"Kalau jalur BRT Transjakarta masih bisa dilanggar oleh kendaraan lain."
Petugas kepolisian pasti tidak akan melakukan diskresi, seperti membiarkan mobil masuk ke jalur Transjakarta pada saat macet yang biasanya terjadi sepanjang jalan Sudirman.
Pelayanan transportasi umum dapat optimal dengan O-Bahn, penumpang bisa dilayani dengan cepat sampai tujuan.
Baca juga: Transjakarta Sudah Punya 122 Rute, Kenapa Jakarta Masih Macet?
2. Sistem transportasi ini merupakan perpaduan antara BRT dan LRT.
LRT atau light rail transit adalah sistem transportasi berbasis rel yang dimensi keretanya lebih ringan, lebih kecil, dan kapasitas yang sedikit dibanding dengan MRT.
Jika berbicara soal kapasitas, LRT dan BRT sebenarnya memiliki daya tampung yang hampir sama. Namun infrastruktur pengadaan/perawatan kereta LRT jauh lebih mahal dan lebih lama dibanding membangun sistem BRT.
O-Bahn menjadi alternatif jika ingin mewujudkan transportasi umum yang pelayanannya lebih efektif dari BRT, namun biaya lebih murah dan praktis dibanding LRT.
Namun tidak harus semua jalur layanan menggunakan trek. Ketika beroperasi nanti, O-Bahn juga bisa melayani penumpang di jalan raya tanpa trek khusus. Seperti feeder Transjakarta yang bisa masuk dan keluar jalur.
3. Bus Bisa Melaju di Atas Kecepatan 80 Km/jam
Tidak seperti BRT Transjakarta yang kecepatannya hanya dibatasi 50 Km/jam untuk keselamatan perjalanan, O-Bahn bisa melaju lebih cepat hingga 80 km/jam karena sopir tidak memegang kendali bus.
Bus melaju mulus dan cepat di atas trek layaknya kereta berjalan tanpa hambatan.