Itihad mengajarkan persatuan antara Tuhan dengan hamba yang sudah mencapai kesucian, sehingga seorang sufi yang berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehinggga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, "Hai aku. Al-Ittihad dicapai dengan melalui fana dan baqa. Fana merupakan hancurnya perasaan kesadaran akan adanya tubuh kasar manusia, yang tersisa adalah manusia secara rohani. Untuk itu sebelum memasuki tahap fana seorang sufi harus memperhatikan 4 hal yaitu; Al-Sukr yaitu keadaan antara cinta dengan fana. Al-Syathahat adalah ungkapan-ungkapan aneh yang dikeluarkan oleh sufi. Zawal al-Hujab adalah keadaan sufi yang tidak menginginkan lagi sesuati kecuali Allah. Ghalbat al-Syhud; keadaan seorang sufi baik dari segi perasaan, kesadaran dan penyaksian sampai kepada puncak fana', lalu dia lupa dirinya dan tidak ada selain Allah.Â
  2. Hulul
  Kata Hulul berasal dari halla, yahullu, hululan. Kata ini memiliki arti menempati, mistis, berinkarnasi. Hulul juga bermakna penitisan Tuhan ke makhluk atau benda.15 secara harfiah hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana. lenyapkan. AI-Hallaj adalah ulama tasawuf yang pertama kali mencetuskan konsep Hulul. Ia berpendapat bahwa Allah mempunyai dua sifat dasar (nature), yaitu ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). menurut Al-hallaj manusia juga mempunyai sifat ketuhanan dalam dirinya.19 Ini dapat dilihat dari penafsiran Al-Hallaj mengenal kejadian Adam (Q.S. 2:34) yang artinya:
" Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah Ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."
Penafsiran al-Hallaj terhadap ayat ini adalah bahwa Allah memberikan perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam karena pada diri Adam Allah menjelma sebagaimana Ia menjelma dalam diri Isa. a.s. Â Menurut al-Hallaj, ketika hulul terjadi pada diri sufi pada hakikatnya telah terjadi empat proses, yaitu:
1) Tuhan turun mendekati sufi tersebut
2) Tuhan telah memilih sufi tersebut untuk dijadikan tempat hulul
3) Tuhan menjelma pada diri sufi dan
4) Tuhan menyatu dengan sufi tersebut.
  3. Wahdat Al-Wujud
     Wahdat Al-Wujud Wahdat al-Wujud berarti kesatuan wujud, unity of existence. Paham ini adalah Lanjutan dari faham hulul, dan dibawa oleh Muhi al-Din lbnu al-arabi. Dalam faham wahdat alwujud, nasut yang ada dalam hulul diubah oleh lbnu arabi menjadi khalq ( , makhlu ) dan lahut menjadi haq ( , Tuhan). Khalq dan haq adalah dua aspek bagi tiap sesuatu. Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai dua aspek. Aspek luar yang merupakan ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukan; dan aspek dalam yang merupakan jauhar dan haq yang mempunyai sifat ketuhanan. Dengan kata lain dalam tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan atau haq dan sifat kemakhlukan atau khalq.Â
   Konsep wahdat al-wujud atau kesatuan wujud menimbulkan kontro versi di kalangan para ulama karena bertentangan dengan pandangan para ulama tauhid yang meyakini bahwa Allah memiliki wujud dan alam pun memiliki wujud. Jadi, terdapat dua wujud, yaitu wujud Allah dan wujud alam, dan bukan hanya satu wujud.Wujud Allah se bersifat mutlak atau absolut, sedangkan wujud alam bersifat relatif dan nisbi. Allah adalah al- Khaliq, yaitu yang menciptakan, sedangkan alam adalah al-makhluq, yaitu yang diciptakan oleh Allah.
C. NEO SUFISME
    Akar dan asal gerakan Neo Sufisme atau tasawuf baru dapat dilacak pada pemikiran ulama klasik, seperti terlihat pada corak tasawuf Junaid Al-Baghdadi, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, dan Al-Ghazali. Spirit yang menjiwai neo sufisme adalah tajdid, yakni pembaharuan, pemurnian, dan reformasi tasawuf dari unsur-unsur bid'ah yang berasal dari luar islam. Tujuan neo sufisme adalah memurnikan tasawuf, baik konsep maupun amaliah agar tasawuf sejalan dengan Al-Quran dan sunnah Nabi SAW.  Yang disebut Neo-sufisme itu tidak seluruhnya hal baru, namun lebih tepatnya disebut sebagai sufisme yang diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat sesuai dengan kondisi kekinian.Â
     Neo-Sufisme dalam terminologi Fazlur Rahman atau tasawuf modern dalam terminologi Hamka berusaha tetap mempertahankan hasil-hasil positif dari modernisme dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang terdapat padanya. Buya Hamka menyebut neo sufisme dengan istilah tasawuf modern, ia mengatakan 'kita namai tasawuf, ialah menurut maksud tasawuf yang asli, sebagaimana kata Junaid, yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji. secara singkat, neo sufisme memiliki ciri sebagai berikut.