Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Film "Vina: Sebelum 7 Hari" terhadap Penegakan Hukum dan Kritik terhadap Etika Profesi Polisi

28 Mei 2024   10:59 Diperbarui: 28 Mei 2024   15:30 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen shot https://thumb.tvonenews.com/thumbnail/2024/05/15/66449b655ba3d-kasus-kematian-vina-di-cirebon-kisahnya-dibuat-film-dan-mendapat-banyak-per

Tentang Film


Film "Vina: Sebelum 7 Hari," yang diangkat dari kisah nyata pembunuhan sepasang kekasih di Cirebon tahun 2016, berhasil mengundang banyak perhatian publik. Di satu sisi, film ini menghadirkan kengerian dan misteri yang menegangkan, di sisi lain, memicu pertanyaan kritis tentang eksploitasi tragedi dan batasan genre horor. 

Menggabungkan elemen horor dengan realitas pahit dan pencarian keadilan, "Vina: Sebelum 7 Hari" mampu membangkitkan rasa takut dan penasaran penonton melalui atmosfer mencekam dan alur cerita penuh teka-teki. 

Penonton diajak mengikuti perjalanan arwah Vina yang berusaha mengungkap kebenaran kematiannya dalam waktu 7 hari, dengan twist yang tak terduga membuat film ini semakin menarik.

Namun, film ini juga menuai kritik karena dianggap mengeksploitasi tragedi yang menimpa Vina dan Eky. 

Beberapa pihak menilai bahwa film ini terlalu fokus pada sensasi dan jump scare tanpa memberikan pendalaman karakter dan eksplorasi yang lebih mendalam terhadap isu-isu sosial yang melatarbelakangi kejadian tersebut. 

Kritik ini menyebutkan bahwa tokoh-tokoh dalam film, termasuk Vina dan Eky, kurang dieksplorasi secara mendalam, sehingga membuat penonton sulit memahami motif dan perasaan mereka. 

Alhasil, cerita terasa kurang menyentuh dan lebih banyak berfokus pada adegan-adegan menegangkan ketimbang membangun narasi yang kompleks dan bermakna. 

Penggambaran tragedi dalam film ini juga mengangkat isu sensitif tentang kekerasan dan pelecehan seksual, menggambarkan penderitaan Vina dan Eky dengan cukup detail. 

Penggunaan kisah nyata sebagai bahan cerita film kerap kali menuai kontroversi, dan salah satu kritik yang muncul adalah bahwa film ini hanya memanfaatkan tragedi untuk hiburan semata tanpa memberikan empati yang mendalam terhadap korban dan keluarga. 

Genre horor memang identik dengan eksplorasi rasa takut dan ketegangan, namun dalam kasus film yang diangkat dari kisah nyata, penting untuk mempertimbangkan bagaimana tragedi direpresentasikan dan dampaknya terhadap para korban dan keluarga.

Beberapa poin kritis terhadap film "Vina: Sebelum 7 Hari" meliputi eksploitasi tragedi, yang dikhawatirkan akan memperpanjang trauma keluarga korban dan masyarakat sekitar dengan kembali membuka luka lama dan menghadirkan gambaran mengerikan tentang peristiwa tragis tersebut. 

Selain itu, minimnya pendalaman karakter dan fokus pada sensasi menegangkan serta jump scare ketimbang membangun cerita yang bermakna juga menjadi sorotan. 

Film ini memiliki potensi untuk mengangkat isu-isu sosial seperti kekerasan terhadap perempuan dan premanisme, namun sayangnya tidak dieksplorasi secara maksimal.

Terlepas dari kritik-kritik tersebut, "Vina: Sebelum 7 Hari" tetap memiliki kekuatan dalam menghadirkan kisah tragis yang dikemas dengan elemen horor yang menegangkan. Film ini membuka ruang diskusi penting tentang isu kekerasan terhadap perempuan, keadilan, dan representasi korban dalam media. 

Namun, penting untuk diingat bahwa film ini hanyalah sebuah karya fiksi yang diadaptasi dari kisah nyata. Penonton perlu bersikap kritis dan tidak menelan mentah-mentah semua informasi yang disajikan, serta melakukan riset lebih lanjut tentang kasus Vina dan mendorong diskusi yang lebih konstruktif tentang isu-isu yang berkaitan dengan film ini. 

Secara keseluruhan, "Vina: Sebelum 7 Hari" adalah film horor yang menghibur namun memiliki beberapa kekurangan. Film ini dapat menjadi bahan refleksi bagi penonton tentang batas-batas eksploitasi tragedi dan pentingnya membangun cerita yang bermakna. 

Film ini menghadirkan tontonan yang menegangkan dan penuh misteri, sekaligus memicu pertanyaan kritis tentang batasan genre horor dalam mengeksploitasi tragedi nyata dan bagaimana representasi tragedi tersebut dapat berdampak pada para korban dan keluarga.

Penggambaran Etika Profesi Polisi

Film Vina: Sebelum 7 Hari, yang diangkat dari kisah nyata pembunuhan sepasang kekasih di Cirebon tahun 2016, telah menuai berbagai kontroversi. 

Salah satu aspek yang menjadi sorotan adalah penggambaran profesi polisi dalam film tersebut. Film ini menunjukkan beberapa adegan di mana polisi terkesan lamban dan tidak profesional dalam menangani kasus pembunuhan Vina dan Eky. 

Hal ini dikhawatirkan dapat memicu rasa tidak percaya masyarakat terhadap institusi kepolisian, meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap polisi, dan memperkuat stigma negatif yang sudah melekat pada profesi polisi, seperti mudah disuap dan tidak amanah. 

Penggambaran negatif dalam film ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi para petugas kepolisian, terutama bagi mereka yang bekerja dengan penuh integritas dan profesionalisme.  

Beberapa adegan dalam film ini menunjukkan pelanggaran kode etik Polri, seperti arogansi, penyalahgunaan wewenang, dan penelantaran tugas. 

Penggambaran negatif semacam ini dapat menurunkan martabat profesi polisi di mata masyarakat dan mencoreng nama baik institusi kepolisian secara keseluruhan, meskipun tidak semua anggotanya terlibat dalam pelanggaran kode etik. 

Film yang mengangkat tema profesi polisi perlu menampilkan realitas yang berimbang, tidak hanya fokus pada sisi negatifnya. Penggambaran yang seimbang dapat membantu masyarakat memahami kompleksitas pekerjaan polisi dan tantangan yang mereka hadapi.  

Film juga perlu menekankan pentingnya integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai polisi. 

Dengan menampilkan contoh-contoh petugas yang bekerja dengan dedikasi dan komitmen tinggi, film dapat membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian. 

Selain itu, penggambaran yang adil dan realistis dapat menjadi sarana untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian, menunjukkan bahwa meskipun ada oknum yang tidak profesional, masih banyak petugas yang bekerja dengan integritas dan profesionalisme.  

Sebagai penutup, film Vina: Sebelum 7 Hari bisa saja memicu dampak negatif terhadap penegakan hukum dan etika profesi polisi. Oleh karena itu, penting bagi para pembuat film untuk mempertimbangkan dengan cermat penggambaran profesi polisi agar tidak menimbulkan stigma negatif dan memperburuk citra institusi kepolisian. 

Dengan demikian, film dapat berfungsi sebagai alat yang konstruktif untuk mengedukasi masyarakat dan mendukung reformasi positif dalam penegakan hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun