Kesenjangan Digital
Akses infrastruktur digital yang tidak merata menciptakan kesenjangan signifikan antara kelompok sosial-ekonomi. Kelompok berpenghasilan rendah dan masyarakat pedesaan sering mengalami keterbatasan akses internet, perangkat digital, dan layanan teknologi, yang memperburuk disparitas sosial-ekonomi. Diperlukan pembangunan infrastruktur digital yang merata, internet terjangkau, dan edukasi digital agar transformasi digital dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Identitas Budaya
Generasi Z menghadapi tekanan membangun "persona digital" di media sosial, yang seringkali berbeda dari identitas asli mereka. Tekanan untuk mendapatkan validasi sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kualitas hubungan sosial. Fenomena ini juga memengaruhi pemahaman mereka terhadap identitas budaya di tengah globalisasi (Deandra Rafiq Daffa dkk., 2024).
Aktivisme Online
Aktivisme online memberikan peluang bagi Generasi muda untuk memperjuangkan isu-isu sosial, namun persona digital dapat menciptakan tekanan yang serupa dengan yang dirasakan dalam pembentukan identitas budaya (Hasanuddin, 2021).
Pembangunan Demokrasi
Penyebaran informasi palsu dan ancaman privasi online menjadi tantangan utama. Disinformasi dapat menciptakan polarisasi dan memengaruhi proses politik, sementara ancaman privasi mengikis kepercayaan masyarakat. Diperlukan regulasi ketat, perlindungan privasi data, dan literasi digital untuk menjaga relevansi demokrasi (Genik Puji Yuhanda & Muhibudin Wijaya Laksana, 2024).
Pengaruh Global vs Lokal
Generasi muda di Makassar menghadapi konflik identitas akibat pengaruh global dari media sosial yang bertentangan dengan norma-norma lokal. Diperlukan penelitian untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya lokal dan adaptasi terhadap perubahan global (Ningtyas, t.t.).
Tokoh Inspirasi Intelektual Perkotaan
Bu Tri Rismaharini
Sebagai mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial, Bu Risma mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan publik, seperti sistem e-procurement dan mall pelayanan publik. Ia juga mendukung literasi digital untuk memberdayakan masyarakat dalam kota pintar. Sebagai Menteri Sosial, ia menggunakan teknologi untuk memastikan bantuan sosial tepat sasaran dan memberikan layanan inovatif bagi penyandang disabilitas. Kepemimpinannya menginspirasi generasi mendatang untuk memanfaatkan teknologi demi kemajuan sosial (Hasanuddin, 2021).Â
Melalui era transformasi sosial dan digital ini, tantangan dan peluang terkait identitas sosial, budaya, dan pendidikan semakin kompleks. Dalam menghadapi globalisasi, penting bagi kita untuk tetap menjaga keberagaman budaya lokal dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Dengan memastikan pemerataan akses pendidikan dan teknologi, kita dapat menciptakan masyarakat yang inklusif, berdaya saing global, dan mampu mengatasi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H