Tak lama, metromini datang. Aku menghentikan metromini itu, berpesan pada pak sopirnya untuk berhati-hati. Di atas metromini, perempuan itu memberikan senyumannya padaku yang kemungkinan besar adalah senyuman terakhir darinya yang akan kulihat.
"Terima kasih banyak..."
"Ya, sama-sama..."
Ah... Kenapa yang indah-indah harus berakhir begitu cepat?
Sebenarnya aku ingin sekali tahu namanya. Kuurungkan niat itu sebab rasanya terlalu lancang. Entahlah. Aku bahkan tidak tahu apa dia akan ingat di masa depan, ada orang asing yang pernah memayunginya saat berangkat kuliah. Oh, benar juga! Jadi penasaran. Apa tadi atau saat ini dia sedang menceritakan aku pada kawannya juga? Hahaha, betul, yang seperti dia, paling beranggapan aku sebagai angin lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H