Seperti dilansir Kompas, Klotok diambil dari bunyi proses penyajian pada kopi. Pertama-tama, kopi hitam yang hendak disajikan, digodok atau direbus dulu sampai mendidih dan menimbulkan bunyi "klotok-klotok".
Untuk menikmati santapan, warung ini menyediakan tiga ruang. Bagian dapur, bagian dalam, serta teras bagian luar. Bila pagi dan sore hari, banyak sekali pengunjung yang memilih lesehan beralas tikar untuk menikmati santapan di bagian luar.
Suasana teras Kopi Klotok | Dokumentasi pribadi
Suasana teras Kopi Klotok | Dokumentasi pribadi
Tempat makan bagian dapur | Dokumentasi pribadi
Berbicara tentang suasana, Warung Kopi Klotok ini atmosfirnya sungguh hangat. Bangunannya tua tanpa plafon, bergaya joglo, dindingnya tidak diplester serta tersekat oleh kayu dan anyaman bambu. Begitu mata memandang keluar, kita dimanjakan dengan suasana persawahan dan gunung Merapi.
Suasana bertambah akrab dengan pengunjung yang datang bersama anggota keluarga. Walaupun penuh sekali. Beberapa bangku bahkan sudah ada yang dipesan.
Tempat makan yang sudah dipesan | dokumentasi pribadi
Warung ini ternyata cukup fenomenal, atau bahkan kalian sudah ada yang mengetahuinya. Maka kalau kalian berkunjung ke sana, jangan kaget lagi seperti saya. Antri untuk parkir, antri untuk mengambil makanan, antri untuk mendapatkan tempat duduk.
Tapi percayalah, kalian akan merindukannya untuk kembali lagi. Suasana yang tenang, hangat, serta rasa masakan yang gurih mungkin saja mendiami pikiran kalian seperti yang saya rasakan kini.
Lovely and cheap (Java food) in a spectacular setting overlooking paddy fields looking at Merapi. Try the strong coffee! -- 818gareths, Tripadvisor
Lihat Foodie Selengkapnya