Mohon tunggu...
Aulya Azzahra Tika
Aulya Azzahra Tika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/ Gizi/ Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Universitas Sriwijaya

Membaca dan menulis Melankolis Segala hal yang menambah wawasan

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tamu Tak Diundang

28 Oktober 2023   11:46 Diperbarui: 28 Oktober 2023   12:28 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Langit Tampa menggelap mendung diiringi dengan suara geluduk yang keras. Sepertinya hujan deras tak lama lagi akan menyapa bumi. 

"Salwa, beneran kamu gak mau ikut?"

"Enggak bu, aku pengen di rumah aja."

"Ikut aja, ini nanti keliahtanya hujan. Kali mati lampu kamu di rumah sendirian gimana?" 

Menggeleng pelan "Lebih baik aku di rumah dari pada ketemu sepupu-sepupu yang nyinyirnya minta ampun."

Menghela nafas pelan "Ya udah, nanti jangan lupa kunci semua pintu. Kalo ada yang ketok-ketok gak usah dibuka. Kalo ada apa-apa telpon ibu atau tetangga samping rumah."

"Iya, buk. Gak usah khawatir, udah sana berangkat sama bapak. Oh ya, ibu langsung kung aja pagarnya."

"Ya, hati-hati di rumah."

"Oke."

Suara langkah kaki yang menjauh dan tak lama kemudian terdengar suara mobil yang keluar dari pagar halaman. Gadis itu menatap kepergian kedua orang tuanya dari jendela, perlahan ia menutup tirai  dan kembali pada rutinitas kesukaanya, menonton drama. 

"Stockholm syndrome itu ngeri. Gimana bisa coba korban malah suka sama pelaku."Gumanya mengomentari drama yang tengah ia tonton.

Tanpa terduga rasa kantuk perlahan menghampiri gadis itu dan ia tertidur dalam kondisi laptop yang masih menyala menampilkan degan kekerasan sang pelaku yang tengah menyiksa korban.

Suara hujan deras dengan petit yang menggelegar terdengar memekakkan telinga. Gadis yang tertidur cukup lama itu terbangun terkejut. 

Melihat sekitar "Ah, mati lampu ya, menyebalkan." 

Dengan mengumpulkan sisa-sisa kesadaran miliknya, garis itu perlahan bangkit untuk mengambil senter di dalam lemari miliknya. Ruangan yang awalnya gelap menjadi cukup terang, kini pandanganya jatuh pada jam dinding yang menunjukan pukul 19.30 malam.

"Loh, udah malem ya? Perasaan cuman tidur sebentar." Gumangya pada diri sendiri. 

Kini ia berjalan mendekati jendela dan menyingkap sedikit tirai untuk mengintip kondisi di luar. Gelap gulita tapi tak seluruhnya, karena terlihat ada dua rumah tetangganya yang menggunakan genset diesel untuk menghidupkan lampu. Setelah puas mengecek kondisi luar rumah, gadis kembali menutup tirai jendela. 

"Uh, laper. Makan ah." Ia kembali mengambil senter dan mendatangi dapur yang nampak remang-remang dalam pencahayaan lampu emergency. 

Gadis terlihat menyiapkan bahan-bahan mulai dari nasi, beberapa sayuran dan daging ayam. "Nah, hujan-hujan gini enaknya makan nasi goreng."

Setelah berkutat cukup lama, akhirnya garis itu selesai membuat nasi goreng dan susu coklat sebagai pendampingnya. "Hm, masih sisa cukup banyak. Ya, udahlah nanti untuk makan bapak ibu kalo udah pulang."

Dengan menggunakan nampan ia membawa nasi goreng dan susu coklat tersebut kembali ke kamarnya. Setelah mengunci pintu kamar, ia meletakkan senter yang dibawanya di atas nakas samping tempat tidur.

"Nah, mari nonton drama sambil makan." Gadis itu kini menikmati makananya di atas tempat tidur dengan didampingi drama kesukaannya.

Ketika jam dinding telah menunjukan pukul 23.15 malam dengan kondisi hujan yang mulai mereda menyisakan rintiknya, gadis itu mulai mendengar suara-suara aneh dari arah dapur yang lumayan dekat dengan kamarnya. 

"Suara apa tuh?" Gumanya pelan. Ia yang awalnya fokus menonton drama dengan menggunakan earphones perlahan melepasnya. 

Menoleh melihat sekitar kamar, tak lama kemudian muncul notifikasi pesan dari smartphone miliknya yang bertuliskan 'Ibu sama bapak pulangnya agak malam. Gak usah nungguin kami ya.'

Setelah membaca pesan tersebut, gadis itu di buat kaget dengan suara kencang benda-benda yang berjatuhan. Jantungnya berdegub ketakutan, meski demikian ia berusaha untuk tetap tenang. 

Ia menutup laptop dan perlahan berjalan mendekati tembok yang memisahkan kamarnya dengan kamar mandi dan dapur yang ada di samping kamar mandi. "Keluar tidak ya?" batinya dengan tangan gemetar. "Gak, bodoh kalo aku keluar." Bantahnya dalam hati.

Lalu gadis itu beralih membuka smartphone miliknya. "Seminggu yang lalu bapak baru masang CCTV di beberapa bagian rumah. Ada dapur gak ya?" Bisik gadis itu tanpa suara.

Setelah menemukan aplikasi pemantau yang terhubung dengan CCTV dalam rumah, gadis itu kini melihat banyak video rekaman secara langsung yang tengah ditunjukkan oleh CCTV dan ia menemukan ke anehan di video yang memantau bagian dapur. Di dalam video itu terlihat sesosok mahluk tinggi berbalut kain putih lusuh yang tengah memakan nasi goreng buatanya di atas wajan.

Ia yang melihatnya langsung tercenang bungkam dalam keterkejutan. Perlahan ia melihat sosok tersebut seakan kesulitan dalam mengambil makanan di dalam wajan dan berakhir dengan sosok itu menjatuhkan wajan yang berisi nasi goreng ke lantai. Bersamaan dengan itu, terdengar suara keras benda jatuh dari arah dapur yang mana menandakan jika rekaman CCTV yang ia lihat dan yang terjadi di tempat adalah hal yang benar- benar terjadi di saat itu.

Perlahan jari gadis itu mengeklik tanda keluar dari aplikasi pemantau yang terhubung dengan CCTV. Wajahnya terlihat pucat pasi dan dengan tangan yang bergetar hebat, gadis itu mengirim pesan kepada sang ibu agar segera pulang.

Dengan tubuh yang gontai gadis itu kembali ke atas tempat tidurnya. Ia membaringkan diri dan menyelimuti seluruh tubuh bersembunyi di dalam selimut tebal miliknya. Tanganya mendingin dan jantungnya masih berdebar kencang. Meski demikian ia berusaha mengalihkan katakutanya itu dengan membaca novel online bergenre romansa. 

Sedikit demi sedikit ketenangan itu mengambil alih dirinya dan tanpa sadar ia tertidur lelap. Setelah beberapa lama kemudian ia mendengar suara teriakan milik ibunya yang langsung membuatnya terperanjat terkejut. 

Bahkan dalam suara teriakan itu ia juga mendengar beberapa suara gaduh milik orang lain. Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu kamarnya "Salwa, ini ibu buka pintunya." Ujar sang ibu dengan nada bergetar.

Ia yang sura mulai sadar sepenuhnya kini beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar yang dikuncinya tadi. Betapa terkejutnya gadis itu ketika melihat sesok sang ibu yang berurai air mata. Tanpa terduga sang ibu langsung memeluk gadis itu, lalu melepaskan pelukan dan mengecek keadaan putrinya. 

"Nak, kamu gak papa? Ada yang terluka? Ada yang sakit gak?" Tanyanya secara beruntun. 

Menggeleng linglung "Enggak, bu. Ada apa?" 

Perlahan raut lega terlihat di wajah khawatir wanita paruh baya itu "Syukurlah. Ayo ikut ibu ke ruang tamu dulu ya."

Gadis itu menggaguk pelan sebagai jawaban.

Sesampainya di ruang tamu, gadis itu tak hanya melihat sang ayah tapi ia juga melihat ada paman dan bibinya disana dengan wajah pucat yang menatapnya khawatir. Gadis itu merasa heran tapi tetap duduk di samping sang ibu yang sedari tadi menggenggam erat tanganya. 

Kini pandangan sang ayah tertuju padanya "Salwa, kamu gak papa?" 

Mengagguk pelan "Iya, pak."

Terdengar helaan lega dari ketiganya "Syukurlah."

"Memang kenapa, pak?" 

Keempat orang dewasa itu saling melirik dan berakhir dengan sang ayah yang berkata "Gak papa, besok aja kita bahas seorang kamu tidura di temani ibu ya." 

Meangagguk pelan "Ya, pak." Akhirnya gadis itu tidur di kamar orang tuanya dengan di temani sang ibu. 

"Nak, ibu ganti baju dulu ya. Kamu tidur aja, ibu gak akan ke mana-mana."

"Ya, bu." Perlahan rasa kantuk kembali menghampiri dirinya dan ia terlelap dalam buain Peri tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun