Hingga saat ini, sampah masih menjadi suatu masalah yang besar dan penting untuk diperhatikan. Sampah dapat bersumber dari berbagai aktivitas seperti sampah rumah tangga, sampah pertanian, sampah sisa bangunan, sampah restoran, sampah rumah sakit, sampah dari perdagangan dan perkantoran, serta sampah dari industri. Sampah yang paling banyak dihasilkan berasal dari sampah rumah tangga (Suwerda, 2012).
Menurut Sejati (2009) sampah dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :
- Sampah organik atau basah Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, sisa buah. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membususk atau hancur) secara alami.
- Sampah anorganik atau kering Sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Contohnya : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, kaca.
- Sampah berbahaya Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Contohnya : baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir. Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus.
Jenis sampah penyumbang terbesar di Indonesia bahkan dunia ialah sampah plastik. Hal ini disebabkan karena sampah plastik merupakan jenis sampah anorganik, yang mana salah satu jenis sampah yang tidak dapat diuraikan dengan mudah dan cepat, butuh waktu yang cukup lama agar sampah tersebut dapat terurai. Menurut Kumar (2011), plastik adalah salah satu makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi.Â
Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik mempunyai atom-atom terikat yang rumit sehingga bakteri cukup kesulitan untuk mengurainya. Hal ini dapat merusak kelestarian alam serta dapat mencemari lingkungan, dan secara tidak langsung, pencemaran lingkungan tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem flora dan fauna.
Pencemaran lingkungan bisa menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan alam timbul akibat 2 faktor yaitu faktor alami dan faktor manusia.Â
Namun, kerusakan yang terjadi akibat dari ulah manusia justru lebih besar dampaknya bagi keseimbangan alam. Perilaku atau ulah manusia yang dapat merusak lingkungan alam dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti penggunaan plastik secara berlebihan, menggunakan plastik sebagai tempat belanja seharusnya menggunakan tas belanja yang lebih ramah lingkungan, mengemas suatu produk dengan bubble wrap yang termasuk bahan plastik, dan isu akhir-akhir ini yang sering dijumpai di industri rumah tangga atau warung makan yaitu penggunaan galon sekali pakai.
Penggunaan galon sekali pakai yang diproduksi oleh perusahaan air kemasan justru menambah beban lingkungan alam. Salah satu brand air kemasan yang memproduksi galon sekali pakai adalah Le Minerale.Â
Dengan adanya galon sekali pakai menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak setuju dengan adanya galon sekali pakai karena tidak ramah lingkungan, dan ada juga masyarakat yang memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai galon sekali pakai ini.
Dikutip dari kumparan.com, Marketing Manager Le Minerale, Febri Hutama, mengatakan bahwa galon sekali pakai yang diproduksi perusahaan sudah sesuai dengan persyaratan dari BPOM maupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Menurut Febri, galon Le Minerale hadir atas keinginan konsumen yang ingin mendapatkan kemasan yang higienis, kedap udara, lebih aman dari pemalsuan, dan bebas dari Bisphenol A (BPA) yang sudah menjadi hal yang wajib pada kemasan di banyak negara maju.
"TFJ juga telah memulai kerja sama dengan asosiasi ADUPI, IPI dan APSI untuk penarikan galon yang berbahan PET (plastik nomor 1) dari lingkungan hingga pemakaian di beragam industri daur ulang," kata dia kepada kumparan, Rabu (6/1).
Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan bahwa langkah perusahaan produsen air kemasan tersebut kontraindikasi dengan kebijakan pemerintah.
Namun disisi lain, Asosiasi Daur Ulang Palstik Indonesia (ADUPI) Christien Halim, mengatakan kehadiran galon air kemasan sekali pakai justru bisa menghemat pemakaian plastik.Â
Dalam webinar LSM Sahabat Daur Ulang, Christien mengatakan "Contoh dengan satu galon bisa memuat 19 liter air. Jika digantikan dengan botol yang isinya 500ml, malah menambah jumlah sampah botol yang dipakai. Untuk perusahaan daur ulang plastik juga lebih mudah untuk di daur ulang. Ini justru ramah lingkungan,"
Plastik dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur tertentu akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan.Â
Sedangkan termosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicarikan kembali dengan cara dipanaskan (Kumar dkk, 2011). Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik tersebut, thermoplastic adalah jenis plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkannya dalam mengidentifikasi dan penggunaannya.
Galon sekali pakai rata-rata menggunakan bahan PET. Galon yang berbahan PET dalam dunia kesehatan dilansir dari health.grid.id Nugraha Edhi mengatakan bahwa memang tidak ada risiko migrasi BPA di galon PET. Tapi, ada senyawa lain seperti asetaldehida dan etilen glikol yang bisa berpindah.Â
Menurutnya, senyawa asetaldehida mempunyai risiko tinggi bagi kesehatan, karena termasuk dalam senyawa karsinogenik atau menyebabkan kanker. Sementara itu, etikena glikol mempunyai sifat racun yang jika dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan gangguan ginjal dan kerusakan otak.
"Jadi, dari aspek keamanan pangan, kemasan galon dari PC maupun PET sama-sama memiliki risiko migrasi senyawa yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan, akan tetapi, akan tetap aman untuk digunakan asalkan keduanya memenuhi ambang sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh BPOM," kata Nugraha.
Galon berbahan PET Â dengan kode daur ulang nomor 1 dapat segera di daur ulang dan diolah menjadi barang yang bermanfaat. Sehingga proses circular economy yang diserukan oleh Kementrian Lingkungan hidup dapat terbentuk pada proses daur ulang ini. Saya sendiri pernah menggunakan galon sekali pakai, karena sebelumnya saya tidak mengetahui bahwa galon sekali pakai dapat membebani lingkungan alam.Â
Galon yang sudah saya pakai tersebut tidak semerta-merta saya buang begitu saja. Namun saya mengolahnya atau mengkreasikan galon tersebut dengan kreativitas yang saya miliki. Saya merombak galon tersebut menjadi tempat organizer serba guna. Sebagai anak kost yang minim perkakas tempat atau wadah untuk menyimpan barang, galon ini sangat membantu.Â
Saya mengkreasikan galon sekali pakai tersebut dengan mengubahnya menjadi tempat serbaguna yaitu untuk menaruh makanan ringan atau snack, mie instan, beras, sebagai tempat menaruh baju kotor menggantikan keranjang pakaian, tempat untuk membilas cucian menggantikan ember, dan juga menjadi tempat sampah di dalam atau luar ruangan.
Sebenarnya banyak sekali manfaat yang didapatkan dari menyulap galon sekali pakai menjadi barang berguna sesuai kreativitas dan kemampuan kita. Namun tidak sedikit pula masyarakat yang enggan mendaur ulang galon tersebut dan hanya di buang secara cuma-cuma. Kemunculan inovasi galon sekali pakai ini menyebabkan kemunduran di tengah upaya mengurangi sampah plastik. Â
Besar harapan saya untuk kedepannya bagi masyarakat termasuk saya sendiri untuk mengurangi penggunaan galon sekali pakai. Walaupun galonnya bisa di daur ulang, tetapi tetap saja jika barang tersebut sudah tidak terpakai pasti pada akhirnya akan dibuang juga dan menjadi limbah beban lingkungan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H