Mohon tunggu...
Aulia Suciati
Aulia Suciati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tukang Cerita

Your local soft rebel | suciatiaulia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[LUKA] Cerita Cintaku di Pagi Hari

11 November 2018   18:16 Diperbarui: 27 April 2019   10:10 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aneh betul. Tiba-tiba dia menjaga jarak dari aku, entah apa sebab pastinya. Tentu aku curiga ada sangkut-pautnya dengan temanku. Badanku jadi panas, sampai ke ujung kepala. Jantungku berlarian panik, teriakannya agak tertahan.

Aku kirim pesan pada temanku. Kuceritakan tentang sikap dia yang aneh dan mengkhawatirkan. Bukan mengkhawatirkan karena dia jadi orang gila, melainkan aku takut dia menjauh dariku.

"Dia menjauh dariku. Entah kenapa," begitu bunyi pesanku yang amat singkat sebab aku bingung harus mulai cerita dari mana.

Temanku tidak menjawab. Sabtu dan Minggu lewat, hari Senin di siang buta temanku mengirim pesan, membicarakan hal lain seputar buku menarik yang baru ia beli. Pikiran aneh pun muncul, dia beli buku itu dengan siapa? Tapi aku memilih untuk ikuti alurnya saja, tidak mau pertemananku jadi hancur. Juga aku masih ingin mempercayainya bahwa dia temanku. Aku kerap cerita tentang dia kepadanya artinya dia tahu pasti aku suka dengan dia, jadi seharusnya dia bisa menjaga perasaan.

Di suatu Minggu aku pergi ke toko buku sendirian, mencari buku yang temanku rekomendasikan. Buku itu masih ada di rak, seperti tidak banyak disentuh, laksana harta karun yang tak banyak diketahui banyak orang. Keluar dari toko buku, aku melihat temanku... dengan dia.

Dadaku seketika jadi sesak. Mereka bergenggaman tangan sangat erat, tubuh mereka bersentuhan, berjalan beriringan. Aku berbalik badan, kusempatkan diriku untuk mengunjungi toko-toko lainnya, sekadar untuk bersembunyi. Aku menahan air mataku sampai rumah.  Aku menangis bukan karena putus cinta, tapi dikhianati orang yang aku percaya adalah neraka. Dan fakta bahwa aku masih melihat foto dia bersama perempuannya di media sosial, membuatku sangat marah pada dia.

Aku kirim pesan pada temanku tanpa basa-basi, "Apa kamu berpacaran dengan dia?"

Sampai hari ini, pesanku tidak dibalas. Nomor ponselku juga di-block. Aku ngeh betul temanku dan dia sering sedang ada di tempat yang sama dari media sosial, meski tidak pernah tampak berdua. Makan di meja yang sama. Juga dia yang menggenggam figurin kucing kesayangan temanku sebagai 'jimat keberuntungan'.

Aku tidak ada masalah lagi dengan temanku, tetapi temanku yang memutuskan tali silaturahim yang sudah kami ikat selama 15 tahun lamanya hanya karena laki-laki hidung belang itu. Laki-laki itu juga jadi jaga jarak padaku. Saat teman sekantor kami menikah dan aku cuma mau nebeng sebab akses ke gedung pernikahannya sangat sulit, dia malah bilang ingin pergi sen-di-ri-an. Namun kabarnya, dia malah pergi dengan perempuan itu. Maksudku, memangnya kenapa kalau tambah aku?

Ah... kopiku sampai dingin. Aku habiskan semuanya dalam lima teguk. Lantas kupandangi langit pagi yang lebih cerah dari kemarin hari. Aku bahagia di sini, sementara menurut perasaanku, dia sedang menangis di depan perempuannya, juga temanku.

Catatan Penulis: cerita ini hasil dari penggabungan seluruh cerita cinta saya, juga ada yang bukan dari cerita cinta saya, tapi supaya lebih menggemaskan saya tambahkan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun