Mohon tunggu...
Auliya Urrozzaq Arrofiqi
Auliya Urrozzaq Arrofiqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Bola

Batal Jadi Tuan Rumah

9 Mei 2023   21:33 Diperbarui: 9 Mei 2023   21:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Harapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2023 runtuh ketika FIFA mengumumkan secara resmi menarik status tuan rumah Indonesia karena "keadaan saat ini". 

Dalam pernyataan di situs resminya FIFA tidak mengungkapkan alasan pasti pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah. Namun, media asing seperti Al Jazeera menyoroti potensi kerugian  Indonesia akibat pembatalan tersebut. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno  Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 oleh FIFA menyebabkan kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 3,7 triliun.

Pembatalan status  tuan rumah Indonesia menimbulkan reaksi beragam di kalangan pejabat dan selebriti. Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin menyatakan kekecewaannya atas pembatalan tersebut dan menyerukan penilaian fasilitas olahraga negara. Sementara itu, kemarahan netizen ditujukan kepada politisi seperti Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster, yang mereka yakini bertanggung jawab atas pembatalan tersebut.

Pembatalan  Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 berdampak signifikan terhadap perekonomian negara dan Persatuan Sepak Bola. Indonesia diperkirakan akan kehilangan setidaknya Rp 175 miliar untuk biaya revitalisasi stadion yang seharusnya  menjadi tuan rumah acara tersebut. 

Pembatalan itu juga berdampak pada sektor ekonomi, diperkirakan Indonesia  akan kehilangan  miliaran rupiah dari bidang pariwisata dan industri terkait. Selain itu, asosiasi sepak bola nasional (PSSI) dapat mengalami kemunduran  dalam upaya mengembangkan sepak bola dan meningkatkan status internasionalnya.

 Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 berdampak signifikan terhadap perekonomian negara. Menurut  Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Indef M Rizal Taufikurahman Indonesia rugi kurang lebih Rp 3,5 triliun akibat pembatalan tersebut. Beberapa industri pendukung utama adalah pariwisata, transportasi, makanan dan minuman, restoran, akomodasi dan lain-lain. Oleh karena itu, pembatalan ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan, khususnya di bidang olahraga dan pariwisata.

Selain itu, pembatalan ini juga menghilangkan peluang pertumbuhan ekonomi. Indonesia kehilangan potensi pendapatan  besar senilai Rp 188 triliun akibat menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola U20. 

Selain itu, Indonesia  kehilangan kesempatan untuk meningkatkan citra globalnya melalui olahraga. Sebagai negara yang berkembang pesat, Indonesia perlu memanfaatkan ajang olahraga internasional untuk meningkatkan citra globalnya dan memperkuat posisinya sebagai negara  maju. 

Meski Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 pada  2023, masih ada peluang untuk menjadi tuan rumah potensial di masa depan. Indonesia dapat meningkatkan fasilitas olahraga dan meningkatkan standar penyelenggaraan event olahraga internasional untuk memperkuat posisinya sebagai tuan rumah yang potensial. 

Selain itu, pelajaran yang didapat dari pembatalan ini dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan persiapan dan koordinasi dengan  FIFA agar  menjadi tuan rumah yang sukses di masa depan.

Pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia Sepak Bola U20 mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar, ditaksir mencapai Rp 175 miliar hingga Rp 3,7 triliun. Itu merupakan pukulan besar bagi ekonomi dan reputasi negara sebagai kemungkinan tuan rumah  acara internasional. 

Sebaliknya, negara-negara lain telah berhasil menyelenggarakan acara olahraga internasional besar, seperti Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia dan Olimpiade Musim Panas 2020 di Jepang. Negara-negara ini telah membuktikan kemampuan mereka untuk menyediakan fasilitas, infrastruktur, dan keamanan terbaik untuk acara semacam itu, yang telah memperkuat citra global mereka dan meningkatkan ekonomi mereka.

 Namun, menyelenggarakan acara internasional yang besar juga memiliki tantangan yang signifikan. Misalnya, Brasil menghadapi banyak tantangan dalam menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2014, termasuk protes karena mahalnya biaya penyelenggaraan acara tersebut dan kekhawatiran tentang keamanan dan infrastruktur. 

Demikian pula, Qatar, tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, telah dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia dan kekhawatiran tentang panasnya turnamen. Tantangan-tantangan ini menyoroti pentingnya perencanaan dan persiapan yang cermat oleh negara tuan rumah untuk memastikan keberhasilan acara tersebut.

Terlepas dari tantangannya, menjadi tuan rumah acara internasional besar dapat memberikan pelajaran berharga bagi negara tuan rumah di masa depan. Sebagai contoh, sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan membantu meningkatkan industri pariwisata negara itu dan meningkatkan citra internasionalnya. 

Selain itu, investasi negara dalam infrastruktur acara dan stadion  memiliki manfaat jangka panjang bagi ekonomi  dan masyarakat lokal. Jadi, meski kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 merupakan kemunduran, hal itu memberi negara kesempatan  untuk merenungkan pelajarannya dan mempersiapkan peluang masa depan untuk menjadi tuan rumah acara internasional besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun