Pengantar
Kapan Harus Bersedekah: Antara Menunggu Kaya atau Karena Dipaksa?
Bersedekah, dalam ajaran agama dan moralitas, merupakan tindakan mulia yang memiliki dampak positif tidak hanya bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi. Namun, seringkali muncul pertanyaan, kapan sebaiknya seseorang harus bersedekah? Apakah harus menunggu kaya terlebih dahulu ataukah karena dipaksa oleh situasi? Â Mari kita telaah lebih lanjut.
Bersedekah: Tindakan Mulia yang Diperintahkan:
Dalam ajaran agama seperti Islam, Kristen, dan agama-agama lainnya, bersedekah merupakan salah satu ajaran utama. Ini dianggap sebagai bentuk ibadah dan kebajikan yang diperintahkan oleh Tuhan. Bersedekah bukan hanya tentang memberi uang, tetapi juga tentang memberikan dari apa yang kita miliki, baik itu harta, waktu, atau kemampuan, untuk membantu orang lain.
Bersedekah saat Kaya:
Sebagian orang mungkin berpikir bahwa bersedekah hanya sesuai dilakukan ketika seseorang sudah kaya dan memiliki banyak harta. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak mampu memberi jika mereka sendiri masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Namun, ini adalah pandangan yang sempit.
Sebenarnya, bersedekah saat seseorang masih memiliki sedikit harta juga memiliki nilai yang sangat besar. Bersedekah dari sedikit yang kita miliki menunjukkan keikhlasan dan ketulusan hati. Bahkan, dalam beberapa agama, tindakan bersedekah dari apa yang sedikit dianggap lebih mulia daripada memberi dari apa yang berlimpah.
Bersedekah karena Dipaksa oleh Situasi:
Di sisi lain, ada orang yang mungkin merasa terdorong untuk bersedekah karena dipaksa oleh situasi, misalnya karena adanya bencana alam atau kebutuhan mendesak dalam komunitas. Meskipun tindakan ini mungkin terjadi karena tekanan eksternal, seperti dorongan dari agama atau tekanan sosial, tetapi tetap memiliki dampak positif.
Bersedekah karena dipaksa oleh situasi mengingatkan kita bahwa kita harus sensitif terhadap kebutuhan orang lain di sekitar kita dan siap membantu ketika diperlukan. Ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap sesama.
Pengalaman Pribadi
Menarik untuk melihat bagaimana bersedekah bisa membawa pengalaman yang luar biasa bagi setiap individu. Salah satu momen yang menggetarkan adalah saat saya menghadiri ceramah Yusuf Mansur di Johor Bahru, Malaysia.
Acara tersebut dihadiri oleh ratusan tenaga kerja Indonesia di Taman Desa Skudai, yang diselenggarakan di sebuah balai besar di Taman Universiti.
Pada saat itu, saya baru saja menerima honorarium sebagai anggota penyelenggara pemilu tahun 2009. Di kantong saya, ada 100 dolar Amerika yang telah saya terima. Saya tergoda oleh ceramah Yusuf Mansyur Ketika itu, namun saya merasa ragu untuk menyumbangkan uang tersebut. Saya berniat untuk menyedekahkan uang tersebut.
Sebagian hati saya ingin menyimpannya karena uang tersebut untuk persalinan istri saya, atau bisa langsung digunakan, sementara rezeki dari imbalan bersedekah 100 dolar tampaknya tidak pasti kapan akan datang.Â
Bagi saya, memikirkan bahwa 100 dolar bisa digantikan dengan 10.000 dolar AS rasanya sulit dipahami secara rasional.
Namun, saya telah membaca beberapa artikel tentang keajaiban bersedekah. Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk menyumbangkan uang tersebut, sambil berdoa kepada Allah SWT agar menggantinya dengan satu miliar rupiah. Ketika berdoa, saya bertekad untuk meminta sesuatu yang jelas dan saya memohon satu miliar rupiah.
*****
Tanpa diduga, ketika pulang ke Padang ke rumah saya tahun 2012, di kawasan tempat saya membangun rumah yang dulunya masih banyak kosong sekarang telah menjadi ramai dengan banyaknya rumah di sana.Â
Adik saya yang membangun rumah bersebelahan berkomentar bahwa rumah saya sekarang sudah bernilai satu miliar rupiah jika dibandingkan dengan harga rumah-rumah baru di sekitarnya. Saya terdiam seakan sedang mengingat sesuatu.
Saya berfikir kemungkinan ini adalah efek dari gempa dan isu tsunami yang begitu dahsyat menyerang kota Padang tahun 2009. Sehingga banyak warga yang meburu lokasi yang lebih tinggi untuk mebangun rumah.Â
Ternyata lokasi rumah saya yang awal tahun 2000 tidak banyak peminat sekarang sudah terisi oleh rumah-rumah baru yang tumbuh bak cendawan. Kawasan sudah terbentuk dan sebagian jalan sudah dalam pengerasan dan ada yang sudah dibeton.
Saya jadi ingat, dulu teman dekat pernah meledek saya dengan mengatakan bahwa seorang yang visioner, kawasan yang saya pilih membangun rumah sekarang adalah untuk visi tahun 2020 katanya sambil tertawa. Saya hanya bisa tersenyum tipis.
Hal ini dapat dimaklumi karena waktu saya membangun tahun 2001, jalan di sana masih jalan tanah dan kalau hujan "aspalnya akan hidup" alias berlumpur he..he...
*****
Selama saya menempuh Pendidikan S2 dan S3 di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor, Malaysia, biaya saya tanggung sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan, saya melakukan berbagai usaha yang baik lagi halal.
Usaha pertama adalah jual-beli mata uang dan melayani pengiriman mata uang dari Malaysia ke Indonesia dan sebaliknya. Selain itu, saya juga terlibat dalam bisnis jual beli mobil bekas, terutama untuk pasar mahasiswa. Selain itu, saya juga membuka usaha sewa menyewa kendaraan roda empat untuk mahasiswa UTM dan warga Indonesia di sana. Puncak dari usaha saya terjadi pada tahun 2012.
Ketika saya kembali dari Padang ke Johor. Saya menghitung kembali jumlah kendaraan yang saya miliki saat itu dan mengonversi nilainya ke dalam rupiah. Saat itulah bulu kuduk saya merinding. Ternyata, total aset kendaraan yang saya miliki bernilai lebih kurang satu miliar rupiah.
Ya saya memiliki 32 kendaraan roda empat saat itu dengan berbagai jenis. Semuanya adalah mobil bekas yang saya peroleh baik dengan pembayaran tunai maupun cara sambung bayar.
Ini sungguh luar biasa. Saya merasa ini adalah sebuah keajaiban. Saya teringat akan sedekah saya sebesar 100 dolar pada tahun 2009. Saya mengiringi sedekah tersebut dengan doa saya yang diberi uang satu miliar rupiah oleh Allah swt.
Tidak terpikirkan sebelumnya bahwa doa saya akan dijawab pada tahun 2012, dengan jumlah dua kali lipat dari apa yang saya minta. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa bersedekah dengan tulus dan berdoa kepada Allah SWT akan selalu mendatangkan keajaiban dan berkah dalam hidup kita.
Pengalaman ini memberikan saya pengertian yang dalam tentang kekuatan bersedekah dan betapa Allah SWT selalu menggantikan setiap kebaikan yang kita lakukan dengan yang lebih baik.
Dari pengalaman tersebut, saya belajar bahwa bersedekah bukan hanya tentang memberi dari apa yang kita miliki, tetapi juga tentang kepercayaan kepada Allah SWT dan janji-Nya yang tidak pernah ingkar.
Bersedekah bukan hanya membantu orang lain, tetapi juga membawa berkah bagi diri sendiri.
Penutup
Dalam prinsipnya, tidak ada waktu yang tepat untuk bersedekah. Bersedekah dapat dilakukan kapan pun, baik saat kaya maupun saat memiliki sedikit harta, dan baik karena dorongan hati atau karena dipaksa oleh situasi. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan kemauan untuk membantu orang lain. Bersedekah bukan hanya tentang memberi materi, tetapi juga tentang memberikan dukungan, empati, dan cinta kepada mereka yang membutuhkannya. Sehingga, mari kita bersedekah, tidak hanya ketika kita mampu, tetapi juga ketika kita merasa terdorong untuk membantu sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H