Menjelang Maghrib, suasana di Simpang Anduring, Padang, semakin ramai. Di sepanjang jalan, berjejer tenda-tenda penjual takjil yang menawarkan berbagai macam makanan dan minuman.
Di salah satu tenda, Adi, seorang penjual buah, tampak sibuk melayani pembeli. Wajahnya berseri-seri, memancarkan kebahagiaan.
"Bagaimana jualan di bulan Ramadhan?" tanya saya, sambil bersalaman dengannya.
"Alhamdulillah, pak. Jualan buah di pasar takjil lebih baik dari biasanya," jawab Adi dengan senyum yang merekah.
"Wah, bagus sekali itu! Senang mendengarnya," kata saya.
"Iya, pak. Waktunya pendek, jualan jadi lebih cepat habis. Pendapatan pun lebih besar dari biasa," jelas Adi.
Senyum Adi mencerminkan kebahagiaan para penjual takjil lainnya di Simpang Anduring. Ramadhan memang membawa berkah bagi mereka. Dalam waktu singkat, mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar dibandingkan hari-hari biasa.
*****
Ramadhan di Padang tahun ini memang agak unik. Seminggu sebelum Ramadhan, cuaca tak menentu dan banyak hujan, bahkan sempat terjadi banjir di kota Padang. Pada malam pertama tanggal 11 Maret 2024, hujan masih turun, meskipun tidak deras.
Namun, sejak hari kedua sampai hari ini, hujan turun tak seberapa. Bahkan, sejak 4 hari terakhir tidak ada hujan sama sekali. Cuaca terasa gerah dan angin pun tidak begitu banyak berhembus.
Kondisi ini membuat mereka yang berpuasa membayangkan hal-hal yang segar, seperti buah. Tak heran, buah potong menjadi pilihan utama bagi mereka yang berburu takjil. Tak perlu dikuliti, buah potong bisa langsung dimakan setelah berbuka.
"Alhamdulillah, cuaca yang panas dan gerah ini membuat banyak orang mencari buah untuk berbuka puasa," kata Adi. "Buah potong menjadi pilihan favorit karena praktis dan menyegarkan."
Kondisi ini merupakan skenario Allah yang luar biasa. Selalu ada jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh menjemput rezeki. Para penjual buah di Simpang Anduring adalah contohnya. Mereka memanfaatkan momen Ramadan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar.
*****
Di balik senyumnya yang merekah, Adi menyimpan sebuah kisah inspiratif. Di usianya yang menjelang 40 tahun, dia menjadi tulang punggung keluarga, bekerja keras untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.
Adi tinggal tak jauh dari Masjid At-Taqwa, tempat saya tinggal. Kesehariannya dihabiskan dengan berjualan buah potong. Dia tak pernah absen dalam menjalankan salat lima waktu, selalu menjadi jamaah di Masjid At-Taqwa. Sosoknya menjadi contoh teladan sebagai seorang ayah yang taat dan pantang menyerah.
Setiap pagi, setelah salat Subuh, Adi dengan sigap berangkat mencari bahan buah segar di Pasar Raya Padang. Tak kenal lelah, dia memotong buah-buahan dengan tangannya sendiri, menatanya dengan rapi, dan bersiap untuk menjajakannya.
Tak jarang, Adi harus menelan pil pahit ketika buahnya tak habis terjual. Namun, semangatnya tak pernah padam. Dia selalu optimis dan yakin bahwa rezeki Allah tak akan pernah tertukar.
Dan Ramadan tahun ini menjadi momen spesial bagi Adi. Buah potongnya laris manis diburu para pembeli. Kegembiraan terpancar di wajahnya, melihat hasil jerih payahnya yang berbuah manis.
Kisah Adi adalah bukti bahwa kerja keras dan ketaatan kepada Allah SWT akan selalu berbuah kebahagiaan. Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, semoga kisah inspiratifnya dapat memotivasi kita semua untuk terus berusaha dan menjemput rezeki dengan penuh semangat dan keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H