Magot mungkin masih terdengar asing di telinga orang-orang. Magot merupakan larva yang berasal dari lalat Black Soldier Fly atau sering dikenal dengan BSF. Secara ekologis, magot ini berguna bagi proses dekomposisi bahan-bahan organik karena mengonsumsi sayuran dan buah sisa dari sisa dapur. Magot ini merupakan fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa, yang dimana fase kedua ini mempunyai sumber protein yang paling banyak.
Hal ini sangat bermanfaat bagi pengelolaan limbah organik, karena ketika limbah organik ini menumpuk dan mulai membusuk akan menyebabkan bau yang tidak sedap apalagi jika sampah organik bercampur dengan anorganik. Dengan adanya magot maka masyarakat akan mulai belajar memisahkan sampah organik dan anorganik.Â
Kemudian sampah organiknya dapat dijadikan pakan dari magot. Magot di usia 12-18 hari dapat mengonsumsi limbah organik atau sisa makanan sangat bayak. 1 Kg magot dapat menghabiskan 20 Kg sampah organik dalam waktu kurang lebih 1 jam. Hal ini sangat menguntungkan untuk menjadi solusi dari permasalahan sampah organik di lingkungan masyarakat.
Hal ini dapat dikelola bersama dengan perangkat desa ataupun pihak pemerintahan bersama dengan masyarakat sekitar. Yang nantinya magot yang sudah siap panen dapat dikelola menjadi pakan ternak masyarakat sendiri atau bahkan dijual sebagai pemasukan. Karena selain dapat menguraikan sampah organik, telur dari lalat BSF ini bernilai cukup mahal.Â
Bahkan magot juga dapat di jual sebagai pengganti pakan pada ternak. Karena kandungan dalam magot ini memiliki protein yang tinggi sehingga banyak para peternak memilih magot sebagai solusi dari masalah pakan, selain itu harganya lebih ekonomis bagi peternak. Magot sendiri memiliki kandungan lemak sebesar 30% dan protein sebesar antara 45-50%. Jika dikonsumsi oleh hewan ternak maka akan meningkatkan protein hewan ternak dan menstabilkan produktivitas hewan ternak tersebut.
Selain banyak keuntungan dalam pembudidayaan magot ini, perawatannya pun tidaklah susah. Siklus perkembangan magot berawal dari pupa kemudian berproses sekitar 18 hari untuk dapat menjadi magot. Kemudian jika memang ingin dibudidayakan maka akan ada yang dilanjutkan prosesnya menjadi lalat BSF kemudian dikawinkan dalam sebuah kandang yang akan disediakan sampah organik yang lebih berbau menyengat dan media penunjang lainnya.Â
Menggunakan sampah yang lebih tajam baunya seperti kulit durian atau tape yang sudah tak layak makan berfungsi sebagai pemancing lalat untuk dapat bertelur di atasnya atau di media yang diletakkan di atasnya. Kemudian akan berproses bertelur kemudian nantinya akan dipanen dan dipindahkan. Dan akan terus berulang prosesnya sedemikian rupa.
Karena itulah magot dapat digunakan menjadi salah satu solusi masalah sampah organik yang ada di masyarakat bahkan dapat menjadi budidaya yang menguntungkan bagi masyarakat sendiri. Entah nantinya akan menjadi ladang untuk mengumpulkan uang atau haya sekedar pembantu peternak untuk meringankan bahan pangan dari ternaknya.
Tapi yang lebih pasti adalah berani memulai entah dengan magot atau menjadikannya pupuk. Langkah sederhana yang bisa kita ambil adalah dari diri kita sendiri, membawa kantong belanjaan setiap kali belanja adalah salah satu hal yang terkesan sepele namun berimbas besar.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H