Mohon tunggu...
Aulia Elmufida
Aulia Elmufida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Prinsip Kurikulum Merdeka dalam Kepemimpinan Pesantren Modern di Pondok Pesantren Al Munawaroh

19 September 2024   12:28 Diperbarui: 19 September 2024   12:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum merupakan sebuah niatan dan harapan yang di tuangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan yang di lakukan para pendidik di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Ajeng, 2021) pengembangan pendidikan pembelajaran pada krikulum merdeka harus sesuai dengan tren pendidikan di era revolusi industri 4.0 dimana peserta ddik harus terus melakukan proses literasi dan penanaman pendidikan karakter seperti kejujuran, religiusitas, kerja keras/tekun, keadilan, disiplin, toleransi. Adanya penanaman pendidikan karakter siswa di kurikulum merdeka ditunjukkan dengan adanya profil pelajar Pancasilan.

 Kurikulum merdeka dalam kepemimpinan pesantren modern merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan relevan, dapat menjadi angin segar dalam dunia pendidikan pesantren modern. Konsep ini menawarkan ruang yang lebih luas bagi pesantren untuk mengembangkan potensi santri secara holistik, sejalan dengan nilai-nilai keagamaan dan perkembangan zaman.

 Kepemimpinan menjadi faktor penting dalam sistem lembaga pendidikan dan menjadi perhatian utama, karena darinya lahir tenaga-tenaga yang diharapkan memiliki kualitas, baik dari pemikiran maupun sebagai pekerja. Kepemimpinan juga menentukan berjalan atau tidaknya suatu lembaga. Pada hakikatnya, kepemimpinan berhubungan dengan tenaga dan pikiran manusia dalam suatu kelompok atau organisasi. Selain itu kepemimpinan dapat dipahami sebagai penggerak segala sumber daya dan alat yang tersedia dalam suatu organisasi.( Isa, et al 2024)

 Ada beberapa prinsip-prinsip kurikulum merdeka yang relevan dengan pesantren modern : 1) Fokus pada Kompetensi: Kurikulum Merdeka mendorong pengembangan kompetensi inti yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Dalam konteks pesantren, kompetensi ini bisa dipadukan dengan nilai-nilai Islam seperti iman, takwa, akhlakul karimah, dan kemampuan beribadah. 2) Pembelajaran yang Mendalam:Pesantren dapat merancang pembelajaran yang lebih mendalam dengan memberikan kesempatan kepada santri untuk menggali materi secara lebih luas dan mendalam. Misalnya, dalam mempelajari Al-Quran, santri dapat diajak untuk memahami tafsir, hadis, dan sejarah terkait. 3) Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila: Pesantren dapat mengintegrasikan proyek-proyek yang menguatkan profil pelajar Pancasila, seperti mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, berkebinekaan global, dan berakhlak mulia. 4) Kurikulum yang Disesuaikan dengan Konteks: Pesantren memiliki kebebasan untuk menyesuaikan kurikulum dengan konteks lokal dan kebutuhan santri. Misalnya, pesantren yang berada di daerah pesisir dapat memasukkan materi tentang kelautan dan kemaritiman. 5) Asesmen yang Berorientasi pada Proses:Penilaian pada santri tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses pembelajaran. Pesantren dapat menggunakan berbagai metode asesmen, seperti portofolio, presentasi, dan diskusi kelompok. Penerapan Kurikulum Merdeka dalam Kepemimpinan Pesantren Modern yaitu : 1) Pembentukan Tim Kurikulum. 2) Pemanfaatan Teknologi. 3) Kerjasama dengan Sekolah dan Perguruan Tinggi. 4) Pengembangan Kurikulum Lokal. 5) Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pondok pesantren Al munawaroh, lembaga tersebut menerapkan Kurikulum Merdeka dengan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dan nilai-nilai yang dianut dilembaga al munawaroh melalui ; 

Kontekstualisasi dengan Nilai Keislaman

Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pesantren dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan memasukkan nilai-nilai Islam, baik dalam mata pelajaran umum maupun keagamaan, sehingga tetap relevan dengan visi dan misi pesantren. 

Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pesantren dapat mendukung penerapan Kurikulum Merdeka dengan mengintegrasikan nilai-nilai yang terkandung dalam "Profil Pelajar Pancasila", seperti gotong royong, kemandirian, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai ini sudah sejalan dengan pendidikan karakter yang menjadi dasar pembelajaran di pesantren.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pesantren dapat menerapkan prinsip pembelajaran yang fleksibel dan sesuai dengan kemampuan serta minat santri. Dengan Kurikulum Merdeka, santri bisa memiliki kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya, termasuk bidang keagamaan, keterampilan, atau keahlian tertentu.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pesantren dapat mengimplementasikan "projek" pembelajaran berbasis "Profil Pelajar Pancasila" dengan fokus pada kegiatan-kegiatan yang mendorong partisipasi aktif santri, seperti pengembangan keterampilan kewirausahaan, kepemimpinan, dan pengabdian masyarakat berbasis nilai-nilai Islam.

Kolaborasi dengan Masyarakat

Pesantren dapat memperkuat penerapan Kurikulum Merdeka melalui kerja sama dengan masyarakat, baik dalam bentuk program pengabdian maupun kegiatan pembelajaran kontekstual yang melibatkan lingkungan sekitar. Misalnya, santri dapat terlibat dalam program pemberdayaan ekonomi berbasis syariah di masyarakat.

Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran

Kurikulum Merdeka membuka ruang untuk inovasi teknologi dalam pembelajaran. Pesantren dapat mengadopsi teknologi untuk mendukung pembelajaran yang interaktif dan kreatif, tanpa meninggalkan tradisi keilmuan pesantren, seperti "Kitab kuning".

Dengan pendekatan yang adaptif dan kolaboratif, pesantren dapat memanfaatkan Kurikulum Merdeka untuk memperkuat pendidikan karakter dan keterampilan santri, sekaligus menjaga identitas keislaman yang menjadi landasan utama dalam pendidikan pesantren.

Berdasarkan penjelasan dari kepemimpinan lembaga al munawaroh, Kurikulum merdeka yang di luncurkan di Indonesia sebagai bagian dari reformasi pendidikan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengaruh di pesantren. adapun pengaruh kurikulum merdeka terhadap kualitas pengajaran di pesantren Al Munawaroh yaitu : "Fleksibilitas Pembelajaran" : Pesantren dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan pendekatan agama dan karakter, serta menambahkan keterampilan umum, "Proyek dan Praktik Nyata" : Pendekatan berbasis proyek memungkinkan integrasi ilmu agama dengan keterampilan praktis, memperkaya pengalaman santri, "Penguatan Pendidikan Karakter" : Kurikulum ini mendukung penguatan nilai-nilai moral dan spiritual sesuai dengan tujuan pendidikan pesantren, "Pengembangan Kompetensi Guru" : Pelatihan guru meningkatkan metode pengajaran interaktif dan adaptif, memperbaiki kualitas pengajaran, 'Keterampilan Abad 21" : Pesantren dapat mengintegrasikan keterampilan seperti kreativitas, komunikasi, dan literasi teknologi untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan global.

Lembaga al munawaroh juga memiliki beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka di pesantren modern. Tantangan utama yang dihadapi dalam penerapan Kurikulum Merdeka di lembaga al munawaroh dapat mencakup beberapa aspek seperti: 1) Penyesuaian dengan Nilai-Nilai Pesantren : Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas dalam belajar, tetapi penyesuaiannya dengan tradisi, budaya, dan nilai-nilai pesantren kadang sulit dilakukan. Ada kekhawatiran bahwa kurikulum yang terlalu fleksibel mungkin tidak selaras dengan pendidikan berbasis keagamaan yang lebih disiplin dan terstruktur. 2) Keterbatasan SDM : Guru-guru di pesantren sering kali harus menyesuaikan dengan metode pengajaran yang lebih modern dan berpusat pada siswa, sementara banyak di antaranya masih terbiasa dengan pendekatan tradisional. Pelatihan intensif untuk guru diperlukan agar mereka dapat mengimplementasikan metode ini secara efektif. 3) Fasilitas dan Teknologi : Kurikulum Merdeka mengharuskan penggunaan teknologi dan sumber belajar yang bervariasi. Beberapa pesantren mungkin belum memiliki akses penuh terhadap fasilitas teknologi yang memadai, seperti perangkat komputer, internet, dan bahan pembelajaran digital. 4) Peran Ganda Santri : Santri di pesantren modern seringkali memiliki dua peran, yaitu sebagai pelajar ilmu agama dan umum. Penyesuaian jadwal dan beban belajar dalam dua jenis kurikulum ini bisa menjadi tantangan tersendiri. 5) Penilaian Otentik : Sistem penilaian dalam Kurikulum Merdeka menekankan penilaian otentik, yang mungkin memerlukan waktu dan sumber daya tambahan bagi para guru di pesantren untuk melaksanakan dengan baik. Ini berbeda dari sistem penilaian tradisional yang lebih berfokus pada hasil ujian tertulis. 6) Dukungan dari Orang Tua : Orang tua santri di pesantren modern mungkin masih memiliki ekspektasi yang lebih tradisional dalam hal pendidikan anak-anak mereka. Pemahaman dan dukungan mereka terhadap pendekatan Kurikulum Merdeka yang lebih fleksibel dan inovatif juga bisa menjadi kendala.

Dengan tantangan-tantangan tersebut, pesantren modern perlu menemukan keseimbangan antara menerapkan Kurikulum Merdeka dengan tetap mempertahankan identitas pendidikan pesantren yang khas.

Pondok pesantren al munawaroh melatih para pengajar agar dapat menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka secara efektif, lalu ada beberapa langkah yang bisa diambil dalam menerapkan prinsip tersebut yaitu : 1) Peningkatan Pemahaman Prinsip Kurikulum Merdeka = Workshop & Pelatihan Intensif,Studi Kasus dan Best Practices. 2) Pengembangan Kompetensi Pedagogik = Pendekatan Diferensiasi,Project-Based Learning (PBL). 3) Mendukung Peran Pengajar sebagai Fasilitator. 4) Pembelajaran Kolaboratif = Pendekatan Coaching dan Mentoring, Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran, Platform Pembelajaran Digital, dan Evaluasi Adaptif. 5) Penguatan Penilaian Autentik = Penilaian Proses dan Hasil, Rubrik Penilaian yang Fleksibel. 6) Monitoring dan Refleksi = Supervisi Kolaboratif, Komunitas Praktisi. 7) Pengembangan Sikap Inovatif dan Adaptif = Budaya Pembelajaran Berkelanjutan, Mindset Growth. Dengan pendekatan ini, para pengajar akan lebih siap dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif, dan siswa bisa merasakan dampak positif dari pembelajaran yang lebih fleksibel dan relevan.

Berdasarkan keterangan dari kepemimpinan pondok dan kepala sekolah di pondok pesantren al munawaroh, lembaga tersebut juga menfasilitasi prinsip dan nilai-nilai Kurikulum Merdeka agar sesuai dengan standar akademik dan religius pesantren, diperlukan pendekatan yang seimbang antara pemenuhan standar pendidikan nasional dan pemeliharaan nilai-nilai keagamaan yang kuat, dengan langkah-langkah seperti berikut : a.) Kontekstualisasi Nilai Agama dalam Pembelajaran seperti Integrasi Nilai Islami dan Pengembangan Karakter Berbasis Akhlak Islami. b.) Pendekatan Terpadu: Ilmu Dunia dan Akhirat seperti Balancing Secular and Religious Education dan Pengembangan Kurikulum Holistik. c.) Penguatan Nilai Lokal dan Adat Pesantren seperti Incorporating Local Wisdom (Pesantren biasanya memiliki tradisi keilmuan dan sosial yang khas). d.) Pendidikan Berbasis Komunitas seperti melibatkan elemen-elemen komunitas pesantren dalam pendidikan, Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Agama, dan Kolaborasi dengan Ahli Agama. e.) Evaluasi dan Penilaian yang Menekankan Nilai Religius seperti Penilaian Berbasis Karakter dan Agama dan Pendidikan Inklusif. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, pesantren dapat memanfaatkan fleksibilitas "Kurikulum Merdeka" untuk memajukan standar akademik tanpa mengorbankan identitas religius yang menjadi ciri khas pendidikan pesantren.

Harapan untuk masa depan dalam penerapan Kurikulum Merdeka di pesantren al munawaroh sangat besar, karena pendekatan ini menawarkan fleksibilitas dan inovasi dalam pendidikan. Beberapa harapan utama meliputi:

Kontekstualisasi Pendidikan Agama dan Umum

Kurikulum Merdeka memungkinkan pesantren untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan kurikulum umum secara lebih fleksibel. Pesantren bisa menyelaraskan nilai-nilai keagamaan dengan keterampilan modern seperti teknologi, literasi digital, dan kewirausahaan.

Peningkatan Keterampilan Abad 21

Kurikulum ini diharapkan akan membantu santri mengembangkan keterampilan kritis seperti berpikir analitis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Selain itu, santri juga akan lebih siap menghadapi tantangan di era globalisasi.

Kebebasan dalam Pembelajaran

Pesantren diharapkan bisa menerapkan pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik, dengan memberikan kesempatan untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka. Ini akan membantu santri mengembangkan potensi mereka dengan lebih maksimal.

Pengembangan Karakter Islami dan Nasionalisme

Kurikulum Merdeka tetap menekankan pendidikan karakter, sehingga diharapkan dapat memupuk nilai-nilai Islami yang kuat di kalangan santri, sambil mengembangkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawab sosial.

Kolaborasi dengan Pihak Eksternal

Pesantren dapat lebih mudah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti industri, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansi dengan kebutuhan dunia kerja.

Penyediaan Fasilitas dan Sumber Daya yang Lebih Baik

Diharapkan pesantren akan mendapat dukungan lebih dalam hal fasilitas teknologi, pelatihan guru, dan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Merdeka.

Dengan penerapan yang tepat, diharapkan Kurikulum Merdeka di pesantren akan menciptakan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang kuat, tetapi juga keterampilan yang 

relevan dengan perkembangan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun