Mohon tunggu...
M Aulia Rahman
M Aulia Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

City life enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Isra Miraj sebagai Momentum agar Kita Tidak Melupakan Yerusalem

14 April 2018   08:55 Diperbarui: 20 September 2019   05:15 4129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: instagram.com/jerusalem.city

Jika kita memiliki biaya sebesar 40 juta Rupiah, mana yang Anda pilih, membayar biaya haji atau melakukan umrah plus ke Yerusalem (Masjid Al Aqsa)?

Saya tebak banyak dari kita mengambil opsi yang pertama. 

Berhaji adalah rukun Islam, atas dasar itulah pribadi yang ingin meningkatkan derajatnya di mata Ilahi, sudah pasti merindukan perjalanan tersebut. Meskipun harus menunggu antrean bertahun-tahun lamanya.

Selain fisik yang harus disiapkan, kesabaran kita juga diuji. Dengan itu, sudah lengkap rasanya Keislaman seseorang. Lima Rukun Islam sudah tuntas diraih.

Tidak sedikit juga orang-orang memilih opsi kedua. Melakukan kunjungan ke Yerusalem, Al Quds. Kota suci yang jaraknya nun jauh di sana, yang kini rupanya bercahaya emas terang di pusatnya. Hingga Al Quran mencatatnya sebagai Al Aqsa, yang terjauh.

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya Muhammad. pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha. yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." -- QS Al Isra : 1

Selain berangkat ke sana tidak perlu menunggu waktu yang lama seperti berhaji, Yerusalem tercatat sebagai kota para nabi. Tidak hanya berkunjung ke Masjid Al Aqsa, kita bisa melakukan ziarah ke makam para nabi keturunan Ibrahim di sekitar Syam (Israel-Palestina, Yordania, Suriah).

Kita pasti mengetahui bahwa situasi di daerah tersebut tengah dirundung konflik yang panjang. Seperti perang saudara di Suriah dan Konflik Israel - Palestina yang membuat kita merasa khawatir bahwa akan terjadi apa-apa jika berkunjung ke sana dalam waktu dekat.

Baca juga: Empat Fakta Menyedihkan tentang Palestina

Terlebih Yerusalem dan Masjid Al Aqsa merupakan penyebab utama konflik antar kedua bangsa Israel-Palestina. Konflik tersebut bahkan meluas karena masuk dalam konflik agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk dunia.

Masjid Al Aqsa merupakan area yang disucikan oleh tiga agama, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Orang Yahudi menyebutnya sebagai Temple Mount (Bukit Kuil Suci) dan kiblat peribadatan mereka, sementara umat Kristiani memanggilnya dengan Bait Allah.

Baik ketiga agama tersebut sama-sama menganggap penting kesakralan area tersebut karena diyakini sebagai jalur penghubung antara manusia dengan Tuhan.

Foto: independent.co.uk
Foto: independent.co.uk
Pentingnya Yerusalem di Hati Umat Manusia
Menurut catatan kitab suci Yahudi dan Kristen, banyak hal telah terjadi yang menyebabkan mengapa area ini dipandang penting. 

Di sinilah panggung umat manusia. Ketika Tuhan menciptakan Adam dari titik puncak bukit ini. Ibrahim (Abraham) mempersembahkan anaknya melalui perintah berkurban.

Sulaiman membangun istana (Kuil bangsa Israel) untuk Tuhan yang keindahannya tidak tertandingi dan tersimpan Tabut Suci di dalamnya. Hingga akhirnya menjadi panggung perang, yang menyebabkan terusirnya bangsa Israel dari daerah itu.

Kemegahan istana itu pun akhirnya hancur rata dengan tanah bersama hilangnya Tabut yang masih dicari hingga sekarang.

Dome of The Rock, Jerusalem / foto: meemmobile.com
Dome of The Rock, Jerusalem / foto: meemmobile.com
Walau Islam muncul di semenanjung Arab ratusan tahun setelah kehancuran Yerusalem, Melalui peristiwa Isra dan Miraj, Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan yang terakhir melakukan perjalanan ke langit ketujuh (Sidratul Muntaha) tidak langsung dari kota Mekah.

Ada pesan tersirat dari peristiwa tersebut mengapa Muhammad SAW pergi ke Yerusalem terlebih dahulu, kemudian dari sana baru naik ke langit untuk mendapatkan perintah salat.

Yerusalem pada masa itu dikuasai oleh kekaisaran Bizantium. Meski terdapat komunitas Kristen pada masa itu, menurut perjanjian baru kita tidak perlu lagi menghadap Temple Mount dalam menyembah sebagaimana orang Yahudi lakukan. I

tulah mengapa tidak ada sistem kiblat dalam kekristenan.

Semenjak terusirnya bangsa Yahudi dari Yerusalem, kesakralan kota itu hilang. Area Masjid Al Aqsa (Temple Mount) pun hanyalah hamparan tanah yang dipenuhi oleh sampah.

Sehingga peristiwa Isra dan Miraj tidak sebatas sebagai peristiwa turunnya perintah untuk melakukan kewajiban salat 5 waktu. Namun bisa bermakna untuk mengangkat eksistensi kesucian Yerusalem dan sebagai pengingat akan sejarah yang telah terjadi.

Dengan peristiwa itu, Islam menjadikan Al Aqsa sebagai kiblat salat sebelum akhirnya dipindahkan ke Kakbah di Mekah.

Sebagai momentum jejak Muhammad SAW di sana, berdiri bangunan Dome of The Rock dan Masjid Al Qibli di dalam area Masjid Al Aqsa (Temple Mount). 

Kini kedua bangunan tersebut masih berdiri indah dan tercatat sebagai karya arsitektur Islam tertua yang masih ada. Keindahannya bahkan menjadikan ikon kota Yerusalem selama berabad-abad lamanya.

Namun di balik keindahan bangunan tersebut, Al Aqsa sebenarnya sedang dikepung. Seringkali kita mendengar kabar bahwa area ini ditutup oleh Israel yang menyebabkan umat Islam tidak bisa melakukan ibadah di sana.

Ribuan warga tengah memadati Western Wall pada saat perayaan Jerusalem day / dok: legalinsurrection.com
Ribuan warga tengah memadati Western Wall pada saat perayaan Jerusalem day / dok: legalinsurrection.com
Setelah memenangi perang Yom Kippur pada tahun 1967, Israel berkuasa atas keamanan area kota tua Yerusalem. Menjadikan Al Aqsa kini berstatus quo.

Semenjak kembalinya Yahudi ke "Tanah Air", mereka berambisi untuk berkuasa dan memperlakukan Yerusalem sebagaimana ajaran Taurat. Ambisi itu membawa mereka untuk membangun kembali Kuil ibadah dalam area Temple Mount (Al Aqsa).

Baca juga: Deklarasi Balfour, Yerusalem, dan Harapan Selama 2000 Tahun

Sebagai Muslim tentu ini merupakan sebuah masalah besar, maka tidak heran bahwa pertikaian antar Israel-Palestina tidak kunjung usai.

Bagaimanapun, usaha paling mudah bagi kita adalah berkunjung ke Yerusalem sesering mungkin. Hal ini tidak lain agar identitas Islam tidak tergerus dengan eksistensi Yahudi yang kian meningkat di sana.

Selain itu dapat membantu perjuangan warga Palestina agar meraih pengakuan Yerusalem sebagai kota mereka. Terlebih Indonesia sebagai negara yang mendukung kemerdekaan Palestina.

Baca juga: Yerusalem dan Eksistensi Palestina yang Semakin Pudar

Sebuah Dilema
Namun datang ke Yerusalem dengan frekuensi yang sering juga merupakan hal yang sulit bagi warga Indonesia. 

Selain tidak berhubungan diplomatik dengan Israel, warga Indonesia pun tidak diizinkan untuk mendarat dan terbang dari bandara udara Ben Gurion di Tel Aviv, akses terdekat dengan Yerusalem.

Sebenarnya Yerusalem bisa dibilang sebagai kota yang ramah turis, banyak yang ke sana datang dengan gaya backpacker karena bebas visa. Bisa menjelajah atau melanjutkan ke kota manapun di Israel secara bebas, baik bersama rekan atau sendirian.

Namun karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik, melakukan perjalanan ke sana secara leluasa sangat sulit. Kecuali bila ikut dengan rombongan tur, karena akan lebih mudah dan bisa dipercaya oleh pemerintah Israel.

Itulah mengapa biaya ke sana bisa setara dengan biaya haji karena harus transit di Amman, Yordania dan melalui perbatasan darat yang ketat antar kedua negara yang memakan waktu lebih lama.

Rabi Yehuda Glick, seorang rabi terkemuka di Yerusalem tengah mengunjungi kawasan Masjid Al Aqsa dengan pengawalan pasukan keamanan Israel (foto: instagram.com/sharongabay2)
Rabi Yehuda Glick, seorang rabi terkemuka di Yerusalem tengah mengunjungi kawasan Masjid Al Aqsa dengan pengawalan pasukan keamanan Israel (foto: instagram.com/sharongabay2)
Di satu sisi Palestina tidak berkuasa untuk memberi akses, sehingga kita harus mendapatkan visa Israel untuk ke sana.

Lain Indonesia, lain Turki. Karena memiliki hubungan diplomatik, Ada banyak penerbangan langsung dari Istanbul ke Tel Aviv yang memudahkan warganya untuk berkunjung kapanpun. Biaya penerbangannya pun terbilang murah karena menghubungkan dua kota tujuan wisata.

Memang merupakan sebuah dilema dan ironi. Sikap tegas Indonesia untuk menentang penjajahan patut diapresiasi. Namun sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, kita bahkan tidak bisa leluasa untuk datang ke Yerusalem.

Jadi kalau kamu punya uang 40 juta Rupiah dan ingin melakukan perjalanan rohani, pilih langsung nabung untuk naik haji atau umrah plus ke Yerusalem dulu?

Semoga kita diberi rejeki yang banyak, agar kita bisa berkunjung ke Yerusalem sesering mungkin.

Selamat memperingati Isra dan Miraj!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun