Mohon tunggu...
Siti Aulia Rahmadani798
Siti Aulia Rahmadani798 Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Nikmati prosesnya karena semua akan berlalu.. :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembaharuan Islam antara Tradisi dan Modernitas

15 November 2018   01:56 Diperbarui: 15 November 2018   02:45 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://wisatajawa.com

Untuk menjadi modern tidak bisa lepas atau menghilangkan dari adat dan tradisi. Tugas baru, bagaimana kita bisa maju berdasarkan atas dasar tradisi atau adat istiadat dari masyarakat kita, menginjeksi untuk menjadikan proses pembaharuan tanpa resistensi. Jadi dengan cara melestarikan adat dan tradisi, kemudian diinjeksikan dan ditransformasikan dengan nilai-nilai Islam berdasarkan kondisi masyarakat. 

Faham-faham tersebut lah yang merubah atau mentajdid fikiran-fikiran, karena hidup disuatu ruang dan waktu sehingga konsep-konsep berubah, jika tidak berubah maka akan ketinggalan. Pembaharuan adalah sesuatu yang fitrah, jika dalam kehidupan tidak berubah maka akan menimbulkan penyakit. Pembaharuan digunakan untuk merefresh masyarakat baru dan masyarakat lama. Islam pada hakikatnya adalah memperbaharui sesuatu yang baru dan membawa perubahan adat istiadat.

Demikian halnya dengan fenomena modernitas. Ia merupakan realitas kekinian yang mesti dialami, dihadapi dan dijawab persoalan-persoalan yang muncul dari padanya. Umat Islam tidak mungkin lari dari realitas ini, sehingga umat Islam harus berinteraksi dan berdialektika dengan fenomena modernitas sebagai sebuah keniscayaan sejarah. Islam sebagai agama yang salih li kulli zaman wa makan, dengan demikian, tidaklah mungkin menafikan salah satu dari keduanya.

Pemikiran-pemikiran sebagaimana tersebut telah manjadi demarkasi bagi munculnya era baru dalam pemikiran Islam kontemporer. Era kontemporer pemikiran Islam, sebagaimana dijelaskan oleh Assyaukanie, yang ditandai dengan adanya kesadaran baru masyarakat Islam akan dirinya dan mendorong munculnya kritik diri.

Kesadaran dan kritik diri ini bagi pemikir Islam kontemporer didorong oleh sebuah kenyataan untuk menjawab bagaimana masyarakat Islam menghadapi tantangan modernitas dan sekaligus tuntutan tradisi (turas). Dengan demikian, pemikiran Islam kontemporer lebih dituntut untuk memberikan solusi dalam mensinergikan kutub-kutub tradisi dan modernitas yang masing-masing mempunyai sisi kelebihan dan kelemahan dalam rangka membangun peradaban Islam ke depan.

Terimakasih :)

Sumber :

Muhammad In'am Esha. 2011. Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam. (Cetakan I). Malang: UIN Maliki Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun