Mohon tunggu...
auliaoktria
auliaoktria Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Uin Suska Riau

hobi menonton film dan mendengarkan musik,

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Bermain outdoor dan indoor bagi perkembangan sosial emosional anak usia dini

10 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 10 Desember 2024   10:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Anak terus belajar untuk mengatur emosi dan interaksi sosial mereka. Sebagian anak terutamamereka yang telah mengikuti prasekolah sangat percaya diri, ingin ikut serta, dan ingin serta dapat menerima tanggung jawab. Perkembangan sosial dan emosional anak berkaitan dengan kapasitas anak untuk mengembangkan self-confidence, trust, dan empathy. Waltz (Soetjiningsih, 2018) mengatakan bahwa perkembangan sosial dan emosional anak pada masa kanakkanak awal atau usia prasekolah dipengaruhi oleh faktor biologis (temperament, genetic influence), relationship (quality of attachment), dan lingkungannya (prenatal, family community, quality of child care). Maka dari itu melalui interaksi sosial yang baik dengan lingkungannya anak dapat mengatur emosinya dengan menunjukan beberapa emosi positif. Tetapi jika lingkungannya tidak memberi kenyamanan kepada anak, maka anak akan menunjukan perilaku atau emosi marah, sedih, takut, kaget, dan sebagainya.

Setiap anak memiliki tahapan perkembangan dalam segala aspek perkembangannya, begitu juga dalam segi sosialnya. Tentunya tahapan-tahapan tersebut sesuai dengan tahapan usia masing-masing anak. (Karomah, n.d.) Ada beberapa tahapan perkembangan sosial anak adalah sebagai berikut:

  • Tingkatan pertama yaitu dimulai dengan anak mereaksi psitif terhadap orang lain dengan tertawa.
  • Tingkatan kedua adanya rasa bangga terhadap dirinya. Contohnya anak yang berebut benda atau mainan, jika dia menang, maka diakan kegirangan dalam gerak dan mimik wajahnya. Biasanya tingkatan ini terjadi pada imur 2 tahun keatas.
  • Tingkatan ketiga Ketika anak berumur lebih dari 2 tahun, maka mulai timbul perasaan simpati kepada orang lain, baik yang sudah dikenalnya atau belum.
  • Tingkatan keempat, pada tahapan ini anak mulai menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarganya.

Emosi merupakan suatu keadaan atau perqasaan yang bergejolak dalam diri iindividu yang sifatnya didasari (Sukatin et al., 2020). Emosi juga sebagai seuatu kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat. Istilah emosi berasal dari kata "emotus" atau "emovere" atau "menerca" yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hamper keseluruhan diri individu (Sujiono, 2009).

(Mashar, 2015) Membedakan emosi sebagai emosi dasar yang terdiri dari marah, sedih, kegembiraan, dan takut, serta emosi serta terdiri dari jijik, terkejut, dan malu. Emosi biasanya dideskripsikan sebagai emosi positif dan negative seperti takut, marah, jijik dan sedih. Berbagai emosi tersebut akan dimiliki anak sesuai dengan tahapan usianya. Dan emosi yang ada pada anak usia dini tentunya memiliki beragam ekspresi dalam meluapkannya. Perlu juga adanya stimulasi pada emosi anak usia dini yang dilakukan oleh orang tua.

METODE PENELITIAN

            Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif. Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu untuk memahami fenomena-fenomena berdasarkan perndapat patisipan atau pandangan internal, bukan berdasarkan pendapat dari peneliti sendiri. Penelitian kualitatif pada dasarnya dipergunakan dalam dunia ilmu-ilmu sosial dan humaniora, dalam aturan kajian mikro. Terutama berkaitan pada tingkah laku manusia dan apa yang dibalik tingkah laku manusia tersebut. penelitian kukalitatif merupakan penelitian yang berpangkal dari pola fikir induktif, yang didasarkan atas pengamatan obyektif partisipatif terhadap suatu gejala atau fenomena sosial (Harahap, 2020).  Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 2 orang, Dimana yang satu adalah anak yang bermain outdoor dan yang satu anak bermain indoor. Teknik mengumpulkan data memakai observasi dan study dokumentasi. Data yang dihimpun berupa catatan observasi dan hasil dokumentasi laporan perkembangan anak.

Peneliti mulai menganalisis saat pengumpulan data sedang berlangsung dilanjutkan dengan pengumpulan data selesai dilakukan. Langkah-langkah yang peneliti tempuh dalam analisis data yaitu mengumpulkan data menggunakan teknik gabungan dari observasi dan dokumentasi mengenai perkembangan kognitif anak Ketika bermain outdoor, kemudian Langkah terkahir adalah peneliti menarik kesimpulan dan verivikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar1; indoor, gambar2;outdoor

Gambar diatas merupakan dokumentasi dari 2 orang anak ynag bermain outdoor dan indoor. Pada gambar1, terilahat beberapa anak sedang bermain gadget. Dimana Ketika orang tua sibuk dengan suatu hal, mereka memberikan gadget kepada anak dengan alasan agar anak tidak rebut dan mengganggu. Padahal, dengan banyaknya teman disekitarnya anak dapat bereksplorasi dengan teman-teman bermain Bersama. Kemudian pada gambar2, terlihat 2 orang anak sedang melihat ayam dikandang. Antusisas anak Ketika dioutdoor lebih tinggi daripada indoor. Dengan mereka mengamati ayam, mereka mendapatkan pengetahuan baru tentang hewan, mereka juga dapat lebih mengenal dunia luar dan tentunya sangat menstimulus sosial emosional serta kognitifnya.

Hasil observasi penelitian yang dilakukan terhadap 2 orang anak usia dini tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan. Dimana A adalah anak yang bermain outdoor dan B adalah anak yang bermain indoor. Hasil yang didapatkan adalah, dalam perkembangan kognitif tentunya ada perbedaaan, Dimana A lebih kritis dan dan rasa ingin tahunya lebih kuat. Sedangkan B yang bermain indoor cenderung tidak banyak berbicara dan perkembangan kognitifnya juga terlambat. Dimana B rasa ingin tahunya tidak kuat, B juga cenderung lebih dekat dengan orangtuanya saja. Sedangkan A dia jauh lebih mudah akrab dengan orang lain. Kemudian juga dari segi Bahasa A menunjukkan lebih dapat mendapatkan kosa kata yang baru dan perkembangan bahasanya juga cepat. Sedangkan B tidak banyak menerima kata-kata baru, dan perkembangan Bahasa nya juga ketinggalan jauh, baik itu dari segi kalimat maupun cara dia berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun