Di Indonesia, kita pasti tidak asing dengan ungkapan "tangan manis dan tangan setan" yang secara tidak sadar, merupakan tindakan diskriminatif terhadap tangan dominannya.
Beberapa orang kidal, pada masa kecilnya bahkan pernah dipaksa untuk menulis dan melakukan semua kegiatan "yang baik" dengan tangan kanan.
Sebagai pengalaman pribadi, saya selalu merasa bersalah ketika menulis, mengambil, atau menerima dengan tangan kiri karena sudah didoktrin bahwa "seharusnya kamu jangan pakai tangan itu".
Secara psikologis, ini tentu akan berdampak dengan tumbuh kembang. Berdasarkan penelitian, orang kidal akan mudah gugup, takut berekspresi dan takut menjadi berbeda.
Salah satu member Komunitas Kidal Indonesia, Christiana juga menyampaikan akan ada konsekuensi jika seorang kidal tidak diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas dengan tangan kirinya.
"Memang efeknya seperti itu ketika orang kidal dipaksa harus menggunakan tangan kanan. Saya aja kalo bawa baki kadang suka tiba-tiba jatuh, makanya kalo anak yang kiri jangan dipaksa kanan, jadi kagok dia chaos. Saya sudah pernah dibawa kedokter, tapi dokternya bilang apa? yaudah lah bu kalo udah kiri ya kiri, " Akunya.
Baca juga: Menjadi Kiri Itu Tidak Mudah!
Saya sendiri menilai bahwa masa-masa sulit sebagai orang kidal adalah semenjak dia lahir hingga dia menginjak bangku sekolah.
Di masa inilah nasib orang kidal ditentukan, apakah perilakunya diterima oleh keluarga dan masyarakat atau dianggap tidak pantas, sehingga dipaksa untuk "beralih menjadi normal" dengan tangan kanan.
Saatnya Orang Kidal Berkumpul
Siapa sangka, bahwa di Indonesia terdapat komunitas kidal. Mereka menyebutnya KOKI, yakni Komunitas Kidal Indonesia.Â