"Maaf? Cuma minta maaf? Kamu nggak serius belajar! Main HP terus! Nilai turun, terus gimana ke depannya?". Bunda terus mengomel. Nada bicaranya semakin tinggi.
Tiba-tiba terdengar suara pintu depan berderit 'drrrt'. Ayah Seina baru pulang dari sekolah setelah mengambil rapor.
Mendengar keributan dari kamar Seina. Ayah segera menuju ke sana.
"Ada apa ini? Kenapa bunda marah-marah?" tanya ayah ketika masuk ke kamar.
Bunda menghela napas, masih marah. "Ini penyebab nilai Seina turun Yah! Ini semua karena dia malas belajar dan lebih banyak main HP!".
Seina diam-diam menelan ludahnya. 'Aduh aku takut ayah ikut marah' hati Seina resah.
Ayah menatap Seina. Lalu kembali kepada Bunda. Dengan tenang ayah mendekati Seina dan duduk di tepi kasurnya di samping gadis dengan rambut sebahu itu.
"Sudahlah bun. Mari kita dengar penjelasan dari Seina dulu, jangan langsung marah-marah."
Bunda terlihat masih kesal tapi ia setuju. Ayah menatap putrinya dengan lembut.
"Seina, Ayah ingin tahu. Kenapa nilai kamu bisa turun? Ceritakan semuanya" kata ayah dengan suara yang menenangkan.
Seina merasa tertekan. Tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa terus menghindari masalah ini.