Mohon tunggu...
Aulia Finola
Aulia Finola Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student At Universitas Airlangga

Salam! Saya adalah mahasiswa yang bersemangat dalam menjelajahi dan memahami perjalanan masa lalu yang membentuk dunia kita saat ini. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di jurusan Ilmu Sejarah di Universitas Airlangga. Saya aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik yang membantu saya mengembangkan pemahaman dan keterampilan baik di bidang sejarah maupun bidang lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikir Kota dan Era Digital: Menganyam Identitas Sosial, Menenun Kemajuan

12 Desember 2024   23:40 Diperbarui: 12 Desember 2024   23:56 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Redaksi, 28 September 2021)

Salam sejahtera,

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, kita tentu sudah merasakan dampaknya dalam hampir semua aspek kehidupan, dari cara kita berinteraksi di media sosial hingga cara kita bekerja. Teknologi telah membuka banyak pintu baru, namun juga menghadirkan tantangan besar, terutama dalam mempertahankan identitas budaya kita di tengah gempuran budaya global yang semakin mendominasi. Globalisasi yang didorong oleh kemajuan digital ini memaksa kita untuk menyeimbangkan antara kemajuan dan pelestarian nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khas bangsa kita.

Perubahan sosial yang terjadi, terutama di kalangan generasi muda, sangat terlihat dalam perubahan gaya hidup, pola pikir, dan cara berkomunikasi. Semua itu dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat, yang juga menciptakan fenomena baru seperti munculnya konsep kota cerdas atau smart city. Di sini, kita akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana transformasi sosial terjadi di era digital ini dan bagaimana hal itu berdampak pada identitas sosial kita.

Transformasi Sosial dan Identitas di Era Kota Cerdas

Perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk perilaku individu dan struktur sosial. Internet, yang bermula dari program ARPAnet tahun 1969, telah memudahkan akses informasi dan mempercepat perubahan budaya. Perubahan sosial pada remaja terlihat dalam cara berpakaian, berbicara, dan gaya hidup yang lebih cenderung meniru budaya asing daripada melestarikan budaya lokal (Nurrizka, 2018).

Kota cerdas (smart city) merupakan konsep perencanaan perkotaan modern yang melibatkan enam komponen utama: ekonomi, masyarakat, pemerintahan, mobilitas, lingkungan, dan hidup cerdas. Gagasan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan pelibatan aktif masyarakat dalam pembangunan kota. Di Indonesia, kota seperti Surabaya telah diakui dalam ajang Anugerah Kota Cerdas karena keberhasilannya mengimplementasikan konsep tersebut (Syahid & Novianti, 2016).

Pendidikan dan Identitas Sosial Sebagai Pilar Pembentukan Karakter

Pendidikan telah memainkan peran penting dalam membentuk identitas sosial sejak masa kolonial. Pada era itu, pendidikan melahirkan kelas intelektual seperti Soekarno dan Hatta yang memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan sosial. Hingga kini, pendidikan diakui sebagai hak dasar yang bertujuan menciptakan masyarakat setara. Namun, tantangan seperti ketimpangan akses dan kualitas pendidikan masih harus diatasi (Putro, 2012).

Era digital memberikan peluang melalui platform pembelajaran daring, tetapi juga menimbulkan kesenjangan digital. Pendidikan berbasis nilai keberagaman dan keberlanjutan menjadi penting untuk membentuk karakter bangsa yang menghormati perbedaan dan mampu menghadapi tantangan global. Program seperti pendidikan multikultural dan ESD membantu menciptakan generasi peduli lingkungan dan inklusif.

Globalisasi membawa tantangan dalam memastikan akses pendidikan yang merata, terutama di daerah terpencil. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis dan kreativitas, serta integrasi teknologi. Dengan memastikan inklusivitas dan kualitas pendidikan, Indonesia dapat mencetak generasi berdaya saing global (Putro, 2012).

Tantangan dan Masa Depan

Kesenjangan Digital
Akses infrastruktur digital yang tidak merata menciptakan kesenjangan signifikan antara kelompok sosial-ekonomi. Kelompok berpenghasilan rendah dan masyarakat pedesaan sering mengalami keterbatasan akses internet, perangkat digital, dan layanan teknologi, yang memperburuk disparitas sosial-ekonomi. Diperlukan pembangunan infrastruktur digital yang merata, internet terjangkau, dan edukasi digital agar transformasi digital dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.

Identitas Budaya
Generasi Z menghadapi tekanan membangun "persona digital" di media sosial, yang seringkali berbeda dari identitas asli mereka. Tekanan untuk mendapatkan validasi sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kualitas hubungan sosial. Fenomena ini juga memengaruhi pemahaman mereka terhadap identitas budaya di tengah globalisasi (Deandra Rafiq Daffa dkk., 2024).

Aktivisme Online
Aktivisme online memberikan peluang bagi Generasi muda untuk memperjuangkan isu-isu sosial, namun persona digital dapat menciptakan tekanan yang serupa dengan yang dirasakan dalam pembentukan identitas budaya (Hasanuddin, 2021).

Pembangunan Demokrasi
Penyebaran informasi palsu dan ancaman privasi online menjadi tantangan utama. Disinformasi dapat menciptakan polarisasi dan memengaruhi proses politik, sementara ancaman privasi mengikis kepercayaan masyarakat. Diperlukan regulasi ketat, perlindungan privasi data, dan literasi digital untuk menjaga relevansi demokrasi (Genik Puji Yuhanda & Muhibudin Wijaya Laksana, 2024).

Pengaruh Global vs Lokal
Generasi muda di Makassar menghadapi konflik identitas akibat pengaruh global dari media sosial yang bertentangan dengan norma-norma lokal. Diperlukan penelitian untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya lokal dan adaptasi terhadap perubahan global (Ningtyas, t.t.).

Tokoh Inspirasi Intelektual Perkotaan

Bu Tri Rismaharini
Sebagai mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial, Bu Risma mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan publik, seperti sistem e-procurement dan mall pelayanan publik. Ia juga mendukung literasi digital untuk memberdayakan masyarakat dalam kota pintar. Sebagai Menteri Sosial, ia menggunakan teknologi untuk memastikan bantuan sosial tepat sasaran dan memberikan layanan inovatif bagi penyandang disabilitas. Kepemimpinannya menginspirasi generasi mendatang untuk memanfaatkan teknologi demi kemajuan sosial (Hasanuddin, 2021). 

Melalui era transformasi sosial dan digital ini, tantangan dan peluang terkait identitas sosial, budaya, dan pendidikan semakin kompleks. Dalam menghadapi globalisasi, penting bagi kita untuk tetap menjaga keberagaman budaya lokal dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Dengan memastikan pemerataan akses pendidikan dan teknologi, kita dapat menciptakan masyarakat yang inklusif, berdaya saing global, dan mampu mengatasi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun