Saat adu penalti mencapai puncaknya, detak jantung para penonton seakan berhenti. Setiap tendangan diikuti dengan napas yang tertahan, dan ketika Ernando Ari berhasil menepis penalti lawan, sorak-sorai kegembiraan meledak. Kemenangan yang diraih melalui adu penalti seolah menjadi katarsis bagi semua yang hadir, baik di stadion maupun yang menyaksikan dari jauh.
Setelah kemenangan, euphoria tak terbendung. Suporter di Qatar dan Indonesia sama-sama merayakan kemenangan historis ini. Di media sosial, netizen Indonesia membanjiri platform dengan ucapan selamat dan kebanggaan atas prestasi Garuda Muda. Kemenangan ini lebih dari sekadar pertandingan sepak bola; ini adalah perayaan semangat, dedikasi, dan sportivitas yang telah ditunjukkan oleh tim nasional U-23 Indonesia.
Dramatisasi Kehadiran Nathan
Kisah Nathan Tjoe-A-On menjadi salah satu momen paling dramatis dan mengharukan dalam perjalanan Timnas Indonesia U-23 di Qatar. Nathan, yang telah berkontribusi besar pada fase grup, nyaris tidak bisa memperkuat laga penting melawan Korea Selatan karena harus kembali ke klubnya di Belanda, SC Heerenveen.
Namun, semangat nasionalisme yang tinggi dari para pendukung Timnas Indonesia tidak membiarkan hal ini terjadi begitu saja. Media sosial dibanjiri dengan permintaan dan komentar dari para fans yang mendesak agar Nathan diizinkan kembali ke Qatar untuk membela negaranya. Klubnya, yang awalnya hanya memberikan izin sampai fase grup, akhirnya tergerak oleh desakan publik dan lobi yang dilakukan oleh PSSI.
Dengan dukungan yang luar biasa dari para suporter, Nathan akhirnya diizinkan kembali ke Qatar, meskipun ia sudah sempat tiba di Belanda. Kedatangannya kembali ke Qatar disambut dengan antusiasme yang besar oleh para fans, yang langsung menyerbu Nathan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya kepada Timnas.
Kisah ini tidak hanya mencerminkan rasa nasionalisme yang tinggi di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi juga menunjukkan betapa sepak bola dapat menyatukan hati dan semangat sebuah bangsa. Nathan, dengan tekadnya yang kuat, dan para pendukung, dengan cinta mereka yang mendalam, telah menulis sebuah cerita yang akan dikenang sebagai bukti kecintaan terhadap tanah air dan permainan sepak bola.
Campur Aduk Emosional Shin Tae-yong
Pelatih Timnas U-23 Indonesia, Shin Tae-yong, juga menghadapi dilema emosional yang mendalam saat timnya berhadapan dengan Korea Selatan, Negara tanah kelahirannya. Sebagai pelatih profesional, ia berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi tim yang ia latih, namun pada saat yang sama, ia juga menghadapi tim negara sendiri. Perasaan campur aduk ini terlihat jelas saat ia tidak merayakan kemenangan berlebihan atas Korea Selatan, dan bahkan langsung meminta maaf setelah pertandingan, mengungkapkan harapannya agar tidak ada kebencian terhadap dirinya karena hasil tersebut.
Dalam momen yang penuh emosi, Shin Tae-yong terlihat turun ke lapangan untuk menjabat tangan dan menghibur pemain Korea Selatan setelah pertandingan. Tindakan ini menunjukkan sportivitas dan rasa hormat yang tinggi dari Shin Tae-yong, tidak hanya sebagai pelatih tetapi juga sebagai individu yang menghargai semangat kompetisi dan persaudaraan dalam sepak bola.
Shin Tae-yong memulai perjalanannya sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2019. Sejak saat itu, dia telah membawa sejumlah perubahan positif bagi tim nasional, termasuk membangun tim muda yang lebih solid dan disiplin serta meningkatkan performa Timnas Indonesia di berbagai turnamen internasional.
Sebelumnya, Shin Tae-yong dikenal sebagai pemain sepak bola di Korea dan memulai kariernya di klub muda Daegu THS, lalu Yeungnam Uni pada 1989. Setelah pensiun sebagai pemain, ia memulai karier kepelatihannya dengan menjadi asisten pelatih di Brisbane Roar pada 2005-2008. Ia kemudian melanjutkan karier kepelatihannya bersama Seongnam Ilhwa dan timnas Korea Selatan di berbagai level.