"Aku harus jujur" batin Seina.
Akhirnya, dengan suara pelan, ia mulai menjelaskan. "A-aku malas belajar yah. Aku juga sering nggak ngerjain PR. Terkadang di sekolah aku sering ngerjain PR mendadak dan terkadang mencontek punya teman."
Bunda terperanjat mendengar pengakuan Seina. "Seina! Mencontek?!" serunya, tapi Ayah segera mengangkat tangan. Meminta Bunda untuk tenang.
Ayah menatap Seina dengan penuh pengertian. Tapi tetap saja Seina tau pasti ayah juga kecewa tampak dari raut wajah keriput ayah. Meskipun kecewa ayah tetap menasihatinya dengan tenang.
"Seina, Ayah dan Bunda tidak pernah mengajarkan kamu untuk mencontek. Ayah tahu kadang pelajaran bisa terasa sulit atau kamu malas. Tapi mencontek itu bukan solusi. Itu hanya membuat kamu lebih tergantung pada orang lain dan tidak benar-benar memahami apa yang kamu pelajari."
Seina mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tahu yah. Maaf, aku cuma nggak tahu harus gimana. Aku jadi malas belajar karena merasa sudah terlalu jauh ketinggalan".
Ayah menghela napas panjang, lalu dengan lembut berkata, "Seina, kalau kamu merasa tertinggal. Seharusnya kamu lebih berusaha jangan menyerah begitu saja".
Seina mengangguk "iya ayah. Aku akan berusaha merubah kebiasaan burukku ini".
Seina melihat ayah dan bundanya secara bergantian. Mata Seina penuh dengan tekad.
"Aku akan berubah agar nilaiku tidak mengecewakan ayah dan bunda lagi" kata Seina semangat.
Ayah dan bunda saling bertatapan dan kembali melihat putri mereka lagi. Bunda pun sudah tidak marah.