Mungkin pendapat dia sering berbeda dengan kita, dia kelewat ekspresif dan cenderung menyebalkan. Tapi itu bukan sepenuhnya salah dia.
Ketika semua sudah terjadi, seharusnya kita bisa mengantisipasi segala keburukan. Mungkin saja kalian kurang merencanakan dengan matang, kalian menyepelekan faktor alam dan budaya destinasi itu sendiri.
Jangan sampai hubungan kalian rusak hanya karena traveling.
Lain kali jangan ajak dia lagi
Serius, tidak usah diajak lagi. Teman sepermainan belum tentu punya selera yang sama pada saat liburan. Akan lebih baik kalau tujuan liburanmu spesifik hanya untuk berbelanja, jangan ajak dia yang membenci berlama-lama di dalam pusat perbelanjaan.
Jangan ajak dia yang malas berjalan kaki untuk liburan dengan gaya backpacker. Cari saja teman lain yang punya daya eksplor yang sama. Kamu suka ke museum, jangan ajak dia yang menyepelekan sejarah!
Bisa jadi dia juga ogah jalan-jalan sama kamu lagi. Kecuali kalau dia mau mengubah cara hidupnya, ingatkan saja kalau berwisata itu artinya keluar dari zona nyaman.
Memahami perbedaan gaya berwisata itu penting. Ada yang dirinya merasa puas hanya dengan ikut tour, ada juga yang tidak peduli dengan paket tour, lebih baik mengatur perjalanan sendiri sesuai budget yang ada.
Jika kedua kubu itu disatukan, akan terjadi perselisihan. Kecuali bila ada satu pihak yang mengalah dan berkomitmen untuk liburan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H