Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Salah Sebut Dan Penjara

9 Juli 2024   18:25 Diperbarui: 9 Juli 2024   19:43 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa kecil di Jawa Barat, keheningan malam tahun 2016 tiba-tiba dipecahkan oleh berita yang mengejutkan. Vina, seorang gadis muda yang dikenal oleh semua orang di desa itu, ditemukan tewas. Desa yang biasanya tenang, tiba-tiba dipenuhi ketakutan dan spekulasi.
Keesokan harinya, kepolisian mengumumkan bahwa ada tiga DPO yang dicari terkait kasus pembunuhan Vina. Nama-nama Pegi, Andi, dan Dani disebut sebagai tersangka utama. 

Pengumuman ini segera memicu kegemparan di desa dan menarik perhatian media nasional.

Di rumahnya, Pegi yang sedang asyik bermain dengan anak-anaknya, tidak pernah menyangka bahwa namanya akan diumumkan sebagai DPO. Dengan wajah pucat dan tangan gemetar, ia melihat berita di televisi bersama keluarganya.

"Apa ini, Bu? Kenapa nama saya disebut?" tanya Pegi pada istrinya dengan suara gemetar.

"Tenang, Pak. Kita pasti bisa buktikan kalau Bapak tidak bersalah," jawab istrinya sambil memegang erat tangannya.

Andi, seorang pedagang sayur yang dikenal ramah, juga terkejut saat mendengar namanya disebut. Ia segera menghubungi temannya untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Ini pasti ada kesalahan, saya tidak pernah melakukan hal seperti itu!" seru Andi sambil menggenggam erat teleponnya.

Sementara Dani, seorang pemuda yang baru pulang dari merantau, bingung dan ketakutan mendengar kabar itu.

"Kenapa nama saya? Saya baru pulang, saya bahkan tidak kenal Vina!" kata Dani kepada orang tuanya dengan air mata menggenang di matanya.

Desa yang awalnya tenteram berubah menjadi arena ketegangan. Media berbondong-bondong datang, meliput setiap sudut desa, menambah kekacauan. Wartawan mewawancarai setiap tetangga, mencari tahu tentang tiga DPO tersebut.

Tak lama setelah itu, Pegi, Andi, dan Dani ditangkap dan dipenjara. Tanpa bukti yang kuat, mereka dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Kehidupan mereka berubah drastis. Di balik jeruji besi, mereka harus menghadapi ketidakadilan yang nyata, menjalani hari-hari penuh ketidakpastian dan penderitaan.

"Kenapa kita di sini, Pak? Kita tidak salah!" seru Pegi kepada polisi yang menangkapnya.

"Kami hanya menjalankan tugas. Semua akan terungkap nanti," jawab polisi itu singkat.

Selama dua tahun, keluarga mereka berjuang untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah. Mereka menghadapi cemoohan dan tatapan curiga dari masyarakat. Nama baik mereka tercemar, dan harapan untuk mendapatkan keadilan semakin pudar.

Namun, di balik layar, pembunuh sebenarnya, Mang Rujak, terus bebas berkeliaran. Dia adalah seorang pria yang sangat pandai bermain alibi dan media sosial, sehingga berhasil mengelabui polisi selama dua tahun. Mang Rujak menjalani kehidupan ganda, memperlihatkan citra sebagai warga yang baik di dunia nyata, sementara di dunia maya ia bermain dengan identitas palsu dan alibi yang kuat.

Namun, seiring waktu, tekanan kejiwaan mulai menggerogoti Mang Rujak. Di dunia maya, ia mulai kehilangan kendali. Dalam salah satu momen ketidaksadarannya, Mang Rujak secara tidak sengaja mengekspos dirinya. Walaupun hanya sebentar, banyak netizen yang memperhatikan dan membagikan postingan tersebut. 

Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga. Mang Rujak tidak bisa mengelak lagi.

Polisi yang menyelidiki jejak digital akhirnya menemukan bukti yang mengarah pada Mang Rujak. Mereka segera menangkapnya dan mengungkap fakta bahwa dialah pembunuh Vina yang sebenarnya. Dalam konferensi pers yang mendadak, kepolisian mengumumkan bahwa hanya ada satu tersangka dan bahwa mereka telah salah menyebut dua nama lainnya sebagai DPO. Pegi, Andi, dan Dani ternyata tidak bersalah.

"Kami minta maaf atas kesalahan ini. Kami akan memperbaiki prosedur kami agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi," kata seorang juru bicara kepolisian dalam konferensi pers tersebut.

Berita ini kembali mengguncang desa dan menarik perhatian media. Artikel-artikel di berbagai media menyoroti kesalahan tersebut. Kompas.com menulis artikel berjudul "Kasus Vina Cirebon: Polisi Minta Maaf Salah Sebut 2 DPO". Tempo.co menyusul dengan artikel "Polisi Hapus 2 Nama DPO Kasus Pembunuhan Vina Cirebon", dan CNN Indonesia tidak ketinggalan dengan berita "Polisi Sebut 2 Nama DPO Kasus Vina Cirebon Salah Sebut".

Kesalahan penetapan nama DPO ini membuka mata masyarakat akan kekurangan dalam sistem kepolisian. Banyak yang mulai mempertanyakan kredibilitas dan profesionalisme institusi yang seharusnya melindungi mereka. Media sosial pun dipenuhi dengan kritik dan kekhawatiran terhadap kinerja kepolisian.

Bagi Pegi, Andi, dan Dani, dampak dari kesalahan ini sangat nyata. Mereka harus menghadapi tatapan curiga dari tetangga, kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitar mereka, dan menghadapi trauma yang mendalam. 

Pegi, yang biasanya ceria, menjadi pendiam dan lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. 

Andi, yang selalu ramah kepada pelanggannya, mulai menarik diri dan kehilangan semangat untuk bekerja. 

Dani, yang baru pulang dari perantauan dengan harapan memulai hidup baru, merasa terpuruk dan bingung harus bagaimana melanjutkan hidupnya.

Namun, ketika akhirnya Pegi, Andi, dan Dani dibebaskan, masyarakat yang sebelumnya curiga kini merasa bersalah dan kasihan kepada mereka bertiga. Mereka disambut dengan hangat dan diadakan acara syukuran khas Sunda sebagai bentuk penyesalan dan dukungan.

"Maafkan kami, Pegi. Kami tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya," kata salah satu tetangga sambil menyalami Pegi.

"Semoga ini bisa menjadi awal yang baru untuk kalian," tambah tetangga lainnya sambil memberikan amplop berisi uang hiburan.

Seluruh desa berkumpul, membawa makanan dan memberikan uang hiburan sebagai tanda solidaritas. Mereka berjanji akan mendukung kehidupan sosial Pegi, Andi, dan Dani, membantu mereka memulihkan nama baik dan memulai hidup baru.

Tidak hanya itu, pengacara Pegi, Andi, dan Dani bergerak cepat dengan melakukan somasi kepada pihak kepolisian. Mereka menuntut ganti rugi berdasarkan undang-undang yang berlaku dan pemulihan nama baik klien mereka.

"Kami akan memastikan bahwa hak-hak klien kami ditegakkan dan mereka mendapatkan kompensasi yang layak," kata pengacara mereka dalam sebuah wawancara televisi.

Melihat penderitaan mereka, beberapa pesohor turut memberikan bantuan. Mereka mengundang Pegi, Andi, dan Dani untuk hadir di berbagai podcast dan acara televisi, memberikan mereka platform untuk menceritakan kisah mereka. 

Media TV juga meliput perjalanan mereka, menunjukkan kepada masyarakat betapa pentingnya keadilan dan bagaimana sistem penegakan hukum harus terus diawasi dan diperbaiki.

"Ini adalah pengalaman yang sangat berat bagi kami, tetapi kami berterima kasih kepada semua yang telah mendukung dan membantu kami mendapatkan keadilan," kata Dani dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi.

Pada akhirnya, kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya keadilan dan kebenaran dalam sistem penegakan hukum. Kesalahan sekecil apa pun dapat berdampak besar bagi kehidupan seseorang. Masyarakat berharap agar kesalahan seperti ini tidak terulang kembali dan kepercayaan terhadap institusi penegak hukum dapat kembali pulih.

Di sebuah malam yang tenang, Pegi, Andi, dan Dani berkumpul bersama keluarga mereka, berusaha kembali ke kehidupan yang normal. Mereka tahu bahwa perjalanan untuk memulihkan nama baik mereka masih panjang, tetapi mereka percaya bahwa kebenaran akan selalu menang. 

Kasus ini bukan hanya tentang kesalahan dan ketidakadilan, tetapi juga tentang harapan dan perjuangan untuk memperbaiki sistem yang ada. Masyarakat, yang kini lebih kritis dan sadar, berdiri di belakang mereka, siap mendukung dan memastikan bahwa keadilan selalu ditegakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun