Hi, Teman - Teman online, disini aku akan menceritakan pengalamanku serta proses aku akhirnya mendapatkan jobside yang sesuai dengan passion ku, bersifat freelance jadi tidak mengganggu kuliahku! Baca sampai habis, semoga kalian bisa mengambil manfaat, motivasi, dan secercah jalan keluar saat kalian sedang bimbang dari pengalamanku ini.
Prosesku mencari freelance sebagai pekerjaan sambil kuliah dimulai pada awal bulan Juli 2024 lalu. Berbarengan dengan libur semester perkuliahan menjelang semester 3, aku mendapatkan informasi dari salah satu media sosial universitas dan akun magang (internship) bahwa terdapat lowongan internship secara offline di salah satu Perusahaan Start Up yang bergerak dibidang Pendidikan (Education), Career & Development, dan Event Organizers yang ada di Purwokerto.
 Pada awalnya aku merasa exited, karena sudah lama aku mencari informasi tentang magang yang bisa mengisi waktu luang ku disamping perkuliahan, yang setelah aku riset dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, data, dan pengalaman serta sudut pandang dari beberapa orang yang menurutku bisa dijadikan acuan, bahwa memilih magang, internship atau jobdesk lain yang bisa menambah dan meningkatkan value, skill, keterampilan, relasi, dan tidak mengeluarkan uang, justru kita yang dibayar, itu lebih penting dan bermanfaat dari pada harus mengeluarkan atau membuang waktu, uang dan tenaga yang belum tentu memberikan value atau keuntungan lebih buat kita.
Setelah aku cari tahu lebih dalam tentang perusahaan dan jobdesk yang tersedia, aku tambah bersemangat ingin mengikutinya, karena selain mendapatkan pengalaman, ilmu, dan relasi baru, perusahaan tersebut juga menawarkan sertifikat magang (internship) dan paid dengan uang saku bulanan (fee) senilai 500.000 rupiah, yang menurutku jarang ada perusahaan Start Up lumayan besar yang memberikan fee 'segitu' di Purwokerto dengan jam kerja yang tidak terlalu padat, dan kebanyakan tidak dibayar (unpaid).Â
Nama akun media social perusahaannya adalah @leaders_id (Instagram). Akhirnya, setelah memantapkan diri aku membuat keputusan untuk mendaftarkan diri sebagai mahasiswa magang sebelum masuk ajaran baru semester 3 keesokan harinya.
 Aku mengumpulkan semua persyaratan administrasi dan membuat CV beserta portofolio yang diminta oleh perusahaan tersebut.
Alhamdulillah semua berkas dan CV yang aku ajukan diterima oleh pihak kantor utama Leaders.Id dan direkomendasikan untuk mengikuti test wawancara pertama secara online dengan Tim Recruitment Leaders.Id.
 Setelah menjawab beberapa pertanyaan terikait latar belakangku, pengalaman, pengetahuanku terhadap Perusahaan Startup tersebut serta membicarakan pertimbangan gaji (fee) bulanan dan kesibukan lain saat masuk kuliah semester 3 (tiga) untuk tiga bulan kedepan, akhirnya aku direkomendasikan untuk membicarakan secara langsung bersama pihak manajer terkait jobdesk yang aku ambil saat itu (Customer Service) dan pembagian waktu saat menjadi mahasiswa internship di Leaders.Id yang terletak di Kantor Utama, kota Purwokerto.
Saat tiga hari sebelum meeting langsung di kantor utama bersama pihak manajer dan tim recruitment, muncul keraguan dalam hatiku, karena saat itu aku masih semester 2, yang sedang libur semester. Itu berarti kurang lebih baru 1 tahun aku berada di jurusan komunikasi ini. Ditambah kondisiku yang saat itu tiba-tiba terserang demam, dan sedang berada di kota asalku (tidak stay di Purwokerto) membuatku semakin ragu dan kesulitan untuk bertemu untuk melanjutkan pembahasan mengenai jobdesk dan jam kerjanya. Lalu, setelah aku konfirmasi lewat chat, ternyata setelah meeting offline itu keesokan harinya aku harus sudah mulai internship, sementara kondisi kesehatanku masih belum membaik.
Tetapi, aku tidak menyerah, aku masih berusaha untuk bisa bertemu dengan mengajukan keringanan untuk diundur satu hari. Kemudian, pihak tim recruitment tersebut menyetujui dengan me-reschedule jadwalku dengan tim recruitment dan pihak manajernya.
Tetapi, ternyata ujiannya belum berakhir, keesokan harinya aku tidak kebagian tiket kereta yang seharusnya aku naiki di jam yang sudah kujadwalkan. Aku sempat sedih dan kecewa, itu berarti aku harus merelakan kesempatan kali ini.
Tapi aku tersadar, bahwa sekeras apapun aku berusaha jika tidak aku dapati itu berarti memang bukan (takdir) milikku. Aku meyakini akan ada rencana Allah yang lebih baik dari rencana yang aku susun atau sedang aku jalani ini.
Aku berusaha ikhlas, dan melihat kedepan akan rencana Allah, tidak stuck pada takdir yang bukan milikku, tiga minggu kedepan saat ingin memasuki ajaran baru semester tiga dan menyudahi libur semester ini, aku mencoba mendaftarkan diri pada bimbel privat sebagai tentor pengajar private yang aku dapat infromasinya dari salah satu kakak tingkat (kating) yang aku temui disalah satu masjid yang sering aku kunjungi.
Qadarullah setelah aku mengirimkan CV yang telah aku perbarui beserta persyaratan lainnya akhirnya aku diterima dan sudah dimasukkan kedalam grup pengajar dan tentor lainnya. Aku tidak menyangka dan awalnya merasa ragu bisa diterima sebagai tentor pengajar private di bimbel tersebut.
 Karena, yang aku ketahui dari katingku bahwa hampir 90% tentor pengajarnya itu mahasiswa tingkat akhir yang sudah lama mendalami perkuliahan dan seminar dengan jurusannya, bahkan sisanya ada yang suda berstatus guru. Sedangkan aku masih berstatus mahasiswa semester tiga awal yang bahkan baru memulai semester tiga di pekan depannya, dan tentunya bukan dari background atau latar belakang pendidikan keguruan, melainkan komunikasi. Tetapi alhamdulillah aku cukup banyak memahami mata pelajaran dulu sewaktu SMA, dan aku masih bisa mengasah dan mempelajarinya kembali sebelum mulai mengajar sebagai tentor private.
Menjadi hal yang seru sekaligus menyenangkan berkenalan dengan tentor lainnya yang sebagian besar mahasiswa akhir di bangku perkuliahan, jadi bisa membuatku menambah wawasan dan strategi baru serta management waktu dalam perkuliahan. Alhamdulillah aku merasa senang dan bersyukur dengan kegiatan baruku ini diluar perkuliahan.
Karena selain memperluas ilmu dan relasi, aku juga mendapatkan skill yang dulu diriku sebagai seorang introvert tidak bisa lakukan, kini aku bisa melakukannya. Dengan berbekal ilmu dan pengalaman, aku tidak canggung lagi saat bertemu orang baru, berkomunikasi dengan baik, lebih ekspresif, dan bisa mempraktikkan materi tentang komunikasi yang aku dapatkan di perkuliahan kedalam dunia nyata.Â
Selain itu juga, di jobdesk ini aku tidak perlu stay selama berjam-jam karena sistemnya seperti freelance, aku bisa mengambil murid yang sesuai dengan waktu luangku sehingga tidak mengganggu perkuliahan. Jadi, alhamdulillah aku masih bisa mengajar juga setelah pulang kuliah atau saat weekend.Â
Aku bisa me-reschedule jika tiba-tiba aku ada kegiatan yang mendesak dan tidak bisa mengajar saat itu, dan tentunya sesuai kesepakatan bersama muridku, aku bisa tetap mengajar serta mendapatkan fee atau penghasilan dari mengajar itu setiap minggunya.
Selama menjadi mahasiswa internship sebagai tentor pengajar di bimbel private sampai sekarang. Ternyata, ilmu yang dipelajari dikampus lumayan banyak bisa aku tuangkan saat terjun kelapangan sebagai tentor pengajar, bahkan aku bisa improve dan mengembangkan soft skill maupun hard skill yang aku miliki.
Pengalamanku selama menjadi mahasiswa internship sebagai tentor pengajar membuka mataku terhadap dunia kerja diluar sana, dan bagaimana aku harus bisa professional serta mengatur management waktu yang baik. Menjadi tentor private maupun pengajar lainnya tidak hanya membutuhkan kepintaran, justru yang lebih dibutuhkan adalah keterampilan dan prefessionalitas dalam mengajar.
 Kunci kesuksesan sebuah perusahaan seperti bimbel dan lainnya terletak pada kejujuran, kegigihan, strategi dalam segala hal, regulasi emosi atau kecerdasan emotional yang baik, dan attitude yang berhasil dibangun dalam diri setiap tentor, pengajar, atau pekerja lainnya. Oleh sebab itu, menjadi suatu challange (tantangan) untukku agar bisa lebih menguasai skill komunikasi, memahami setiap karakter setiap orang, membangun suatu hubungan yang baik dengan orang lain, dan emotional question (kecerdasan emosional) yang baik perlu terus dilatih dan ditingkatkan.
Dari pengalamanku dan proses aku menemukan 'wadah' untuk improve skill diluar perkuliahan, terutama saat aku masih di semester tiga ini, membuat aku belajar lebih 'bersabar' dan 'percaya' bahwa takdir Tuhan itu selalu baik, bahkan lebih baik dari hal yang aku rencanakan dan susun sebelumnya. Kuncinya adalah selalu berusaha, berdo'a, dan tidak menyerah.
"Jangan terpuruk dengan satu hal yang tidak bisa kamu dapatkan hingga kamu menutup matamu dari peluang yang sangat banyak dan jauh lebih besar diluar sana, jika kamu bangkit dan membuka matamu."
 Ini adalah salah satu makna kutipan yang menjadi peganganku hingga saat ini, dari sebuah buku yang pernah aku baca dari penulis favorite ku, beliau juga merupakan seorang Maestro Motivator Muslim Dunia, Dr. Ibrahim Elfiky.
Sampai sini dulu cuplikan pengalamanku, kalau ada yang ingin kalian tanyakan bisa ketik di kolom komentar atau bisa DM akun Instagramku di @auliasra_ pasti ku baca dan insyaallah bisa ku jawab secepatnya. Semoga kalian bisa mengambil hal baik dari pengalamanku ini.
Kebimbangan, keputusan, usaha, dan takdir, itu semua menyatu dan ga bisa dipisahkan, kalian akan memperoleh output-nya berupa hasil yang nanti kalian dapatkan! Tetap semangat dan jangan pernah putus asa sama hidup kalian selagi bukan Tuhan yang menghendakinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H