“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi Seraya berkata ‘Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’ “
Kunci dari pada ayat ini “Rabbana ma khalaqta hadza bathila” artinya setiap yang diciptakan oleh Tuhan baik secara mikro atau secara makro itu semua dalam keadaan positif thinking. Dan tentu saja itu akan menjadi negatif kalau Anda tidak memiliki sudut pandang yang tepat dalam kehidupan ini.
Landasi lah seluruh aktivitas, cara pandang, cara bertindak, cara kita mengambil keputusan bahwa tidak ada yang sia-sia dari ciptaan Allah.
Ada tiga komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pertama Apa yang disebut dengan thinking process kemudian yang kedua adalah felling process dan yang ketiga adalah action process. Semua itu terangkum menjadi istilah yang disebut Mind Management.
Kita mulai dari apa yang dimaksud dengan thinking process, kalau kita bicara tentang proses berpikir selama ini kita melakukan proses berfikir satu arah saja disini saya akan memperkenalkan kepada Anda apa yang disebut dengan cara berpikir tiga dimensi.
Yang pertama yaitu berfikir secara vertikal, yang dimaksud disini adalah kita menjadi diri kita berada pada satu posisi tertentu.
Bayangkan Anda berada dalam gedung pencakar langit ditingkat paling atas, lalu Anda melihat suatu persoalan itu dibawah Anda, apa kesan psikologis yang Anda tangkap pada saat itu? Anda merasa problem pada saat itu menjadi kecil karena posisi Anda berada di atas. Ketika kita mempunyai cara berpikir vertikal maka kita akan mempunyai satu confident untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan baik besar ataupun kecil.
Itu yang disebut filosofi sholat kita. Mengapa sholat itu diawali dengan takbir "Allahu Akbar " sambil mengangkat kedua tangan, ternyata dari sini saya menarik dua kesimpulan. Yang pertama bahwa Anda melakukan penghormatan kepada Allah dengan mengucap takbir. Lalu yang kedua dengan mengangkat kedua tangan saat takbir merepresentasikan bahwa kita berserah secara total kepadaa Allah. Marilah kita memanage cara berfikir kita secara vertikal, milikilah diri Anda berada pada ketinggian yang tertinggi, yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian cara yang kedua, cara berfikir longitudinal. Di dalam pesawat terdapat longitudinal axis’s yakni sumbu yang menghubungkan dari hidung pesawat ke ekor pesawat. Ini yang saya maksud dengan cara berfikir historis.
Maksud saya, kita hidup dalam 3 waktu, yakni past time, present time dan future time. Ketika Anda berada pada present time, maka Anda harus melihat kebelakang, apa yang Anda lakukan? Hasibu an tuhasabu, Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu di hari kiamat.
Pada saat Anda berada di present time, Anda sedang duduk lalu menengok kebelakang itu artinya Anda sedang mengevaluasi diri, instropeksi diri. Marilah kita lihat pengalaman masa lalu, past mistake, kegagalan-kegagalan kita yang lalu, bukan untuk disesali namun untuk pendewasaan. Kemudian yang kedua kita melihat ke depan, future. Pada saat Anda melihat future, berarti Anda melakukan apa yang disebut dengan perencanaan.
Kemudian yang ketiga adalah berfikir dengan cara lateral. Kalau kita naik pesawat, pasti ada sayap kanan dan kiri dan kita bisa melihat bagian sayap tersebut, apa artinya? Ini adalah cara berfikir secara sosial. Artinya janganlah kita merasa sendiri dalam kehidupan ini.
Kalaupun Anda berhasil secara individual, Anda harus kembangkan menuju keberhasilan kolektif. Ada yang disebut personal victory ada pula public victory.
Tentu saja Anda tidak bisa mendapatkan public victory sebelum Anda bisa memenangkan Anda sendiri. Itulah sebabnya mengapa dalam sholat kita mengakhirinya dengan mengucapkan salam ke kanan dan kiri. Apa artinya? Anda memberikan keselamatan kepada orang disebelah kanan dan kiri Anda, pun juga keberkahan, kesejahteraan dan kedamaian untuk masyarakat yang ada di dunia barat dan di dunia kiri.
“Tiadalah Kami mengutus kamu wahai Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” Al-Anbiya ayat 107.
Kemudian komponen yang kedua dalam tubuh manusia tidak hanya sekedar proses berfikir, tapi juga proses merasakan. Ada feeling, ada perasaan bahkan lebih tajam dari pikiran. Yang pertama dibutuhkan adalah honestly, kejujuran. Yang disebut jujur bukan berarti lugu dan polos namun menyampaikan sesuai dengan realita yang ada, sehingga kita tidak punya beban untuk itu.
Dalam sirah Nabawiyah, diriwayatkan bahwa Rasulullah adalah seorang pedagang yang al-amin. Dan kata kunci al-amin itu sebenarnya kejujuran Beliau. Kredibilitas.
Dalam dunia sales dan marketing, yang terpenting bukan how to sell your product but how to sell your self, bukan sekedar Anda berfikir keras bagaimana Anda menjual produk atau ide supaya bisa dibeli oleh konsumen. Persoalan pertama yang harus Anda pikirkan adalah how to sell your self.
Dalam statistik dikatakan bahwa sekitar 50 sampai 70% konsumen membeli sebuah produk bukan karena kehebatan produk tersebut melainkan karena simpatik penjual kepada konsumen. Artinya, kita harus lebih mendahulukan how to sell your self kepada orang lain kemudian baru setelah itu kita menjual produk kita. Dan nilai tertinggi untuk menjual diri itu adalah terletak pada kejujuran.
Aset kedua yang menguatkan perasaan kita adalah empati. Empati satu tingkat lebih dari mendengarkan dan ikut merasakan apa yang orang lain rasakan(simpati), yakni memberi solusi. Think what they think, feel what thet feel and act as you want them to act. Mereka ingin mendapatkan suatu jalan keluar, bukan sekedar menangis bersama bukan sekedar gembira bersama.
Kemudian yang ketiga ada sincerity ‘ketulusan’. Apa yang dimaksud dengan ketulusan? Kalau dalam bahasa Islam disebutnya al-ikhlas. Salah satu makna al-ikhlas adaalah bersih dari karat. Kalau saya umpamakan ikhlas itu seperti emas, emas 24 karat, bukan 18 karat apalagi emas imitasi yang hanya sekedar disepuh saja. Ikhlas itu bukan polesan yang kelihatan tampil dari luar,kelihatannya ikhlas tapi didalamnya tidak. Ikhlas adalah luar dan dalam, inner dan outer.
Kita perlu melatih cara mengelola perasaan kita dengan apa yang disebut filling fitness ‘kesegaran perasaan’ salah satu nya adalah dengan mengkespresikan ekspresi. Ekspresikan diri Anda semaksimal mungkin, se-powerfull mungkin. Kalau Anda merasa sedih, jangan tahan air mata bercucuran dari mata Anda.
Jangan biarkan air mata itu bertahan, biarkan dia keluar, itu saja. Kalau Anda gembira, maka tertawalah; kalau Anda terharu jangan di kekang, biarkan dia mengalir begitu saja.Salah satu wadah yang tepat untuk menuangkan ekspresi yakni dengan cara apresiasi.
“Ketika Anda meneteskan air mata itu artinya Anda sedang menguburkan kesombongan dalam hati Anda” -Iman Al-Ghazali
Kemudian yang terakhir adalah action kita. Ada tiga hal yang saya bahasa disini. Yang pertama marilah kita membiasakan diri untuk melatih pernafasan kita. Itu satu hal yang sangat bisa dan sederhana, tapi kadang-kadang kita kurang perhatian terhadap masalah ini. Ketika Anda melakukan pernafasan secara tidak benar, maka oksigen yang Anda terima kedalam tubuh Anda dibawah standar. Akibatnya Anda mengalami letih, lesu, lemas dan sebagainya.
Kemudian yang kedua adalah membisakan diri untuk berjalan lebih cepat,move faster. Rasulullah itu kalau berjalan, maka Ali mengejarnya sambil berlari. Artinya,Rasulullah ini sangat dinamis sekali. Marilah kita coba lakukan perubahan cara berjalan kita dengan lebih cepat 20 atau 30% dari biasanya.
Lalu yang terakhir, take a first rapid step.Untuk hal-hal yang sifatnya kebaikan janganlah Anda pernah berfikir seribu kali, langsung ambil keputusan. Fastabiqul Khairat, berlomba-lombalah kita dalam berbuat kebaikan.
Referensi :
Reza M.Syarief : 2005 : Life Excellence : Depok : Gema Insani
Dr.Musthafa Dieb Al-Bugha : 2009 : Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah : Jakarta Timur : Al-I’tishom
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H