Mohon tunggu...
AULIA OCTA
AULIA OCTA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa Ilmu Ekonomi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Untuk Kesetaraan : Fakta Penurunan Ketimpangan Gender di Indonesia (2023)

15 Oktober 2024   07:17 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:43 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengungkap Kesenjangan Gender di Indonesia: Laporan Statistik 2023 

Ketimpangan gender telah menjadi salah satu isu sosial yang krusial di banyak negara, termasuk Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, telah terlihat berbagai upaya dan kemajuan signifikan dalam menurunkan ketimpangan tersebut. Penurunan ini dapat diukur melalui Indeks Ketimpangan Gender  yang mencerminkan sejauh mana akses perempuan terhadap berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dibandingkan laki-laki. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam mengurangi ketimpangan ini, meskipun tantangan masih tetap ada. 

Kesenjangan gender di Indonesia terus menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, mulai dari Kesehatan, Pemberdayaan , hingga Partisipasi Tenaga Kerja. Data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan beberapa perkembangan signifikan dalam indeks ketimpangan gender (IKG). Pada tahun 2018, IKG tercatat sebesar 0,499, dan angka ini terus mengalami penurunan hingga mencapai 0,447 pada tahun 2023. Penurunan ini mencerminkan berkurangnya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia. 

Ketimpangan Pada bidang Kesehatan Reproduksi

Menurut Badan Pusat Statistik  (2023) , nilai MTF adalah 0,126, menunjukkan bahwa 12,6% perempuan melahirkan di luar fasilitas kesehatan. Ini adalah penurunan signifikan dari 0,214 pada tahun 2018, yang berarti semakin banyak perempuan mengakses fasilitas kesehatan saat melahirkan. Penurunan MTF ini sangat penting karena melahirkan di fasilitas kesehatan berkaitan dengan keselamatan ibu dan bayi, serta akses ke layanan kesehatan yang lebih baik. Seiring dengan penurunan angka ini, bisa diartikan bahwa semakin banyak perempuan yang memiliki akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan reproduksi, yang berkontribusi pada penurunan ketimpangan gender dalam aspek kesehatan. 

MHPK20 mengukur proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melahirkan anak pertama sebelum usia 20 tahun. Pada tahun 2023, nilai MHPK20 adalah 0,258,  Terjadi penurunan dari 0,271 pada tahun 2019. Meski ada sedikit penurunan, angkanya masih cukup tinggi, dengan sekitar 25,8% perempuan melahirkan anak pertama di bawah usia 20 tahun. Penurunan MHPK20 ini penting karena melahirkan di usia sangat muda sering kali terkait dengan risiko kesehatan yang lebih tinggi baik bagi ibu maupun anak, serta dampak sosial dan ekonomi, seperti putus sekolah dan keterbatasan peluang ekonomi bagi perempuan muda. Penurunan angka ini menandakan adanya kemajuan dalam menunda usia pernikahan dan melahirkan, yang secara tidak langsung berkontribusi pada peningkatan pendidikan dan peluang kerja perempuan.

Ketimpangan Pada bidang Pemberdayaan

Persentase Penduduk Usia 25 Tahun ke Atas dengan Pendidikan Minimal SMA 

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (2023), Terlihat adanya peningkatan persentase penduduk laki-laki dan perempuan yang memiliki pendidikan minimal SMA dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, persentase penduduk laki-laki dengan pendidikan minimal SMA adalah 38,27%, dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 42,62% pada tahun 2023. Di sisi lain, persentase perempuan dengan pendidikan minimal SMA juga meningkat signifikan, dari 30,99% pada tahun 2018 menjadi 37,60% pada tahun 2023. Peningkatan ini menunjukkan adanya perbaikan akses pendidikan bagi perempuan, meskipun angka perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Hal ini menandakan bahwa upaya untuk mengurangi kesenjangan gender dalam pendidikan mulai membuahkan hasil, namun masih perlu peningkatan lebih lanjut untuk mencapai kesetaraan yang penuh.

Persentase Anggota Legislatif

Pada aspek pemberdayaan politik,  meskipun terdapat kemajuan, jumlah perempuan di legislatif masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pada tahun 2023, hanya 22,14% anggota legislatif yang adalah perempuan, dibandingkan dengan 77,86% laki-laki. Meskipun ada peningkatan dibandingkan tahun 2018, di mana hanya 17,32% anggota legislatif adalah perempuan, kesenjangan ini masih signifikan. Angka ini mencerminkan bahwa meskipun perempuan semakin terwakili di parlemen, tantangan untuk mencapai kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan politik masih besar. Keterwakilan perempuan yang lebih baik di parlemen sangat penting untuk memastikan bahwa perspektif perempuan tercermin dalam kebijakan publik. 

Ketimpangan Pada bidang Pasar Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik  (2023) , Data dari tahun 2018 hingga 2023 menunjukkan bahwa TPAK laki-laki secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK perempuan. Pada tahun 2023, TPAK laki-laki mencapai 84,26%, sementara TPAK perempuan hanya 43,52%. Meskipun TPAK perempuan menunjukkan perubahan yang stabil dari tahun ke tahun (dari 51,80% pada tahun 2018 hingga 43,52% pada tahun 2023), angka ini masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, yang menunjukkan adanya kesenjangan dalam partisipasi kerja antara kedua gender. TPAK laki-laki mengalami peningkatan kecil, dari 82,80% pada tahun 2018 menjadi 84,26% pada tahun 2023.

Perbedaan ini menggambarkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam meningkatkan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja, kesenjangan gender dalam dunia kerja masih signifikan. Hal ini mengindikasikan masih adanya tantangan bagi perempuan untuk berpartisipasi secara penuh dalam angkatan kerja, yang mungkin disebabkan oleh faktor sosial, budaya, atau ekonomi.

Penurunan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) 

Penurunan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) sangat penting karena mencerminkan semakin berkurangnya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di berbagai aspek kehidupan, seperti kesehatan, pendidikan, partisipasi politik, dan ekonomi. Dalam konteks ini, semakin rendah nilai IKG berarti ketimpangan gender semakin kecil, artinya akses, kesempatan, dan hasil yang diperoleh perempuan semakin mendekati laki-laki.  Dalam konteks ini, semakin rendah nilai IKG berarti ketimpangan gender semakin kecil, artinya akses, kesempatan, dan hasil yang diperoleh perempuan semakin mendekati laki-laki.

 penjelasan mengapa penurunan IKG ini sangat krusial:

1. Peningkatan Kesetaraan dalam Akses dan Kesempatan

  • Penurunan IKG berarti perempuan mendapatkan akses yang lebih setara terhadap pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan, dan peran dalam pengambilan keputusan politik. Hal ini penting untuk memastikan bahwa seluruh penduduk, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dan berkembang secara ekonomi dan sosial.
  • Angka-angka IKG yang lebih rendah mencerminkan perbaikan dalam pemberian hak dan kesempatan perempuan untuk mencapai potensi maksimal mereka, tanpa dibatasi oleh diskriminasi berbasis gender.

2. Pengaruh Positif terhadap Pembangunan Ekonomi

  • Kesetaraan gender, seperti yang diindikasikan oleh penurunan IKG, dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Ketika perempuan memiliki akses yang sama terhadap peluang ekonomi, produktivitas dan inovasi meningkat, dan ini dapat berdampak positif pada pertumbuhan PDB.

3. Dampak pada Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan

  • Penurunan IKG di sektor kesehatan, terutama kesehatan reproduksi, mencerminkan meningkatnya akses perempuan terhadap layanan kesehatan yang vital, seperti perawatan selama kehamilan dan melahirkan. Ini berpengaruh besar terhadap kesejahteraan perempuan dan anak-anak, serta memperbaiki indikator kesehatan nasional seperti angka kematian ibu.
  • Ketika perempuan memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan kesehatan, generasi berikutnya juga cenderung tumbuh lebih sehat dan berpendidikan, menciptakan siklus kesejahteraan yang berkelanjutan.

4. Kesetaraan dalam Pengambilan Keputusan

  • Angka-angka dalam IKG yang lebih rendah di bidang politik (seperti keterwakilan perempuan dalam parlemen) menunjukkan semakin banyak perempuan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Ini penting karena pandangan perempuan cenderung membawa perspektif yang berbeda dalam kebijakan publik, yang dapat memperkuat inklusivitas dan memastikan bahwa kebijakan tersebut lebih responsif terhadap kebutuhan semua kelompok masyarakat.

5. Penurunan Ketimpangan Gender Mendorong Stabilitas Sosial

  • Ketimpangan gender sering kali memicu ketidakadilan dan ketegangan sosial. Dengan adanya penurunan IKG, diharapkan akan terjadi penurunan konflik berbasis gender serta peningkatan stabilitas sosial, karena lebih banyak perempuan mendapatkan hak-haknya.
  • Keseimbangan yang lebih besar antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai sektor kehidupan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif, di mana semua individu, tanpa memandang gender, bisa berpartisipasi secara setara.

Penurunan nilai IKG mencerminkan langkah maju menuju kesetaraan gender yang lebih baik di Indonesia. Semakin kecil IKG, semakin kecil ketimpangan gender, yang berarti perempuan dan laki-laki memiliki peluang dan hak yang lebih setara di berbagai aspek kehidupan. Ini bukan hanya tentang keadilan sosial, tetapi juga tentang memaksimalkan potensi setiap individu untuk berkontribusi pada masyarakat dan ekonomi, yang pada akhirnya menguntungkan semua pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun