Mohon tunggu...
Aulia Wasilah Fathonah Salim
Aulia Wasilah Fathonah Salim Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Makassar

Hanya ingin menulis disini untuk memenuhi kebutuhan tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Film Mahasiswa FTV UPI Bandung: "Awan di Atas Truk" dan "Sintas Berlayar"

30 September 2022   14:04 Diperbarui: 30 September 2022   14:10 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Laudza beserta poster film Awan di Atas Truk (sumber: IG @expdiff2022) (dokpri)

Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 (PMM 2) UPI Bandung ikut berpartisipasi dalam acara mahasiswa prodi Film dan Televisi (FTV) angkatan 2022 dengan judul Expression Difference 2022 (ExpDif. 2.0) yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 24 September 2022. Acara diisi sejak pukul 10.00 pagi dengan menampilkan pameran foto yang mengusung makna tersirat, talkshow bersama narasumber yang telah berpangalaman dalam bidang fotografi dan sinematografi, penampilan film dokumenter dan fiksi karya mahasiswa FTV UPI Bandung, serta live performance oleh G-Magic.

Terdapat dua film dokumenter yang dipertontonkan dalam acara ExpDif. 2.0 ini, yakni "Awan di Atas Truk" dan "Sintas Berlayar". Mari kita membahasnya satu-persatu alur cerita kedua film tersebut :D

1. AWAN DI ATAS TRUK

Kang Laudza beserta poster film Awan di Atas Truk (sumber: IG @expdiff2022) (dokpri)
Kang Laudza beserta poster film Awan di Atas Truk (sumber: IG @expdiff2022) (dokpri)

Film dokumenter ini disutradarai oleh Kang Laudza D. N. dengan mengusut tema kehidupan Mang Awan, seorang supir truk antar provinsi yang memikul begitu banyak resiko dalam pekerjaannya yang tidak sebanding dengan upah yang diberikan serta kisah hidup yang cukup memukul hati. Babap, begitu sapaannya di rumah, tinggal bersama istrinya yang biasa dipanggil Tante/Bibi dan anaknya bernama Tya. Keseharian Mang Awan hanya diisi dengan bekerja. Jarak perjalanan menuju beragam provinsi memerlukan waktu yang cukup panjang sehingga membuatya terkadang tidak dapat pulang ke rumah sekitar dua hingga tiga hari. Bibi sudah terbiasa dengan suasana rumah yang kosong dan hening. Hanya Kenken, kucing Mang Awan dan Tya lah temannya di rumah. Tak jarang Bibi juga merasa khawatir dengan suaminya yang bekerja terlalu keras hingga lupa pulang, namun ia tahu bahwa ini semua untuk mencukupi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Anak mereka, Tya, mengidap sebuah penyakit yang membuatnya tidak boleh makan bakso dan kecapean.

Suatu hari, Mang Awan menemukan bon belanjaan milik Tya yang memperlihatkan pembelian bakso yang cukup banyak. Tya meninggal karena terlalu banyak memakan bakso tanpa sepengetahuan keluarganya. Bibi sempat mengalami stres berat hingga ingin mengakhiri hidup. Mang Awan kerap menangis setiap kali ingin memakan bakso, mengingat rasa penyesalan dan perih yang dirasa atas kepergian anaknya, Mutiara Septia Handayani.

2. SINTAS BERLAYAR

Kang Firgiawan beserta poster film Sintas Berlayar (sumber: IG @expdiff2022) (dokpri)
Kang Firgiawan beserta poster film Sintas Berlayar (sumber: IG @expdiff2022) (dokpri)

Adapun film dokumenter Sintas Berlayar yang sutradarai oleh Kang Firgiawan bercerita tentang Pak Uus Usmawan, seorang nelayan penyandang disabilitas yang tak mengeluh akan keterbatasan fisik yang dirinya alami. Pak Uus memiliki semangat juang yang tinggi agar selalu dapat menafkahi keluarganya meski status pekerjaan yang dijalaninya cukup menguji nyali. Pak Uus sangat gemar memancing, bahkan jika dirinya memiliki waktu luang, ia akan menggunakannya untuk memancing meski cuaca buruk sekalipun. 

Tanggal 13 Juni 2007 adalah hari terjadinya kecelakaan yang membuat kaki Pak Uus perlu diamputasi. Saat itu, Pak Uus sempat kehilangan semangat hidup dan merasa sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Akibat kecelakaan ini pula menyebabkan ia sempat mengalami perceraian karena mantan istrinya sudah tak kuat mengurusnya lagi. Aa' Warto, kepala nelayan di desa tersebut tak ingin melihat sahabatnya berakhir layaknya "tinggal menerima nasib saja". Ia pun mengajaknya untuk memancing kembali dan mencoba secara perlahan untuk mencari jati dirinya lagi.

Seiring berjalannya waktu, Pak Uus telah menerima kondisi fisiknya dan tidak pernah mengeluh akan disabilitas yang menimpanya. Meskipun sekarang dirinya berjalan dengan alat bantu kaki palsu, ia bahkan menjadi nelayan yang paling bersemangat diantara teman-teman nelayannya yang lain. Pak Uus juga akhirnya menikah lagi dengan wanita bernama Dede Puji dan dikaruniai seorang anak bernama Aira. Atas ketulusan hati Dede Puji mencintai Pak Uus, dirinya yang dulu sempat mabuk-mabukan, berangsur menghilang dan mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik, untuk istri dan keluarganya.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN FILM

Sebelumnya saya ingin mengapresiasi kepada seluruh mahasiswa FTV UPI Bandung yang telah menggarap dua film yang sangat luar biasa ini. Kelebihan kedua film ini tentu saja karena makna cerita yang begitu menginsprirasi dan bagaimana alur cerita yang dikemas dengan baik. Cara penggarap film dapat membawa kita ikut terhanyut akan kisah hidup mereka hingga merasakan susah payah keseharian mereka perlu diberi penghargaan. Mungkin karena keterbatasan waktu yang diberikan dan dana yang tidak begitu besar dalam pembuatan filmnya, saya sempat sedikit terganggu ketika shoot kamera yang kurang stabil (terlalu shaky) ketika merekam Pak Awan di atas mobil dan terdapat scene ketika posisi kamera yang tidak berpindah tempat untuk waktu yang lama ketika Pak Uus sedang mengobrol dengan istrinya di rumah. Alangkah baiknya jika dilakukan perpindahan angle kamera agar terhindar dari tampilan film yang monoton.

Adapun untuk film Sintas Berlayar, saya begitu menyukai latar lagu yang dibawakan ketika opening dan pemandangan hamparan lautan yang sangat menakjubkan. Saya bahkan tanpa sadar menangis saking indahnya mendengar lantunan melodi yang dibawakan. Secara keseluruhan, karena ini adalah film dokumenter, saya hanya ingin lebih berfokus dengan makna yang ingin mereka sampaikan dan saya rasa mahasiswa FTV UPI Bandung telah berhasil melakukannya. Salut kepada kalian semua :D

MAKNA FILM

Kedua film dokumenter ini cukup meluluhkan hati saya akan pesan yang mereka coba sampaikan kepada para penonton. Saya menyadari bahwa diluar sana masih begitu banyak manusia yang kita tidak pantas untuk menilai secara pribadi jalan hidup mereka tanpa melihat langsung apa yang mereka alami, derita, dan rasakan. Kita tidak punya hak mencela atau meremehkan dan memandang sebelah mata mereka, orang-orang yang berusaha bertahan hidup dalam situasi ekonomi dan keadaan fisik yang serba kekurangan. Melihat trauma Mang Awan akan bakso yang selalu mengingatkannya akan mendiang Tya dan bagaimana orang-orang sekitar memperlakukannya tidak seperti usaha keras yang telah Mang Awan kerahkan, membuat saya perlu mengingatkan diri untuk selalu bersyukur akan karunia yang telah saya dapatkan, baik besar atau kecilnya hal tersebut. Streotip masyarakat tentang orang yang kerja dari pagi hingga pagi yang dikira pasti suka main cewek, mabuk-mabukan atau pergi ke diskotik untuk berpesta, telah dipatahkan oleh kisah hidup Mang Awan.

Sementara itu, dari perjalanan hidup Pak Uus juga memberikan makna mendalam akan keterbatasan fisik bukanlah penghalang diri untuk meraih apapun yang kita inginkan. Untuk mencapai mimpi, semangat, dan nilai juang, manusia dapat melakukan itu semua dengan kondisi apapun. Mengeluh dan putus asa lah yang membuat kita sering melihat terlalu sempit dunia yang luas ini. Pikiran negatif seperti rasa kurang percaya diri, merasa tidak mampu, dan tidak berdaya, hal inilah yang sebenarnya membuat kita mengurung diri sendiri. Sesuatu hal dapat berhasil, jika diri kita sendiri meyakini akan keberhasilan itu dapat kita raih.

Sebagai penutup, ada satu quote yang saya suka setelah mengikuti acara ExpDif. 2.0 ini, yakni 

"Jika raga tidak bisa bersuara, maka karyaku yang akan berbicara." -Mita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun