Sebaliknya, negara-negara lain telah berhasil menyelenggarakan acara olahraga internasional besar, seperti Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia dan Olimpiade Musim Panas 2020 di Jepang. Negara-negara ini telah membuktikan kemampuan mereka untuk menyediakan fasilitas, infrastruktur, dan keamanan terbaik untuk acara semacam itu, yang telah memperkuat citra global mereka dan meningkatkan ekonomi mereka.
 Namun, menyelenggarakan acara internasional yang besar juga memiliki tantangan yang signifikan. Misalnya, Brasil menghadapi banyak tantangan dalam menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2014, termasuk protes karena mahalnya biaya penyelenggaraan acara tersebut dan kekhawatiran tentang keamanan dan infrastruktur.Â
Demikian pula, Qatar, tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022, telah dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia dan kekhawatiran tentang panasnya turnamen. Tantangan-tantangan ini menyoroti pentingnya perencanaan dan persiapan yang cermat oleh negara tuan rumah untuk memastikan keberhasilan acara tersebut.
Terlepas dari tantangannya, menjadi tuan rumah acara internasional besar dapat memberikan pelajaran berharga bagi negara tuan rumah di masa depan. Sebagai contoh, sukses menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan membantu meningkatkan industri pariwisata negara itu dan meningkatkan citra internasionalnya.Â
Selain itu, investasi negara dalam infrastruktur acara dan stadion  memiliki manfaat jangka panjang bagi ekonomi  dan masyarakat lokal. Jadi, meski kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 merupakan kemunduran, hal itu memberi negara kesempatan  untuk merenungkan pelajarannya dan mempersiapkan peluang masa depan untuk menjadi tuan rumah acara internasional besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H