Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret SDM Sebuah Bangsa dari Bingkai Angka Partisipasi Kasar dan Angka Lulusan Perguruan Tinggi

22 Mei 2024   10:53 Diperbarui: 22 Mei 2024   12:43 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akses pendidikan tinggi di Indonesia telah menjadi isu krusial. Di tengah upaya pemerintah meningkatkan Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK PT) dan Angka Kelulusan (TK) Perguruan Tinggi, isu Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi terus menjadi perdebatan.

Perdebatan terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT) telah melebar dari ranah akar rumput, seperti di jalan dan warung kopi, hingga ke tingkat elit dan anggota dewan. Hal ini menunjukkan bahwa isu ini memiliki dampak yang signifikan dan menarik perhatian banyak pihak.

Komentar salah satu Dirjen Kemendikbudristek yang menempatkan pendidikan tinggi sebagai kebutuhan tersier atau sesuatu yang tidak begitu penting, tentu saja memicu kontroversi dan kritikan. Pernyataan tersebut dianggap mengabaikan peran penting pendidikan tinggi dalam pembangunan bangsa dan mencerminkan kurangnya pemahaman tentang realitas yang dihadapi banyak masyarakat.

Pendidikan tinggi bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan karakter yang dibutuhkan untuk berkontribusi pada masyarakat. Di era globalisasi dan disrupsi ini, pendidikan tinggi semakin menjadi kunci untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup.

Menaikkan UKT tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial masyarakat, terutama bagi keluarga kurang mampu, dapat memperparah ketimpangan akses terhadap pendidikan berkualitas. Hal ini dapat menghambat mobilitas sosial dan menggagalkan cita-cita bangsa untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Kemendikbudristek perlu lebih sensitif terhadap isu ini dan menunjukkan komitmennya untuk memastikan akses pendidikan tinggi yang berkualitas dan adil bagi semua

Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi (APK PT)

APK PT menunjukkan persentase penduduk usia 19-24 tahun yang terdaftar di perguruan tinggi. Di Indonesia, APK PT masih tergolong rendah, yaitu 22.5% pada tahun 2024, dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura (84.4%) dan Malaysia (51.2%). Rendahnya APK PT di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk ketersediaan akses pendidikan, biaya pendidikan, kualitas pendidikan, dan kesadaran masyarakat.

Faktor Penyebab Rendahnya APK PT

Kurangnya infrastruktur pendidikan, terutama di daerah terpencil, menjadi salah satu penyebab utama rendahnya APK PT. Banyak wilayah di Indonesia yang belum memiliki fasilitas pendidikan tinggi yang memadai, sehingga menyulitkan akses bagi calon mahasiswa yang tinggal di daerah-daerah tersebut. Pembangunan fasilitas pendidikan yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia menjadi solusi yang penting untuk mengatasi masalah ini.

Biaya pendidikan yang tinggi merupakan kendala besar bagi banyak keluarga di Indonesia. Meskipun terdapat beberapa program beasiswa dan bantuan keuangan, jumlahnya masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan seluruh calon mahasiswa yang membutuhkan. Sistem UKT yang ada saat ini sering kali belum mampu sepenuhnya menyesuaikan dengan kemampuan finansial setiap keluarga, sehingga banyak yang terpaksa menunda atau bahkan membatalkan rencana untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

Kualitas pendidikan yang belum merata di semua perguruan tinggi di Indonesia juga menjadi faktor penurunan APK PT. Banyak perguruan tinggi yang belum mampu menyediakan pendidikan berkualitas tinggi, baik dari segi kurikulum, fasilitas, maupun tenaga pengajar. Hal ini mengakibatkan rendahnya minat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, terutama di daerah-daerah yang jauh dari pusat-pusat pendidikan utama.

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan tinggi yang masih rendah juga turut berkontribusi terhadap rendahnya APK PT. Banyak masyarakat yang belum melihat pendidikan tinggi sebagai kebutuhan penting, terutama di kalangan keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah. Edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan tinggi perlu ditingkatkan untuk mengubah pandangan ini.

Angka Tingkat Kelulusan (TK) Perguruan Tinggi

TK Perguruan Tinggi menunjukkan persentase mahasiswa yang berhasil menyelesaikan studi dalam jangka waktu tertentu. Di Indonesia, TK Perguruan Tinggi juga tergolong rendah, yaitu 67.5% pada tahun 2024, dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura (95.0%) dan Malaysia (81.4%). Rendahnya TK Perguruan Tinggi di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kualitas pendidikan, dukungan bagi mahasiswa, motivasi mahasiswa, dan kondisi ekonomi.

Faktor Penyebab Rendahnya TK Perguruan Tinggi

Kualitas pendidikan yang belum merata di semua perguruan tinggi mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan studi mereka tepat waktu. Perguruan tinggi yang memiliki fasilitas dan tenaga pengajar yang kurang memadai cenderung menghasilkan mahasiswa yang kesulitan dalam menyelesaikan studi mereka.

Kurangnya dukungan bagi mahasiswa, seperti bimbingan belajar, akses ke sumber daya, dan program konseling, menjadi hambatan besar bagi banyak mahasiswa. Dukungan akademis dan non-akademis yang memadai sangat diperlukan untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan selama studi.

Rendahnya motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan studi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti minat, tujuan hidup, dan kondisi keuangan. Mahasiswa yang merasa kurang berminat atau tidak memiliki tujuan yang jelas cenderung mengalami kesulitan dalam menyelesaikan studi mereka.

Kondisi ekonomi negara yang belum stabil mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan studi mereka. Mahasiswa dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sulit sering kali harus bekerja sambil kuliah, yang dapat mengganggu konsentrasi dan waktu yang mereka miliki untuk menyelesaikan studi.

Uang Kuliah Tunggal (UKT)

UKT merupakan sistem pembiayaan pendidikan tinggi di Indonesia yang dihitung berdasarkan kemampuan finansial mahasiswa. Meskipun bertujuan untuk meringankan beban biaya pendidikan, UKT di beberapa perguruan tinggi masih tergolong tinggi dan menjadi salah satu faktor penghambat APK PT dan TK Perguruan Tinggi.

Permasalahan UKT

UKT yang tinggi dapat menjadi beban bagi mahasiswa, terutama dari keluarga kurang mampu. Sistem yang ada saat ini sering kali belum sepenuhnya mencerminkan kemampuan finansial setiap keluarga, sehingga masih banyak mahasiswa yang kesulitan membayar biaya kuliah.

Sistem UKT yang belum sepenuhnya adil dan transparan sering kali menimbulkan ketidakpuasan di kalangan mahasiswa. Ada kasus di mana mahasiswa dengan latar belakang ekonomi yang sama dikenakan UKT yang berbeda, yang menimbulkan kesan ketidakadilan.

UKT yang tinggi dapat menurunkan minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Banyak calon mahasiswa yang memilih untuk bekerja langsung setelah lulus SMA daripada melanjutkan pendidikan tinggi karena pertimbangan biaya.

Penutup

Meningkatkan APK PT dan TK Perguruan Tinggi di Indonesia merupakan upaya penting untuk meningkatkan kualitas SDM dan mendorong kemajuan bangsa. Upaya ini perlu dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk akses pendidikan, biaya pendidikan, kualitas pendidikan, dan UKT.

Pemerintah perlu mengambil kebijakan yang tepat dan strategis untuk meningkatkan APK PT dan TK Perguruan Tinggi, serta memastikan bahwa UKT tidak menjadi hambatan bagi mahasiswa untuk mengakses pendidikan tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing di kancah internasional.

Untuk mencapai tujuan ini, kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat sangat diperlukan. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan terjangkau bagi semua. Dengan komitmen yang kuat dan langkah-langkah strategis yang tepat, Indonesia dapat mencapai APK PT dan TK Perguruan Tinggi yang lebih tinggi, serta menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun