Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Trik Menjaga Anak-Anak agar Tidak Terjebak Judi Online

26 Juni 2024   19:22 Diperbarui: 26 Juni 2024   19:22 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Judi online, bagaikan virus yang tak hanya menjerat orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kemudahan akses internet dan kurangnya pengawasan orang tua membuat anak-anak rentan terjerumus ke dalam dunia perjudian online yang penuh bahaya.

Meskipun data statistik resmi mengenai jumlah anak-anak yang terjebak judi online di Indonesia masih minim, berbagai sumber menunjukkan bahwa fenomena ini kian mengkhawatirkan. Berikut adalah beberapa indikator yang menunjukkan tingginya risiko anak-anak terlibat dalam judi online:

Beberapa Studi Kasus di Indonesia

Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2022 menemukan bahwa 15% dari anak-anak di Yogyakarta pernah bermain judi online.

Riset dari Universitas Sebelas Maret (UNS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 10% dari pelajar di Solo pernah terpapar judi online.

Data dari Yayasan Pulih pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 20% dari anak-anak yang mereka bantu untuk keluar dari kecanduan internet mengaku pernah bermain judi online.

Dari beberapa sumber, lebih dari 80 ribu orang anak-anak di bawah usia 1o tahun sudah terjebak judi online.


Faktor-faktor Yang Menggiring Anak Berjudi Online

Judi online telah menjerat banyak anak-anak, dan beberapa faktor memainkan peran penting dalam menggiring mereka ke dalam lingkaran perjudian ini. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak terjebak dalam judi online:

Keingintahuan dan Rasa Ingin Mencoba: Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan senang mencoba hal-hal baru. Hal ini membuat mereka mudah tergoda untuk mencoba bermain judi online, terutama jika mereka melihat teman-teman mereka atau orang dewasa di sekitar mereka memainkannya.

Kebutuhan akan Pengakuan dan Penerimaan: Anak-anak yang merasa kurang mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari orang tua atau teman sebaya mungkin mencari pelarian dalam judi online. Di dunia judi online, mereka bisa mendapatkan rasa "prestasi" dan "penghargaan" yang mungkin tidak mereka temukan di kehidupan nyata.

Anak-anak yang memiliki teman yang bermain judi online lebih berisiko terpengaruh dan ikut bermain. Penelitian oleh Brown et al. (2014) menemukan bahwa tekanan dari teman sebaya merupakan salah satu faktor utama yang mendorong remaja terlibat dalam perilaku berisiko, termasuk judi online.

Kurangnya Kontrol Diri dan Impulsivitas: Anak-anak masih dalam proses mengembangkan kemampuan kontrol diri dan regulasi emosi. Hal ini membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh iming-iming keuntungan besar dan sensasi yang ditawarkan oleh judi online.

Anak-anak yang merasa bosan atau jenuh dengan rutinitas sehari-hari mungkin mencari pelarian melalui judi online. Teori “sensation seeking” oleh Eastin (2006) menjelaskan bahwa individu yang mencari sensasi dan kegembiraan baru lebih rentan terhadap perilaku berisiko seperti judi online, terutama ketika mereka merasa bosan atau tidak puas dengan kehidupan mereka.

Ketidakmampuan Mengatasi Emosi Negatif: Anak-anak yang sering mengalami emosi negatif seperti stres, kecemasan, atau kebosanan mungkin mencari pelarian dalam judi online. Judi online dapat memberikan mereka rasa senang dan "lupa" dari masalah yang mereka hadapi.

Kemudahan Akses: Smartphone dan internet yang mudah diakses memungkinkan anak-anak bermain judi online kapan saja dan di mana saja. Sebuah studi oleh Turney (2019) menemukan bahwa 93% remaja di Amerika Serikat memiliki akses ke smartphone, dan 75% dari mereka menggunakannya untuk mengakses internet setiap hari1. Kemudahan akses ini memungkinkan anak-anak bermain judi tanpa sepengetahuan orang tua.

Lemahnya Pengawasan: Orang tua yang kurang memantau aktivitas online anak-anak memungkinkan mereka mengakses situs judi tanpa sepengetahuan. Penelitian oleh Kowalski et al. (2016) menunjukkan bahwa hanya 67% orang tua di Amerika Serikat yang memantau aktivitas online anak-anak mereka dengan cermat. Kurangnya pengawasan ini membuat anak-anak bebas menjelajahi internet dan berisiko terpapar konten berbahaya seperti judi online.

Iming-iming Keuntungan: Judi online sering menjanjikan keuntungan besar dengan cara yang mudah, menarik bagi anak-anak yang ingin mendapatkan uang cepat. Teori “sensation seeking” oleh Zuckerman (1971) menjelaskan bahwa individu yang mencari sensasi dan kegembiraan baru lebih rentan terhadap perilaku yang melibatkan risiko dan potensi imbalan besar, seperti judi online.

Judi online bagaikan virus yang tidak hanya menjerat orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kemudahan akses internet dan kurangnya pengawasan orang tua membuat anak-anak rentan terjerumus ke dalam dunia perjudian online yang penuh bahaya. Meskipun data statistik resmi mengenai jumlah anak-anak yang terjebak judi online di Indonesia masih minim, berbagai sumber menunjukkan bahwa fenomena ini kian mengkhawatirkan.

Indikator Tingginya Risiko Anak-anak Terlibat Judi Online

Berbagai studi kasus menunjukkan tingginya risiko anak-anak terlibat dalam judi online. Sebuah studi oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2022 menemukan bahwa 15% dari anak-anak di Yogyakarta pernah bermain judi online. Riset Universitas Sebelas Maret (UNS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 10% dari pelajar di Solo pernah terpapar judi online.

Data dari Yayasan Pulih pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 20% dari anak-anak yang mereka bantu untuk keluar dari kecanduan internet mengaku pernah bermain judi online. Meningkatnya kasus anak-anak yang terjerat judi online juga terlihat dari berbagai pemberitaan media massa, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Pihak kepolisian dan lembaga perlindungan anak juga menyatakan keprihatinan mereka atas fenomena ini. Banyak orang tua yang mengaku prihatin dengan perilaku anak-anak mereka yang menghabiskan waktu bermain di internet dan khawatir mereka terpapar judi online.

Dampak Negatif Judi Online pada Anak-anak

Dampak negatif judi online pada anak-anak sangat luas dan merusak. Dari segi keuangan, anak-anak yang bermain judi online dapat menguras uang tabungan mereka, bahkan mencuri uang orang tua untuk bermain judi. Ini tidak hanya menyebabkan kerugian finansial tetapi juga mengajarkan perilaku tidak jujur dan merusak integritas.

Dari segi pendidikan, judi online dapat mengganggu fokus belajar anak-anak dan menurunkan prestasi mereka di sekolah. Anak-anak yang kecanduan judi online sering kali kehilangan minat pada pelajaran dan tugas sekolah, yang berdampak buruk pada pencapaian akademis mereka.

Dari segi kesehatan mental, judi online dapat memicu kecemasan, depresi, dan bahkan kecanduan pada anak-anak. Stres yang ditimbulkan oleh kerugian dalam berjudi dan ketakutan akan ketahuan dapat membebani kondisi mental anak-anak.

Dari segi sosial, judi online dapat membuat anak-anak mengabaikan tanggung jawab mereka dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Mereka mungkin menarik diri dari aktivitas sosial dan kehilangan minat dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam beberapa kasus ekstrem, judi online dapat memicu perilaku agresif dan kekerasan pada anak-anak.

Ketika anak-anak mengalami kekalahan atau frustrasi dalam berjudi, mereka mungkin melampiaskan emosi mereka dengan cara yang negatif, termasuk kekerasan terhadap orang lain.

Triks Pencegahan

Untuk mencegah anak-anak terjebak dalam judi online, berbagai langkah pencegahan perlu diterapkan. Pertama, komunikasi yang terbuka dan jujur antara orang tua dan anak-anak sangat penting. Orang tua perlu membicarakan bahaya judi online dengan anak-anak mereka dan menjelaskan mengapa judi online berbahaya.

Kedua, pengawasan orang tua terhadap aktivitas internet anak-anak harus ditingkatkan. Orang tua perlu memantau situs web yang dikunjungi anak-anak dan membatasi waktu bermain game online.

Ketiga, edukasi tentang bahaya judi online harus diberikan baik di rumah maupun di sekolah. Guru juga berperan penting dalam memberikan informasi dan pemahaman kepada siswa tentang risiko judi online dan cara menghindarinya.

Keempat, penggunaan fitur pembatasan akses pada perangkat elektronik anak-anak dapat membantu memblokir situs-situs judi online. Orang tua dapat menggunakan perangkat lunak kontrol orang tua untuk membatasi akses ke situs yang tidak aman.

Terakhir, jika anak-anak sudah terjerat judi online, orang tua perlu mencari bantuan profesional dari psikolog atau terapis. Bantuan profesional dapat membantu anak-anak mengatasi kecanduan dan memulihkan kesehatan mental mereka.

Menjaga anak-anak agar tidak terjebak judi online membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk orang tua, guru, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan penegakan hukum terkait judi online, serta meningkatkan edukasi publik tentang bahayanya. Ini termasuk menutup situs web judi ilegal, melacak dan menghukum pelaku yang terlibat dalam operasi judi online, dan membuat kampanye kesadaran yang luas untuk menginformasikan masyarakat tentang risiko judi online.

Masyarakat perlu membangun lingkungan yang kondusif dan saling mendukung untuk mencegah anak-anak terjerumus ke dalam judi online. Komunitas dapat menyediakan program-program alternatif yang positif dan menarik bagi anak-anak, seperti kegiatan olahraga, seni, dan sains yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari aktivitas judi online.

Orang tua dan guru perlu meningkatkan komunikasi, pengawasan, dan edukasi kepada anak-anak tentang bahaya judi online. Dengan membangun jaringan dukungan yang kuat, anak-anak dapat merasa lebih aman dan diawasi dengan baik.

Menggunakan Teknologi dan Alat Pemantauan

Pemanfaatan teknologi dan alat pemantauan juga dapat menjadi solusi efektif dalam mencegah anak-anak mengakses judi online. Alat pemantauan dapat membantu mengidentifikasi dan memblokir situs-situs yang berbahaya serta memberikan peringatan kepada orang tua tentang aktivitas mencurigakan.

Selain itu, perangkat lunak pengawasan dapat membantu orang tua mengawasi aktivitas online anak-anak mereka dan memastikan mereka tidak mengakses situs judi. Dengan teknologi yang tepat, orang tua dapat lebih proaktif dalam melindungi anak-anak mereka dari bahaya judi online.

Kolaborasi Antar Pihak

Mengatasi masalah anak-anak yang terjerat judi online memerlukan kolaborasi antara berbagai pihak. Pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat harus bekerja sama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan.

Kampanye kesadaran bersama, program dukungan komunitas, dan upaya bersama dalam penegakan hukum sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Kolaborasi ini juga dapat mencakup pengembangan kebijakan publik yang komprehensif dan efektif untuk melindungi anak-anak dari judi online.

Pengembangan Kebijakan Publik

Pengembangan kebijakan publik yang komprehensif dan efektif sangat penting dalam mengatasi masalah judi online. Kebijakan ini harus mencakup regulasi yang ketat terhadap industri judi online, program edukasi yang luas, dukungan untuk program rehabilitasi, dan penegakan hukum yang tegas. Pemerintah perlu bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan ini demi melindungi masyarakat dari dampak negatif judi online.

Program Rehabilitasi dan Dukungan

Program rehabilitasi dan dukungan bagi anak-anak yang sudah terjerat judi online perlu dipersiapkan seperti yang dilakukan terhadaporang dewasa. Pusat rehabilitasi yang menyediakan layanan untuk pemulihan dari kecanduan judi dapat membantu anak-anak kembali ke kehidupan yang sehat dan produktif.

Program ini harus mencakup konseling, pelatihan keterampilan hidup, dan dukungan pasca rehabilitasi untuk memastikan pemulihan jangka panjang. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak dapat belajar untuk mengatasi kecanduan mereka dan membangun masa depan yang lebih baik.

Penutup

Menjaga anak-anak agar tidak terjebak judi online membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak. Pencegahan melalui edukasi, komunikasi yang terbuka, pengawasan yang ketat, dan penggunaan teknologi pemantauan adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Dengan upaya bersama, diharapkan anak-anak di Indonesia dapat terhindar dari bahaya judi online dan tumbuh menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan berprestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun