"Saya kira mas nya, ketiduran di kamar mandi hehe" Aku mencoba sedikit mencairkan suasana, mengingat dia salah satu penggemar penulis favoritku juga. Ternyata benar, persamaan membuat orang semakin memiliki keccocokan dalam berkomunikasi.
"Raka Nugraha, mbak" Tangan kanan nya mengajakku bersalaman
"Mira Andini"Â
Dari perkenalan itu kita akhirnya memutuskan menunggu pagi datang di Masjid Stasiun. Kami berpisah, untuk menuju shaf masing-masing. Ada sedikit rasa penasaran yang sejujurnya menyelinap di kepalaku. Rasanya bukan sebuah kebetulan jika laki-laki ini bisa datang dan menemaniku sampai pagi ini. Tapi apakah ini semua memang rencana dariNya. Ah sudahlah, setelah ini toh kita akan pergi ke tujuan masing-masing. Aku mencari penginapan di Kotu dan dia mencari sebuah jawaban yang bahkan aku tidak peduli jawaban apa yang dia cari. Aku putuskan keluar masjid pukul 06.10, baru ku sadari ternyata aku ketiduran lagi, hm penyakit ini memang sering sekali kambuh.
Pintu keluar yang sama membuat aku dan Raka bertemu lagi, aneh. Aku yang merasa ini semua bukan kebetulan mencoba mulai mencari waktu untuk menanyakan.
"Nginep dimana Mir?"
"Emmm kemungkinan cari penginapan deket Kotu sih, kangen suasana nya aja, btw makasih udah jadi temen ngobrol selama di kereta ya. "
"Hehehe, di kereta aja nih?
Deg! Maksudnya apa, aku benci perasaan macam ini. Aku pergi ingin melupakan sesuatu yg bahkan masih membekas sampai hari ini. Lalu laki-laki ini datang tiba-tiba entah darimana, seolah ingin mengajak bercanda juga! Â
"Maksud kamu?"
"Kita makan soto ibu2 madura di depan Istiqlal yuk, aku yang traktir deh."