Lalu Bapak itu menjelaskan "Oh ini bukan masjid dhuwur, tapi ini maksudnya Langgar Dhuwur. Tempat beribadah orang zaman dulu". Kami langsung diantarkan Bapak tersebut menuju Langgar Dhuwur, lalu kami membagikan gethuk yang kami beli tadi sebagai tanda terima kasih.Â
Setelah kami sampai ke Langgar Dhuwur, penjaga pos menjelaskan tantangan kami di sana untuk mencari tahu informasi terkait Langgar Dhuwur dan membuat konten video. Kami berbagi tugas, Pak Yusuf mencari informasi, Mas Yoga membuat narasi caption, dan aku membuat video untuk konten.
-Kotagede tidak hanya tentang sebuah masjid yang bersejarah, Â namun di setiap gangnya memiliki makna-
Langgar Dhuwur Boharen berada di kawasan rumah Bapak Achmad Charris Zubair atau biasa dipangil pak Charris. Pak Charris mengatakan bahwa Langgar Dhuwur ini dibangun pada tahun 1870-an sebagai tempat untuk beribadah.Â
Dari luar, bangunan ini terlihat seperti bangunan sederhana bertingkat dua dengan berbahan dasar kayu. Namun, bangunan ini terlihat lebih cantik saat kita menapaki kaki ke lantai dua. Lantai pertama Langgar Dhuwur ini terdapat sumur yang digunakan untuk buang hajat maupun mandi dengan dinding berbahan dasar bata.Â
Sementara itu, pada lantai dua terdapat tempat luas sebagai tempat ibadah dan terdapat ornamen jawa pada atapnya. Setelah kami menyelesaikan pembuatan konten di tempat ini, kami langsung mengungahnya melalui media instagram. Sialnya kami terlambat mengunggah dari waktu yang sudah diberikan. Sehingga kami hanya mendapatkan 5 poin dari 100 poin di tempat ini.Â
Beranjak dari Langgar Dhuwur Boharen, kami bergegas memecahkan clue selanjutnya yang berisi keterangan: Â gambar ban dan tulisan aksara jawa serta terdapat tulisan di bawahnya "aku pemilik dari tempat pembuatan perhiasan yang terkenal di Kotagede". Perhiasan tersebut yang dimaksud perak, karena di Kotagede terdapat banyak tempat yang membuat dan menjual perhiasan perak.Â
Dari kami bertiga tidak ada yang bisa membaca tulisan aksara jawa. Kami berusaha memecahkan teka-teki tersebut dengan bertanya kepada orang sekitar.Â
Namun, orang-orang sekitar juga tidak ada yang bisa membaca tulisan aksara jawa tersebut. Akhirnya aku mencari tahu di internet tulisan aksara jawa dan beberapa huruf bisa terpecahkan.Â
Tulisan tersebut berbunyi "Bandiono". Kami berkeliling menanyai satu persatu tempat pembuatan perak dengan pemilik Pak Bandiono. Namun, di warung perak sebelah jalan utama Kotagede tidak ada yang pemiliknya dengan nama Pak Bandiono.Â
Di bawah sinar matahari yang terik kami berjalan dan mengelilingi tempat pembuatan perhiasan perak, namun tidak ada satupun tempat perhiasan perak Pak Bandiono.