingan, atau yang sejenisnya yang mengandung unsur-unsur kebencian, permusuhan, dan pemecah-belahan persatuan. Ada kalanya isu isu tersebut disisipi dan dihiasi dengan berita yang tidak jelas faktanya serta direkayasa demi memperkuat dan meyakinkan orang yang membacanya akan kebenaran isinya. 

Sebut saja seperti, kasus pembakaran bendera tauhid, kasus penistaan agama, berita invasi pekerja asing dari Cina, dan berita berita lainnya. Terlebih lagi, saat memasuki tahun tahun politik dan periode kampanye. Tak segan-segan pula para tim sukses mengklaim dan mempolitisasi hampir segala unsur unsur kebudayaan dan aktivitas keagamaan. Sebagai muslim, hendaknya kita tidak terpengaruh arus dan ikut ikut memposting sebuah isu atau berita hyang belum pasti kebenarannya.

Di dalam Islam sendiri, kedamaian dan kerukunan merupakan dua hal yang harus dijaga. Kita telah diajarkan agar tidak mudah memercayai berita yang su mbernya tidak jelas dan tidak pula menyebarkannya, karena dapat menimbulkan kebencian. Hal ini tentu nya merupakan suatu nilai nilai yang hendaknya dapat kita jaga jika ingin menjadi muslim yang baik. 

Bahkan, dalam Al-Qur'an sendiri, banyak ayat yang memerintahkan agar seorang muslim hendaknya tidaklah saling membenci dan harus bersatu. Salah satunya, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman didalam surat Al-Hujurat ayat 12 yang berarti;

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan pra-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari pra-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. "

Sekurang-kurangnya, dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk menjauhi prasangka (dugaan), menjauhi mencari keburukan orang, dan menggunjingkan satu sama lain. Ketiga hal ini merupakan isyarat bahwa Allah juga melarang kita menebar rasa benci antar sesama. Karena didalam tiga hal tersebut, mengandung unsur kebencian dan perpecahan.

Imam Al Qurtubi menjelaskann didalam tafsir karangannya, Tafsir Al-Qurtubi bahwasanya maksud firman Allah diatas adalah : Janganlah kalian mempunyai dugaan buruk terhadap orang yang baik. Dengan demikian, dapat juga ditarik kesimpulan bahwa berita tentang suatu keburukan pada orang yang belum kita ketahui tabiatnya itu juga tidak diperbolehkan. 

Bisa kita simpulkan, bahwa kampanye hitam dan politik adu domba yang telah terbiasa dilakukan oleh paslon-paslon pemilu merupakan salah satu yang termasuk kedalam kategori ini. Karena hal tersebut dapat menyebabkan orang lain menduga-duga atas lawan yang disangkuti berita tersebut.

Dalam tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari banyak berprasangka buruk, yakni mencurigai keluarga dan kaum kerabat serta orang lain dengan tuduhan yang buruk yang bukan pada tempatnya.

Karena sesungguhnya sebagian dari hal tersebut merupakan hal yang murni dosa, untuk itu hendaklah hal tersebut dijauhi secara keseluruhan sebagai tindakan prefentif. Agar dari perbuatan perbuatan demikian tidak timbul kebencian antar sesama, saling mengolok-olok, dan akhirnya terjadi  perpecahan dan permusuhan dalam Islam.

Seperti halnya yang terjadi di realitas sekarang, terutama dalam masa berkampanye dan tahun tahun politik. Banyak orang orang yang begitu saja menyebar kebencian, berita bohong, dan saling memperolok-olok satu sama lain. Mereka rela menjual larangan Allah hanya untuk sekedar mendapat dukungan sementara untuk mendapat posisi dan jabatan di dunia. 

Na'udzubillahi min dzalik. Parahnya lagi, ada saja sebagian oknum yang dengan tega merekayasa berita dan akhirnya membuat pernyataan palsu, menyebarkan fitnah dan melibatkan pihak pihak lain yang sebenarnya tidak ikut andil dalam perbuatan tersebut.

Padahal, Rasulullah telah melarang dan mewanti-wanti tentang ghibah. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud didalam kitabnya Sunan Abi Dawud, beliau menuturkan salah satu hadist yang berbunyi;

( ( )  

" Suatu ketika Rasulullah saw pernah ditanya tentang ghibah, Ya Rasulullah apakah ghibah itu? beliau menjawab "engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang tidak disenanginya (dibencinya)". Kemudian orang itu kembali bertanya kepada Rasulullah saw "bagaimana jika memang kenyataanya demikian?" Rasulullah saw menjawab "jika memang demikian adanya maka engkau telah me-ghibahkan dia dan jika tidak demikian adanya, maka engkau telah melakukan dusta besar atasnya."

Hadist diatas sebenarnya cukup mengajarkan pada kita bahwasanya nabi Muhammad mewanti-wanti agar tidak membuat buat sebuah berita atau kabaar tentang keburukan seseorang yang tidak diketahui kebenarannya. Bahkan, dalam Islam praktek ghibah yang dilarang tidak hanya sebatas dalam bentuk pembicaraan, tetapi bisa juga berupa isyarat. Sebagaimana yang tergambar pada hadits riwayat Imam Hasan bin Al-Mukhariq bahwa:

( )

Ada seorang perempuan yang masuk kepada Aisyah ra, maka tatakala perempuan itu berdiri Aisyah berisyarat dengan tangannya ke arah Rasulullah saw yang artinya bahwa perempuan itu pendek. Maka sabda Rasulullah saw "Engkau sudah ghibahkan dia".

 Jika isyarat tangan Aisyah ra dikategorikan sebagai ghibah oleh Rasulullah saw maka sesungguhnya berbagai gambar, tulisan melalui twitte, FB dan media sosial lain tentang pasangan calon presiden tentunya lebih dari sekedar ghibah.

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub karangannya, Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali memberikan penjelasan dan alasan tentang keharaman dan keburukan ghibah yang diambilnya dari hadits Rasulullah saw.

Bersabda Raslullah saw jauhkanlah dirimu dari ghibah. Karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dari pada berzina. Terkadang seorang berzina dan bertaubat, maka Allah terima taubatnya. Sedang orang yang me-ghibah itu tidaklah ia diampuni Allah swt. sehingga ia diberi maaf oleh orang yang bersangkutan.

Dengan kata lain Al-Ghazali ingin menyampaikan bahwa ghibah itu lebih kejam dari sekedar prilaku zina. Karena banyak orang yang berzina kemudian bertaubat, tetapi jarang sekali orang yang bertaubat karena melakukan ghibah. Malahan jarang sekali mereka yang berghibah merasa dirinya bersalah. Karena mereka hanya merasa sedang menyampaikan sekedar informasi belaka. Bukankah demikian kasus yang disebutkan didalam hadist Sayyidah Aisyah?.

Karena itu, sehendaknya kita menghindari menyebarkan berita berita yang tidak kita ketahui keabsahannya, berita berita yang memuat tentang kebencian, dan berita berita yang menjelek-jelekkan orang lain. Sebab, disamping menumpuk dosa yang berpengaruh kepada masing-masing individu yang melakukan perbuatan demikian, juga merusak masyarakat sosial, sebagaimana virus yang menyerang dan melemahkan pola pikir bangsa kita, terutama di hari-hari mendekati pemilihan capres seperti sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun