Ketika anak mencoba belajar menulis pasti ia akan mengalami kesulitan di awal-awal, namanya juga belajar, tidak langsung bisa, pasti mengalami yang namanya sebuah proses. Intinya wajar ketika anak mengalami kesulitan saat belajar menulis, sabar-sabarlah para orang tua yang anaknya sedang ada pada masa belajar menulis, membaca, menghitung. Tetapi jika anak terus terusan mengalami kesulitan menulis perlu diwaspadai adanya gangguan disgrafia pada anak.
Gangguan disgrafia dapat definisikan sebagai kesulitan menulis. Menurut Santrock dalam junal yang ditulis oleh Tatik Imadus Sa’adati gangguan disgrafia sebagai kesulitan belajar yang ditandai dengan danya kesulitan dalam mengungkapkan pemikiran dalam komposisi tulisan.Â
Mungkin gambaran orang umum disgrafia ini anak yang tulisannya jelek, nulisnya lama, tulisannya tidak bisa terbaca, ini juga merupakan ciri-ciri dari gangguan disgrafia.Â
Adapun ciri-ciri gangguan disgrafia pada anak sekolah yaitu;
- Cara memegang pensil aneh dan posisi badan kurang tepat saat menulis
- Tulisan tangan tidak bagus atau sebutannya tulisan ceker ayam
- Selalu menghindar ketika diajak aktivitas menulis
- Mengeluh cepat lelah saat menulis
- Menulis sambil mengeja, tetapi ini tidak semua orang yang menulis sambal mengeja mengalami gangguan disgrafia, tetapi menulis sambal mengeja juga termasuk juga ciri-ciri gangguan ini.
- Menggunakan kalimat yang tidak selesai atau menggantung. Jadi jika diajak berbicara tidak bisa dibedakan, apa sudah titik atau belum.
Itu tadi ciri-ciri gangguan disleksia pada anak sekolah jika anak yang prasekolah apakah ciri-cirinya juga sama? Berikut ciri-ciri gangguan disleksia pada anak prasekolah;
- Cara memegang pensil yang salah
- Tidak bisa menggambar geometrik (lingkaran, kotak, persegi panjang, segitiga) sederhana.
- Gambarnya besar dan kecil, maksudnya ketika anak disuruh menggambar rumah dan orang, ketika menggambar rumah ukurannya kecil tetapi ketika menggambar orang ukurannya besar. Jadi tidak seimbang gambarnya.
- Tekanan garis yang kuat atau justru lemah, karena cara memegang pensil yang salah ia akan menekan saat menulis hingga tulisan tersebut tebal atau justru lemah hingga tidak bisa terbaca.
- Karena disgrafia ini berhubungan dengan motorik halus, biasanya anak yang mengalami gangguan ini kesulitan melakukan kegiatan yang melibatkan motorik halus, seperti kesulitan mengancing baju, kesulitan mengikat sepatu, memegang alat makan yang salah, kesulitan merangkai balok, dan lain sebagainya.
Gangguan disgrafia ini bukan termasuk gangguan mental, melainkan disebabkan oleh masalah pada fungsi otak yang berhubungan dengan keterampilan motorik halus. Gangguan ini biasanya dialami oleh anak-anak tetapi memungkinkan juga dialami oleh orang dewasa.Â
Menurut laman alodokter anak yang terlahir secara prematur akan beresiko mengalami gangguan disgrafia, dan gangguan disgrafia ini muncul bersamaan dengan gangguan disleksia yaitu kesulitan membaca dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Jika gangguan ini dialami oleh orang dewasa biasanya disebabkan oleh penyakit pada otak seperti stroke, demensia, cedera otak.
Kebanyakan orang juga masih menyamakan gangguan disleksia dengan gangguan disgrafia. Jika disleksia, dia kesulitan membaca, tetapi masih bisa menulis, namun untuk disgrafia ia kesulitan dalam menulis tetapi masih bisa membaca. Walau demikian anak yang mengalami gangguan disleksia yang juga dibarengi dengan gangguan disgrafia. Ini lah penyebab sekaligus penyulit membedakan antara disleksia dan disgrafia.Â
Oleh karena itu, para orang tua jika anaknya memiliki gangguan belajar seperti disleksia ataupun disgrafia, lebih baik dan penting untuk diperiksakan kepada dokter ahli yang menangani gangguan ini.
Dapat dipastikan anak yang mengalami gangguan ini akan berdampak pada proses belajarnya. Anak yang mengalami gangguan ini kerap kali disebut anak yang ceroboh, malas belajar perkara tulisannya yang jelek. Hal ini lah yang dapat menurunkan rasa percaya diri anak untuk ke sekolah.Â
Oleh karena itu disgrafia perlu mendapatkan perawatan dokter ataupun mendapatkan stimulus yang tepat dari orang tua. Apa yang harus dilakukan anak yang mengalami gangguan disleksia? Menurut dr. Herbowo dalam video YouTube anak yang disleksia harus POWER
P- Plan your paper
O- Organize your thoughts and ideas
W- Write your draft
E- Edit your work
R- pRoducing a final draft
Orang tua juga harus memiliki kesabaran yang ekstra untuk memberikan stimulus kepada anak yang mengalami gangguan ini. Ada 5 hal yang perlu dilakukan orang tua dalam menghadapi anak yang disgrafia yaitu;
- Jangan pantang menyerah, dan selalu bersabar
- Sediakan waktu, anak yang memiliki gangguan disgrafia memerlukan belajar yang lebih dari anak yang tidak memiliki gangguan disgrafia. Terlebih lagi anak disgrafia menulisnya lama, jadi memerlukan waktu yang lebih.
- Rutinitas, orang tua harus memberikan aktivitas-aktivitas yang berbau menulis agar anak beradabtasi dan terbiasa akan menulis, walaupun menulisnya lama.
- Menarik, rancang semua kegiatan semenarik mungkin, agar anak tidak bosan dan menikmati proses belajar
- Diusahakan, sangat butuh usaha untuk bisa
Ingat ya bunda-bunda, ayah-ayah dirumah yang memiliki anak yang kesulitan belajar mau itu disleksia ataupun disgrafia, ini bukan akhir dari segalanya, tetap semangat, jangan salahkan anak atas gangguan ini, tetap sabar. Semangat para orang tua yang memiliki anak kesulitan dalam belajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H