Mohon tunggu...
Auliana Balqis
Auliana Balqis Mohon Tunggu... Lainnya - Auliana Balqis (06) - XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Auliana Balqis (06) - XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Special Lucid Dream"

28 November 2020   18:00 Diperbarui: 28 November 2020   18:10 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi harinya, aku bangun dengan suasana hati yang sangat baik. Sekarang aku tahu bahwa masa depanku akan sesuai seperti yang kuharapkan. Semenjak saat itu, aku tidak pernah lagi merasa cemas, karena aku yakin mimpiku akan memberitahu tindakan apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Aku tidak lagi memiliki keinginan atau ambisius belajar karena aku tahu nantinya aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku juga tidak lagi mendengarkan omongan orang-orang. Karena saat ini, aku yang paling mengetahui tentang diriku. 

Waktu berlalu, tetapi realita tidak seperti apa yang diharapkan. Nilai-nilaiku mendadak turun drastis. Guru BK memanggilku ke ruangannya. "Anna, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Kau terlihat tidak lagi memiliki semangat belajar. Kau juga sering tidak masuk sekolah tanpa izin. Sebenarnya apa yang terjadi?", tanyanya dengan nada yang sedikit naik.

Ada kemarahan juga kecemasan dalam suaranya. Aku tidak bisa fokus dengan pertanyaannya. Pikiranku berlarian memikirkan bagaimana bisa realita berbeda dari apa yang digambarkan di mimpiku. Aku jelas-jelas melihat diriku mendapatkan nilai 100 di banyak mata pelajaran. Kegelisahan menyelimutiku.

Guru BK akhirnya menelpon ibuku dan memintanya untuk membimbingku dengan lebih baik. Hal itu membuatku malu sekaligus kecewa pada diriku. Aku tidak inngin ibuku cemas, dia adalah satu-satunya orang yang ingin aku bahagiakan. 

Malam berikutnya aku memimpikan mimpi terburuk sepanjang hidupku. Di mimpi itu, aku berdiri di sebuah tempat yang dingin dan sepi. Mengenakan pakaian serba hitam dengan tubuh gemetaran tak kuasa membendung air mata.

Saat membaca tulisan di batu itu, aku baru menyadarinya. Itu merupakan hari pemakaman ibuku. Hatiku bagaikan jatuh ke jurang yang paling dalam di dunia ini. Satu hal yang memperburuk adalah yang kulihat hanyalah rasa penyesalan dari mataku. 

Ada perasaan campur aduk yang tidak dapat diungkapkan dengan kata manapun. Aku diam tertegun menyaksikan dua hal yang paling kutakutkan terjadi dalam satu adegan. Yaitu kepergian ibuku dan rasa penyesalan. Aku menyadari bahwa rasa penyesalan itu datang karena aku telah gagal mendapatkan apa yang sebenarnya kuinginkan di dalam lubuk hati terdalam.

Semenjak mendapatkan 'Special Lucid Dream' itu aku selalu melewati berbagai kesempatan untuk menunjukkan diriku yang sebenarnya. Aku tidak ada keinginan untuk belajar juga untuk menjalin hubungan atau pertemanan yang baik. Semua itu mengubah hidupku ke jalan yang lebih buruk.

 Aku terbangun dan melihat pantulan diriku di cermin basah oleh keringat dingin serta air mata. Aku segera berlari ke kamar ibuku dan meminta maaf padanya. Dengan penuh kebingungan, ibuku mencoba menenangkanku yang penuh dengan isak tangis. Akhirnya, aku menceritakan semua yang telah terjadi padaku beberapa bulan terakhir.

Meski sulit untuk dicerna, ia berusaha memahami semua ucapanku. Pada akhirnya, ibuku selalu percaya padaku dan membiarkanku memilih keputusan sendiri. Malam itu, aku telah membuat keputusan untuk diriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun