Awalnya, Luke tidak menyadari bahwa Daniel sebenarnya merupakan sosok tidak kasat mata. Hingga ibunya mengajak Luke untuk pulang dan menyadarkan Luke bahwa dirinya tidak bersama seorang pun di Taman itu.
Namanya juga anak kecil yang sedang keasikan bermain, Luke tidak mau diajak pulang, ia meminta izin untuk mengajak Daniel pulang bersamanya.
Ibunya pun memaklumi, berpikir bahwa anak kecil punya imajinasi, sehingga tidak mempermasalahkan hal itu.
Daniel pun menjadi bagian hidup Luke....
Setiap hari mereka bermain, Luke berubah menjadi anak yang ceria, tidak pernah murung walau orangtuanya sedang bertengkar. Daniel selalu ada untuknya.
Namun Luke tidak bisa membedakan kenyataan dan imajinasinya lagi. Daniel perlahan mempengaruhi pikiran Luke dan berkuasa atas itu.
Dari peristiwa Luke yang hampir membunuh ibunya atas perintah Daniel, Ibunya kemudian sekuat tenaga menyadarkan Luke bahwa Daniel itu tidak nyata, Luke harus mengurung Daniel atas perbuatannya.
Ketika Luke beranjak dewasa, ia tidak bisa berdamai dengan masa kecilnya. Luke kerap mengingat peristiwa traumatis yang dibuat orangtuanya seiring pertumbuhannnya.
Hidupnya gelisah, Luke merasa sulit menjalani perkuliahan. Hingga Ia memutuskan mengunjungi terapis dan disarankan untuk menghidupkan kembali teman imajiner masa kecilnya, Daniel.
Seperti bagaimana membuka hubungan asmara dengan wanita, Daniel membantu Luke membangun kepribadiannya menjadi cerdas, humoris, dan menarik.