Mohon tunggu...
Aulia Rista
Aulia Rista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tourism Undergraduate Student at UGM

I'm not giving up without a fight.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Balik Gang-gang Kecil di Kotagede

21 Juni 2023   17:28 Diperbarui: 21 Juni 2023   18:03 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-menyusuri setiap gang tersembunyi di Kotagede

untuk menemukan makna di setiap langkahnya-

Jika banyak orang mengenal Kotagede sebagi wisata sejarah yang kental dengan peninggalan kerajaan islam. Namun, aku menemukan hal-hal yang menarik di balik sudut-sudut kecil di Kotagede. Minggu pagi hari, aku dan teman-teman GenPI mendapat tantangan dari komunitas GenPI (Generasi Pesona Indoesia) Jogja x BOBorobudur untuk menyelesaikan sebuah tantangan dalam misi eXploraSEE di Kotagede. Kami berkumpul di masjid Kotagede dan menunggu instruksi dari panitia. Kami terdiri dari 4 tim, tim merah, orange, biru, dan kuning dengan tiga anggota pada masing-masing timnya. Setiap tim memiliki misi masing-masing yang terdapat pada tas tenteng yang telah disediakan. Tas tersebut berisi amplop petunjuk, bendera oranye, dan kaos eXploraSEE yang harus kami kenakan. Aku bersama Pak Yusuf dan Mas Yoga berada pada tim oranye. Kami mulai membaca petunjuk untuk memecahkan misi pertama dengan clue pada secarik kertas, yaitu berupa gambar bangunan yang harus kami temukan. Untuk mencapai tempat tersebut, kami harus menemukan petunjuk melalui checkpoint yang dipasangi bendera oranye.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Kami mulai menyusuri gang kecil di Kotagede ditemani satu kameramen untuk merekam perjalanan kami. Selangkah demi selangkah kami berjalan sambil sesekali bertanya kepada warga sekitar terkait gambar rumah tersebut. 

Akhirnya kami menemukan rumah tersebut dan mendapatkan clue kedua yang berisi tebak-tebakan. Tebak-tebakan tersebut berisi "Aku merupakan makanan manis yang dibuat oleh Mbak Ndari dari ubi dan ketela, teman makanku adalah kelapa serut. Kamu bisa menemukanku di Pasar Kotagede". 

Setelah membaca petunjuk tersebut, kami menduga makanan yang dimaksud adalah gethuk. Akhirnya kami berjalan menuju Pasar Kotagede. Kebetulan di antara kami bertiga belum pernah menjelajahi Kotagede sebelumnya, jadi kami tak jarang bertanya kepada orang sekitar. 

Akhirnya kami menemukan Pasar Kotagede dan di sana terdapat 1 penjaga pos. Kami menjawab pertanyaan clue tersebut dan benar yang dimaksud adalah "gethuk". Kami ditantang untuk membeli dagangan Mbak Ndari dengan bekal uang Rp20.000 serta menanyakan terkait informasi apapun kepada Mbak Ndari, karena di akhir nanti kami harus menjawab pertanyaan untuk mendapatkan piont dari penjaga pos. 

Pagi ini pasar Kotagede riuh oleh orang-orang yang mau berbelanja. Berbagai makanan, sayuran, dan ikan dijual di sini dengan setiap langkah kami mencium aroma yang berbeda-beda. Akhirnya kami menemukan Mbak Ndari di tengah Pasar Kotagede. Mbak Ndari satu-satunya penjual gethuk legendaris di Pasar Kotagede. Kami mulai mencari tahu informasi dan Mbak Ndari juga mengajari kami proses pembuatan gethuknya.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Setelah selesai pada pos pasar Kotagede dan berhasil menjawab pertanyaanya, kami langsung bergegas menuju pos berikutnya melalui petunjuk yang diberikan penjaga pos. 

Petunjuk yang kami dapatkan derisi gambar bangunan masjid dan tulisan "tinggi dalam Bahasa jawa". Kami mengira itu adalah "masjid dhuwur". Lalu kami bertanya kepada seorang bapak di salah satu gang, "Ngapunten Bapak, badhe tanglet masjid dhuwur pundhi nggih?", artinya "Maaf Bapak mau bertanya masjid dhuwur itu di mana tempatnya?" 

Lalu Bapak itu menjelaskan "Oh ini bukan masjid dhuwur, tapi ini maksudnya Langgar Dhuwur. Tempat beribadah orang zaman dulu". Kami langsung diantarkan Bapak tersebut menuju Langgar Dhuwur, lalu kami membagikan gethuk yang kami beli tadi sebagai tanda terima kasih. 

Setelah kami sampai ke Langgar Dhuwur, penjaga pos menjelaskan tantangan kami di sana untuk mencari tahu informasi terkait Langgar Dhuwur dan membuat konten video. Kami berbagi tugas, Pak Yusuf mencari informasi, Mas Yoga membuat narasi caption, dan aku membuat video untuk konten.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

-Kotagede tidak hanya tentang sebuah masjid yang bersejarah,  namun di setiap gangnya memiliki makna-

Langgar Dhuwur Boharen berada di kawasan rumah Bapak Achmad Charris Zubair atau biasa dipangil pak Charris. Pak Charris mengatakan bahwa Langgar Dhuwur ini dibangun pada tahun 1870-an sebagai tempat untuk beribadah. 

Dari luar, bangunan ini terlihat seperti bangunan sederhana bertingkat dua dengan berbahan dasar kayu. Namun, bangunan ini terlihat lebih cantik saat kita menapaki kaki ke lantai dua. Lantai pertama Langgar Dhuwur ini terdapat sumur yang digunakan untuk buang hajat maupun mandi dengan dinding berbahan dasar bata. 

Sementara itu, pada lantai dua terdapat tempat luas sebagai tempat ibadah dan terdapat ornamen jawa pada atapnya. Setelah kami menyelesaikan pembuatan konten di tempat ini, kami langsung mengungahnya melalui media instagram. Sialnya kami terlambat mengunggah dari waktu yang sudah diberikan. Sehingga kami hanya mendapatkan 5 poin dari 100 poin di tempat ini. 

Beranjak dari Langgar Dhuwur Boharen, kami bergegas memecahkan clue selanjutnya yang berisi keterangan:  gambar ban dan tulisan aksara jawa serta terdapat tulisan di bawahnya "aku pemilik dari tempat pembuatan perhiasan yang terkenal di Kotagede". Perhiasan tersebut yang dimaksud perak, karena di Kotagede terdapat banyak tempat yang membuat dan menjual perhiasan perak. 

Dari kami bertiga tidak ada yang bisa membaca tulisan aksara jawa. Kami berusaha memecahkan teka-teki tersebut dengan bertanya kepada orang sekitar. 

Namun, orang-orang sekitar juga tidak ada yang bisa membaca tulisan aksara jawa tersebut. Akhirnya aku mencari tahu di internet tulisan aksara jawa dan beberapa huruf bisa terpecahkan. 

Tulisan tersebut berbunyi "Bandiono". Kami berkeliling menanyai satu persatu tempat pembuatan perak dengan pemilik Pak Bandiono. Namun, di warung perak sebelah jalan utama Kotagede tidak ada yang pemiliknya dengan nama Pak Bandiono. 

Di bawah sinar matahari yang terik kami berjalan dan mengelilingi tempat pembuatan perhiasan perak, namun tidak ada satupun tempat perhiasan perak Pak Bandiono.

sumber: instagram @genpijogja
sumber: instagram @genpijogja

-keberhasilan bukan bagaimana kita cepat menyelesaikan tantangan, tetapi bagaimana kita menikmati proses di setiap perjalanannya-

Setelah sekitar 20 menit kami berjalan dan belum menemukan tempat pembuatan perak Pak Bandiono, akhirnya kameramen membocorkan jalan gang yang harus kami lewati. Mungkin kameramennya juga sudah merasa capek mengikuti kami yang wira-wiri. 

Akhirnya sampailah kami di Warung Perak Pak Bandiono dan disambut oleh penjaga pos. Tantangan kali ini adalah membuat postingan Instagram dan informasi terkait Warung Perak Pak Bandiono. Warung Perak 63 Pak Bandiono merupakan salah satu toko kerajinan perak yang berada di Kotagede. 

Bisnis keluarga yang turun temurun menjadikan toko Warung Perak 63 Pak Bandiono menjadi salah satu toko pengrajin perak yang cukup dikenal. Produk unggulan dari toko Perhiasan Pak Bandiono sendiri yaitu seperti cincin pernikahan, miniatur-miniatur, bros wanita, hingga hiasan dinding. 

Proses pembuatan perak dengan cara tradisional dapat dilihat secara langsung dengan menggunakan alat pemanas api yang dipompa dengan kaki. Bau bakaran perak terasa menyengat dihidung disertai bising ketokan palu untuk melenturkan perak agar mudah dibentuk menjadi cincin. 

Aku mulai mengambil foto proses pembuatan perak dan mengambil foto hasil perhiasannya. Setelah itu, aku mulai mengunggah di platform instagram dengan caption yang dibuatkan oleh Mas Yoga. 

Akhirnya, pos Warung Perak Pak Bandiono menjadi pos terkahir perjalanan kami menyusuri Kotagede. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju titik kumpul kembali.

sumber: dokumentasi pribadi
sumber: dokumentasi pribadi

Kami sampai di Masjid Kotagede setelah tim biru, lalu satu per satu tim mulai berdatangan. Kami bertukar informasi dengan tim lain. Ternyata, rute yang kami lalui berbeda, namun dengan konsep destinasi yang sama. Mulai dari wisata kuliner, wisata sejarah, hingga tempat pembuatan perak. Tantangan yang diberikan pun juga tak jauh beda.

Di akhir acara, terdapat perhitungan point untuk menentukan pemenang. Tim kami berada pada urutan ketiga dan tidak memenangkan permainan ini. 

Namun hal itu tidak menjadi masalah, karena kegiatan ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman. Beberapa hal yang bisa aku ambil dari perjalanan ini, di antaranya pentingnya bekerja sama dengan tim dan saling mempercayai kemampuan satu sama lain, bertemu banyak orang baik di Kotagede, dan juga lebih memahami seluk beluk gang di Kotagede. 

Meskipun merasa capek mengelilngi Kotagede hingga 6000 langkah, namun aku mendapatkan sesuatu yang mungkin tidak semua orang ketahui di Kotagede.

Perjalanan kali ini tidak hanya untuk menyelesaikan tantangan, tetapi melalui perjalanan ini kami lebih mengetahui seluk beluk di bali gang-gang kecil di Kotagede.

sumber: instagram @genpijogja
sumber: instagram @genpijogja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun