Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sedekah 100 Dolar Dibalas 1 Milyar lebih: Kisah Perjuangan Seorang Dosen di Semenanjung

18 Maret 2024   16:27 Diperbarui: 19 Maret 2024   13:45 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian hati saya ingin menyimpannya karena uang tersebut untuk persalinan istri saya, atau bisa langsung digunakan, sementara rezeki dari imbalan bersedekah 100 dolar tampaknya tidak pasti kapan akan datang. 

Bagi saya, memikirkan bahwa 100 dolar bisa digantikan dengan 10.000 dolar AS rasanya sulit dipahami secara rasional.

Namun, saya telah membaca beberapa artikel tentang keajaiban bersedekah. Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk menyumbangkan uang tersebut, sambil berdoa kepada Allah SWT agar menggantinya dengan satu miliar rupiah. Ketika berdoa, saya bertekad untuk meminta sesuatu yang jelas dan saya memohon satu miliar rupiah.

*****

Tanpa diduga, ketika pulang ke Padang ke rumah saya tahun 2012, di kawasan tempat saya membangun rumah yang dulunya masih banyak kosong sekarang telah menjadi ramai dengan banyaknya rumah di sana. 

Adik saya yang membangun rumah bersebelahan berkomentar bahwa rumah saya sekarang sudah bernilai satu miliar rupiah jika dibandingkan dengan harga rumah-rumah baru di sekitarnya. Saya terdiam seakan sedang mengingat sesuatu.

Saya berfikir kemungkinan ini adalah efek dari gempa dan isu tsunami yang begitu dahsyat menyerang kota Padang tahun 2009. Sehingga banyak warga yang meburu lokasi yang lebih tinggi untuk mebangun rumah. 

Ternyata lokasi rumah saya yang awal tahun 2000 tidak banyak peminat sekarang sudah terisi oleh rumah-rumah baru yang tumbuh bak cendawan. Kawasan sudah terbentuk dan sebagian jalan sudah dalam pengerasan dan ada yang sudah dibeton.

Saya jadi ingat, dulu teman dekat pernah meledek saya dengan mengatakan bahwa seorang yang visioner, kawasan yang saya pilih membangun rumah sekarang adalah untuk visi tahun 2020 katanya sambil tertawa. Saya hanya bisa tersenyum tipis.

Hal ini dapat dimaklumi karena waktu saya membangun tahun 2001, jalan di sana masih jalan tanah dan kalau hujan "aspalnya akan hidup" alias berlumpur he..he...

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun