Tren kecantikan (beauty trend) menjadi suatu berita yang cukup up to date di Indonesia saat ini. Beauty trend menawarkan banyak sekali produk kecantikan seperti, skincare, bodycare, personal care dan kosmetik. Produk kecantikan ini menempati posisi pertama sebagai produk yang paling laris dipasaran, karena orang cenderung akan repurchase setelah produknya habis terlebih lagi jika produknya sangat cocok. Karena pembelian dari produk yang repurchase tersebut,Maka, tak heran banyak orang ingin menjadi owner dari produk kecantikan, mengingat keuntungan yang berlimpah dari bisnis kecantikan ini.
Sadar atau tidak, kita menjadi saksi atas munculnya brand baru dan tutupnya brand lama yang gagal bertahan dan bersaing dipasaran. Mengapa demikian? Semakin banyak brand baru yang bermunculan, semakin kuat juga persaingan antar brand. Seolah-olah hukum rimba berlaku, yang tidak kuat bersaing akan tergeser.
Brand-brand baru yang bermunculan ternyata diduga kuat terafiliasi dengan luar negri. Tentunya hal ini sangat merugikan negara kita sendiri, karena perputaran uang sebenarnya sedang terjadi membuat negara kita sendiri kehilangan miliaran rupiah.
Brand yang sudah tidak asing seperti skintific, bioaqua, grace and glow, o.two.o, dan brand baru, glad2glow dan the originote yang mampu bersaing dan bertahan sampai sekarang. Semua brand ini mampu menyalip brand lokal bahkan sampai menggesernya di pasaran. Seolah-olah kita sedang menjajah negara kita sendiri dengan terus menggunakan produk kecantikan luar negeri.
Bagaimana imbasnya pada produk lokal?Â
Sebagai imbasnya, produk lokal tentu saja tidak ingin kalah dari produk luar negeri. Mereka akan terus berlomba-lomba untuk menandingi produk luar baik dari segi ingredients, fungsi, dan marketing. Hal ini dilakukan tidak serta merta untuk mengalahkan produk luar tetapi juga menandakan bahwa produk lokal mampu bersaing dengan produk luar yang mungkin jauh lebih unggul dari mereka.
Brand lokal seperti wardah, emina, instaperfect, kahf, viva, sariayu, somethinc, azarine, madamgie,bening's dan lainnya membuktikan bahwa mereka masih eksis sampai saat ini karena mereka mampu bersaing dengan mengikuti alur perkembangan teknologi dan kebutuhan para customer. Tetapi banyak juga produk lokal juga yang terpaksa tutup dan hilang dari peredaran pasar seperti noolab, SYCA, Beet Beauty, Runa beauty, Innertrue dan lainnya.
Sebenarnya, di zaman yang serba modern ini tentunya banyak brand yang menggunakan teknologi canggih untuk memproduksi produknya. Namun, hal ini mengakibatkan fenomena fast beauty, yang mau tidak mau semua brand akan meniru hal itu. Sebagai contoh, skintific mengeluarkan produk skincare exfoliating serum dengan kadar AHA BHA 12%, tentunya ini menjadi gebrakan didunia per skincare-an dan akan menjadi tren pasar. Maka untuk mengikuti tren pasar, semua brand berlomba-lomba untuk memenuhi tren pasar tersebut dengan langsung memproduksi dan mendistribusikan produk skincare yang sama.
Fast beauty ini mengakibatkan adanya persaingan antar brand. Brand yang tidak dapat bersaing dan mengikuti tren pasar, tentu tidak akan diminati customer. Sehingga membuat nama brand mereka tidak dikenal atau dilupakan sehingga menghilang dari pasaran.
Benarkah membeli produk luar tidak cinta produk dalam negeri? lebih cinta produk luar?
Ada banyak sekali alasan mengapa masyarakat indonesia lebih memilih menggunakan produk luar dibanding produk lokal. Banyak masyarakat yang menilai bahwa produk luar jauh lebih unggul dibanding produk lokal, hal ini bisa dilihat dari ingredients, usefull, packaging, serta "keistimewaan" lainnya. Ditambah produk tersebut memiliki brand yang sudah terkenal dengan penjualan tinggi, tentunya masyarakat berbondong-bondong untuk membelinya bahkan tak jarang menjadi ajang gengsi. tidak masalah harganya mahal atau pricey, asalkan worth it dengan kepuasan mereka.
Sebenarnya kita tidak bisa men-judge orang lain "tidak cinta produk lokal" hanya karena perilaku membeli dan memakai produk luar. mereka hanya mencari produk yang cocok yang dengan mereka yang kebetulan mereka temukan pada produk luar.
Dan mereka akan cenderung repurchase untuk mempertahankan kebutuhan mereka.
Namun, tanpa disadari perilaku mereka yang sangat percaya dengan kualitas produk luar negeri dan terus-terusan repurchase membuat produk luar negeri lebih laku dipasaran. Â perilaku seperti ini akan membuat mereka kehilangan kepercayaan pada kualitas produk lokal. Dan produk lokal akan sulit berkembang jika sudah tidak dipercayai lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sebagai masyarakat Indonesia, sudah seharusnya kita bangga dan mendukung produk-produk dalam negeri untuk terus berkembang. Bentuk cinta produk lokal bisa kita buktikan dengan membeli dan memakai produk lokal tersebut. Lalu bagaimana jika terus-terusan membeli dan memakai produk luar negeri, akankah cinta produk lokal akan hadir?
Jika sudah terlanjur membeli dan memakai produk luar, kamu bisa berpindah kepada produk lokal secara bertahap. Jika dirasa hanya cocok dengan satu produk luar, kamu bisa mengganti produk lainnya yang kamu punya dengan produk lokal dan lebih cenderung me-repurchase produk lokal ya.
Yuuk, dari sekarang kita mulai percaya dan mendukung produk lokal. beli dan pakai produk lokal tidak membuatmu menjadi rendah. Justru dengan sikap kamu memilih produk lokal kamu akan memberikan setidaknya sedikit kemajuan pada perekonomian kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI