Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Kampanye Hitam dan Kebencian dalam Pandangan Islam

3 Desember 2018   11:25 Diperbarui: 3 Desember 2018   11:29 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Na'udzubillahi min dzalik. Parahnya lagi, ada saja sebagian oknum yang dengan tega merekayasa berita dan akhirnya membuat pernyataan palsu, menyebarkan fitnah dan melibatkan pihak pihak lain yang sebenarnya tidak ikut andil dalam perbuatan tersebut.

Padahal, Rasulullah telah melarang dan mewanti-wanti tentang ghibah. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud didalam kitabnya Sunan Abi Dawud, beliau menuturkan salah satu hadist yang berbunyi;

( ( )  

" Suatu ketika Rasulullah saw pernah ditanya tentang ghibah, Ya Rasulullah apakah ghibah itu? beliau menjawab "engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang tidak disenanginya (dibencinya)". Kemudian orang itu kembali bertanya kepada Rasulullah saw "bagaimana jika memang kenyataanya demikian?" Rasulullah saw menjawab "jika memang demikian adanya maka engkau telah me-ghibahkan dia dan jika tidak demikian adanya, maka engkau telah melakukan dusta besar atasnya."

Hadist diatas sebenarnya cukup mengajarkan pada kita bahwasanya nabi Muhammad mewanti-wanti agar tidak membuat buat sebuah berita atau kabaar tentang keburukan seseorang yang tidak diketahui kebenarannya. Bahkan, dalam Islam praktek ghibah yang dilarang tidak hanya sebatas dalam bentuk pembicaraan, tetapi bisa juga berupa isyarat. Sebagaimana yang tergambar pada hadits riwayat Imam Hasan bin Al-Mukhariq bahwa:

( )

Ada seorang perempuan yang masuk kepada Aisyah ra, maka tatakala perempuan itu berdiri Aisyah berisyarat dengan tangannya ke arah Rasulullah saw yang artinya bahwa perempuan itu pendek. Maka sabda Rasulullah saw "Engkau sudah ghibahkan dia".

 Jika isyarat tangan Aisyah ra dikategorikan sebagai ghibah oleh Rasulullah saw maka sesungguhnya berbagai gambar, tulisan melalui twitte, FB dan media sosial lain tentang pasangan calon presiden tentunya lebih dari sekedar ghibah.

Dalam kitab Mukasyafatul Qulub karangannya, Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali memberikan penjelasan dan alasan tentang keharaman dan keburukan ghibah yang diambilnya dari hadits Rasulullah saw.

Bersabda Raslullah saw jauhkanlah dirimu dari ghibah. Karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dari pada berzina. Terkadang seorang berzina dan bertaubat, maka Allah terima taubatnya. Sedang orang yang me-ghibah itu tidaklah ia diampuni Allah swt. sehingga ia diberi maaf oleh orang yang bersangkutan.

Dengan kata lain Al-Ghazali ingin menyampaikan bahwa ghibah itu lebih kejam dari sekedar prilaku zina. Karena banyak orang yang berzina kemudian bertaubat, tetapi jarang sekali orang yang bertaubat karena melakukan ghibah. Malahan jarang sekali mereka yang berghibah merasa dirinya bersalah. Karena mereka hanya merasa sedang menyampaikan sekedar informasi belaka. Bukankah demikian kasus yang disebutkan didalam hadist Sayyidah Aisyah?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun