Dalam hal kuliner, Mongolia terkenal dengan hidangan yang sederhana namun padat energi, seperti "buuz" (pangsit daging yang dikukus), "khuushuur"Â (pangsit goreng), dan "airag" atau susu kuda yang difermentasi.
Minuman ini mengandung alkohol rendah dan dipercaya memiliki banyak manfaat kesehatan, terutama bagi masyarakat Mongolia yang harus menghadapi cuaca ekstrem. Kebiasaan minum alkohol ini mungkin juga dipengaruhi oleh kebutuhan akan energi tambahan dan untuk menjaga suhu tubuh di iklim yang dingin.
Selain kuliner, Mongolia juga memiliki tradisi musik yang khas. Salah satu bentuk musik paling terkenal adalah "khoomei", atau "nyanyian tenggorokan".
Teknik ini melibatkan dua nada yang dihasilkan secara bersamaan, satu nada rendah dan satu nada tinggi, menciptakan efek yang menyerupai gema alam. Musik "khoomei" sering dianggap sebagai representasi dari angin yang menderu di padang rumput Mongolia.
Agama Tengrisme: Hubungan Spiritual dengan Langit dan Alam
Sebelum pengaruh agama-agama besar seperti Budhisme dan Islam, masyarakat Mongolia telah menganut agama asli mereka, yakni Tengrisme. Agama ini mengajarkan penghormatan terhadap "Tengri", yang diyakini sebagai roh tertinggi atau dewa langit.
Tengri bukanlah sosok yang diwujudkan secara fisik, melainkan dianggap sebagai kekuatan ilahi yang mempengaruhi alam semesta, cuaca, dan kehidupan manusia.
Tengrisme tidak memiliki kitab suci atau bangunan ibadah formal, tetapi upacara dan ritual dilakukan untuk menghormati alam, gunung, dan air, yang dianggap sebagai tempat-tempat keramat.
Kepercayaan ini masih terjaga dalam beberapa tradisi Mongolia dan dipegang oleh para pemimpin besar Mongolia, seperti Genghis Khan. Pemimpin legendaris ini diketahui menganut Tengrisme dan menjalani hidup sesuai dengan prinsip-prinsip spiritual yang mengutamakan keberanian, loyalitas, dan kehormatan.
Mengapa Mongolia Tertinggal dari Cina dan Rusia?
Walaupun Mongolia pernah menjadi pusat kekaisaran terbesar di dunia pada masa Genghis Khan, kini Mongolia terbilang lebih tertinggal dibandingkan tetangganya, Cina dan Rusia. Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini.
Pertama, Mongolia tidak memiliki akses langsung ke laut, sehingga ekonomi mereka sangat bergantung pada dua negara tetangga tersebut. Tanpa pelabuhan, Mongolia sulit berkembang dalam perdagangan internasional dan lebih terbatas pada sumber daya yang ada di dalam negeri.
Kedua, meskipun Mongolia terletak di jalur sutra, posisinya dalam rute perdagangan modern semakin terabaikan seiring perkembangan teknologi transportasi.