Mohon tunggu...
Aulia Geraline
Aulia Geraline Mohon Tunggu... Guru - Hidup indah dengan beribadah

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Pendidikan Agama Islam Sejak Dini

4 Juni 2020   17:37 Diperbarui: 4 Juni 2020   18:15 3477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bidang akidah meskipun anak usia dinibelum layak untuk diajak berfikir  tentang hakikat Tuhan, Malaikat, Nabi, kita suci, hari akhir, dan qadadan qadar, tetapi anak-anak sudah diberikan pendidikan awal tentang akidah. Pendidikan awal tentang akidah, bisa saja diberikan materi yang berupa mengenal nama-nama Allah dan ciptaan-Nya yang ada di sekitar kehidupan anak, nama-nama malaikat, kisah-kisah Nabi dan Rasul, dan materi dasar lainnya yang berkaitan dengan akidah atau rukun iman.

Pendidik juga dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya saat berjalan-jalan di taman, tentang siapakah yang menciptakan air, pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatian anak kepada keagungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

2) Pendidikan Ibadah 

Pendidikan ibadah merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. Sebagaimana yang termaktub dalam ajaran fikih Islam yang menyatakan bahwa pendidikan ibadah hendaknya diajarkan mulai dari masa kanak-kanak atau masa usia dini. Pendidikan ibadah diajarkan mulai usia dini agar  mereka kelak benar-benar dapat mejalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam dan menjadi insan yang taat menjalankan segala perintah agama dan taat pula menjauhi segala larangannya. Ibadah sebagai realisasi dai akidah islamiah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh setiap anak. Menurut pandangan ajaran Agama Islam, setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci, dan factor penentuan kualitas keagamaan pada anak itu sendiri banyak ditentukan oleh peran serta orangtua.

Landasan itu memberikan makna bagi kita bahwa ternyata factor lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak. Dengan kata lain apabila anak yang masih suci da bersih serta memiliki potensi ini tidak dikembangkan secara maksimal dalam hal-hal positif maka mereka akan tumbuh dalam kondisi yang tidak terkendali.

Oleh karena itu, betapa pentingnya orang tua dan guru dalam hal ini mengembangkan potensi anak-anak sejak usia dini dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan sebagai warna awal dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan/dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup.

Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampan untuk mencegah dan menangkal serta membentangi mereka dari berbagai pengaruh yang negatif. Sebalinya, jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama. Secara umum, perkembangan nilai keagamaan pada anak identik dengan pemahamannya akan keberadaan  Tuhan. Guru diarapkan dapat memahami dan menyesuaikan metode pengajara untuk mengenalkan anak dengan Tuhan.

Sebagai contoh, untuk menimbulkan pemahaman tentang agama Islam guru dapat mengenalkan ayat 3 Surat At-Tin yang berarti "sungguh telah kami ciptaka manusia dalam bentuk yang paling sempurna" dari pengertian ayat ini guru kemudian dapat memberikan pengertian kepada anak bahwa diantara bukti penyempurnaan wujud manusia selain fisik adalah bahwa hanya manusialah yang dilengkapi akal, dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak memberikannya kepada yang lain.

Akal yang merupakan amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta'Ala seyogyanya mampu dikembangkan melalui jalur pendidikan agar berfungsi menjadi pembimbing menentukan antara yang benar dan yang salah, baik dan buruk, boleh atau tidak, selanjutnya guru dapa juga memberikan perbedaan tingkah laku hewan dan anak-anak. Misalnya, hewan boleh tidak berpakaian tetapi manusia tidak boleh telanjang.

3) Pendidikan Akhlak 

Kata Akhlak berasal dari "Khalaqa" yang artinya kelakuan, tabiat, watak, kebiasaan, kelaziman, dan peradaban. Al-Ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertaam dalam jiwa yang menimbulkan beraneka ragam perbuatan dengan gampang an mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Memperhatikan rumusan diatas, bahwa akhlak merupakan manifestasi dari gambaran jiwa seseorang yang terwujud dalam sikap, ucapan, dan perbuatan. Tentunya akhlak perilaku yang sungguh-sungguh, bukanlah permainan silat lidah, sandiwara. Aktivitas itu dilakukan dengan ikhlas semata-mata menuju Ridha-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun